Laba Bersih Perbankan Syariah Naik 47,36% di 2017

gita rossiana, CNBC Indonesia
27 February 2018 17:05
Laba bersih perbankan syariah hingga akhir 2017 mencapai Rp 3,08 triliun.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Laba bersih perbankan syariah hingga akhir 2017 mencapai Rp 3,08 triliun. Nilai tersebut melonjak 47,36% dibandingkan perolehan pada akhir 2016 yang mencapai Rp 2,09 triliun.

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bank umum syariah (BUS) mencatat perolehan laba bersih yang lebih rendah, yakni mencapai Rp 967 miliar pada akhir 2017 dari Rp 952 miliar pada akhir 2016.


Di sisi lain, unit umum syariah (UUS) mencatat laba bersih yang lebih besar, yakni sebesar Rp 2,09 triliun pada akhir 2017 dari Rp 1,14 triliun pada akhir 2016.

Masih dari data OJK, perolehan laba bersih tersebut berasal dari pendapatan pembiayaan yang mencapai Rp 30,67 triliun. Adapun total pendapatan tersebut dikontribusi oleh pendapatan bagi hasil yang mencapai Rp 9,84 triliun, pendapatan piutang sebesar Rp 19,7 triliun dan pendapatan ijarah (sewa) sebesar Rp 1,12 triliun.

Perolehan laba bersih tersebut ditopang pula oleh pendapatan operasional sebesar Rp 28,15 triliun dan beban operasional sebesar Rp 23,8 triliun.

Adapun pembiayaan bagi hasil yang disalurkan mencapai Rp 119,69 triliun, meningkat dari akhir 2016 yang mencapai Rp 94,75 triliun.

Kemudian piutang, yang disalurkan mencapai Rp 157,92 triliun dan pembiayaan ijarah sebesar Rp 9,23 triliun.

Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun mencapai Rp 334,71 triliun pada akhir 2017. Nilai tersebut meningkat dari akhir 2016 yang mencapai Rp 279,33 triliun.

Salah satu bank syariah, yakni PT. BNI Syariah memang membukukan kinerja cukup bagus pada akhir 2017.

Bank anak usaha PT. BNI (Persero) Tbk tersebut mencatat perolehan laba bersih hingga akhir 2017 sebesar Rp 306,68 miliar, meningkat 10,6% dari perolehan 2016 sebesar Rp 277,37 miliar.

Plt. Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo menjelaskan, peningkatan laba tersebut ditopang oleh ekspansi pembiayaan, peningkatan fee based income, dan rasio dana murah yang stabil.


Sementara dari sisi aset, hingga akhir 2017 nilai aset BNI Syariah mencapai Rp 34,82 triliun, meningkat 23% dari perolehan pada 2016.

"Pertumbuhan aset ini lebih tinggi dari pertumbuhan industri sebesar 19%," ujarnya dalam acara pemaparan kinerja di Kantor Pusat BNI Syariah, Jakarta, Selasa (27/2/2018).

Bank tersebut juga sudah menyalurkan pembiayaan sejumlah Rp 23,6 triliun, meningkat 15,14% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini sejalan dengan pertumbuhan industri di kisaran 15,16%.

Kemudian Unit Usaha Syariah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (UUS BTN) memasang target tinggi menyusul kinerjanya yang cemerlang pada tahun 2017 lalu.

Sejumlah strategi dikerahkan untuk menopang pertumbuhan aset UUS BTN, di antaranya mendongkrak pembiayaan, meningkatkan pendapatan margin/bagi hasil dan fee based income serta menambah penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK).

"Tahun ini aset kita harapkan bisa meningkat 10,73% atau menjadi sekitar Rp 25,9 triliun," kata Direktur Bank BTN Budi Satria.

Peningkatan aset tersebut, menurut Budi, ditopang peningkatan penyaluran pembiayaan sebesar 17% menjadi Rp 21,045 triliun diiringi dengan pertumbuhan DPK sebesar 13% atau menjadi Rp 21,2 triliun.


Sementara itu, KPR masih menjadi kontributor utama pada bisnis UUS BTN, dengan target pertumbuhan sebesar 16,94% dari pencapaian tahun lalu yang mencapai Rp 12,7 triliun.

"Kinerja UUS BTN pada 2017 tidak lepas dari peran developer. Oleh karena itu tahun ini sinergi dengan para pengembang akan terus kami perkuat," ujar Budi.
(prm) Next Article Lewat Zakat, Aset Perbankan Syariah Bisa Tumbuh 6% Tahun Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular