
Unggul dari IHSG, Islamic Index Berpotensi Melemah Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia- Sepanjang pekan kemarin hingga Jumat (8/11/2019), kinerja Jakarta Islamic Index (JII) bisa dibilang lumayan dengan penguatan 0,65%ke level 689. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpuruk dengan pelemahan 0,47% ke level 6.177.
Untuk sepekan ke depan, JII sebenarnya masih cenderung berfluktuatif dengan potensi melemah tapi secara terbatas. Hal ini terlihat dari posisinya yang masih belum beranjak dengan bergerak di bawah nilai rata-ratanya dalam lima hari terakhir (Exponential Moving Average/EMA5), yang dicitrakan garis melintang berwarna ungu.
Indikator teknikal lainnya yakni Relative Strength Index (RSI), menggambarkan posisi JII yang belum menyentuh level jenuh jualnya (oversold) sehingga ruang penurunannya cukup terbuka. Ada potensi pada minggu ini JII akan menguji level penahan koreksinya (support) yang berada di level 680.
![]() |
JII merupakan indeks yang terdiri dari 30 saham berdasarkan prinsip syariah yang memiliki likuiditas tinggi dan kinerja keuangan yang baik. Saham syariah sebenarnya jumlahnya 415, tetapi 30 JII bisa dikatakan sebagai saham unggulan dengan prinsip yang tidak menyimpang secara islam.
Hampir sama dengan pergerakan saham pada umumnya, JII juga terpengaruh sentimen yang terjadi secara global maupun lokal. Sentimen global yang berpotensi mempengaruhi pergerakan JII sepekan ialah hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China.
Presiden AS Donald Trump secara terang-terangan membantah pernyataan pejabat China yang mengatakan AS setuju untuk membatalkan seluruh tarif perang dagang. Trump bahkan menegaskan bahwa pernyataan China tersebut telah membuat kemunduran pada kesepakatan damai.
"Mereka [China] ingin mengalami kemunduran [kesepakatan]. Saya belum menyetujui apa pun [soal tarif]," katanya kepada wartawan sebelum meninggalkan Gedung Putih dalam perjalanan ke Georgia.
Sedangkan dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) akan kembali mengumumkan data neraca dagang Indonesia (Trade Balance) untuk bulan Oktober 2019. Pada bulan September angka neraca dagang defisit US$ 160 juta.
Sentimen selanjutnya berasal dari investor asing yang masih cenderung melakukan penjualan saham. Sepekan ini asing sudah melakukan penjualan saham sebanyak Rp 2,5 triliun di pasar reguler. Angkanya bahkan menjadi Rp 3,33 triliun jika ditambah dengan transaksi pada pasar nego & tunai.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Kocok Ulang Indeks Saham Syariah