Jakarta, CNBC Indonesia - Sovereign Wealth Fund (SWF) terus berevolusi mengikuti kebutuhan jaman. Jika dulu hanya mengandalkan suntikan modal dari pemerintah, kini sejumlah SWF mulai aktif mencari sumber pendanaan alternatif, termasuk lewat penerbitan obligasi.
Istilah "sovereign wealth fund" baru diciptakan pada tahun 2005, namun dana kekayaan negara telah ada setidaknya sejak tahun 1950-an. Pada bentuk awalnya, SWF sering dimulai sebagai dana stabilisasi komoditas.
Kuwait Investment Authority (KIA) yang didirikan pada 1953 merupakan salah satu SWF awal yang digunakan untuk mengelola kekayaan minyak Kuwait yang saat itu sedang berkembang pesat.
KIA didirikan untuk mengelola surplus pendapatan minyak dan mempersiapkan negara menghadapi era pasca-minyak. Dana ini menggunakan pendapatan dari ekspor minyak untuk diinvestasikan ke luar negeri, dengan tujuan mendiversifikasi ekonomi Kuwait dan melindungi generasi mendatang.
Sejak lahir pada 1950an, SWF sudah berkembang pesat. SWF kini berperan dalam diversifikasi aset, peningkatan imbal hasil cadangan devisa, hingga pembiayaan masa depan.
Jika pada tahun 2000, SWF mengelola aset senilai US$ 1,2 triliun, tetapi jumlah itu melonjak lebih dari 11 kali lipat menjadi US$12-13 triliun per pertengahan 2025.
SWF Melebarkan Strategi Pendanaan
Seiring perkembangan jaman dan kebutuhan, SWF pun melebarkan strategi pendanaan. Bila dulu sumber pendanaan SWF berasal dari pendapatan sumber daya alam tetapi kini banyak yang memanfaatkan obligasi sebagai salah satu instrumennya.
Pembiayaan melalui obligasi ini memungkinkan dana tumbuh lebih besar dan meningkatkan kapasitas investasinya, sehingga SWF lebih fleksibel dalam melakukan ekspansi portofolio.
Temasek Holdings (Singapura) menjadi salah satu yang pertama kali aktif menerbitkan obligasi melalui Global Medium Term Note (GMTN) Programme sejak 2005. Temasek menggunakan instrumen obligasi ini untuk mendiversifikasi pendanaan, bukan hanya mengandalkan modal pemerintah.
Setelah Temasek, barulah disusul SWF lain seperti Mubadala (UAE) yang menerbitkan obligasi pada akhir 2000-an.
Pendanaan dengan bond memungkinkan SWF memperoleh modal tambahan di luar pemerintah. Partisipasi SWF di pasar obligasi baik sebagai penerbit maupun investo rmendorong pertumbuhan dan pendalaman pasar obligasi domestik.
Kehadiran SWF memberikan benchmark serta meningkatkan kepercayaan investor lain, sehingga pasar keuangan lokal menjadi lebih likuid, stabil, dan mampu menyediakan sumber pendanaan alternatif bagi sektor publik maupun swasta.
Beirkut beberapa SWF yang aktif menerbitkan obligasi:
Temasek Singapura
Temasek adalah lembaga investasi milik pemerintah Singapura yang telah berdiri sejak 1974.
Temasek awalnya ditugaskan mengelola aset strategis Singapura di sektor transportasi, telekomunikasi, dan keuangan, sebelum berkembang menjadi lembaga investasi global dengan portofolio yang terdiversifikasi.
Temasek pertama kali menerbitkan surat utang pada 21 September 2005 senilai US$1,75 miliar dengan tenor 10 tahun dan kupon 4,5%. Penerbitan perdana ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pendanaan investasi, melainkan juga untuk membangun rekam jejak kredit langsung di pasar global serta memperluas basis investor..
Melansir dari situs resmi Temasek, hingga 31 Maret 2025, Temasek memiliki total outstanding senilai US$20,2 miliar untuk Temasek Bonds dan US$0,4 miliar untuk Euro Commercial Paper (ECP). Obligasi tersebut memiliki rata-rata jatuh tempo tertimbang lebih dari 18 tahun, sementara ECP di atas dua bulan. Temasek hingga kini berhasil mempertahankan peringkat kredit AAA dari S&P dan Moody's.
Adapun penerbitan terakhir dilakukan pada 20 Agustus 2025 yang terdiri dari surat utang senilai US$750 juta fixed rate tenor 2 tahun dengan kupon 3,75%, dan US$750 juta floating rate tenor 2 tahun dengan acuan SOFR + 38 basis poin. Strategi dual-tranche ini dinilai memberikan fleksibilitas pendanaan sekaligus mengantisipasi volatilitas pasar global.
Khazanah Malaysia
Khazanah Nasional Berhad adalah lembaga investasi milik pemerintah Malaysia yang telah berperan penting dalam mengelola aset strategis nasional sejak berdiri pada 1994.
Saat itu, Khazanah diberi mandat untuk memegang peran sebagai kustodian aset komersial pemerintah sekaligus berinvestasi di sektor strategis khususnya sektor yang berteknologi tinggi.
Memasuki 2004, Khazanah mulai menempuh strategi investasi yang lebih luas dan aktif, dengan meningkatkan kinerja portofolio inti sekaligus membidik peluang di sektor ekonomi baru maupun kawasan internasional.
Khazanah mulai menerbitkan surat utang senilai US$414,5 juta dengan tenor 5 tahun dan kupon 1,95% pada 2004. Instrumen tersebut berbentuk exchangeable notes yang dapat ditukar dengan saham PLUS Expressway Berhad. Penerbitan perdana ini menjadi pijakan penting bagi Khazanah dalam membangun rekam jejak kredit global sekaligus mendiversifikasi sumber pendanaan.
Sejak saat itu, Khazanah rutin menerbitkan obligasi dan sukuk baik di pasar domestik maupun internasional.
Sejumlah inovasi pun dihadirkan, mulai dari exchangeable sukuk berbasis saham IHH Healthcare pada 2013, hingga Sukuk SRI pada 2015 dan 2017 yang menjadi pionir penawaran ritel di Malaysia. Sukuk SRI tersebut bahkan mengusung konsep impact investing, memungkinkan masyarakat ikut berinvestasi sambil mendukung program pendidikan nasional.
Secara total, sejak 2004 hingga 2025, Khazanah telah menerbitkan lebih dari 10 seri surat utang dalam berbagai denominasi mata uang, termasuk dolar AS, dolar Singapura, dan ringgit. Nilai penerbitan mencapai miliaran dolar AS, dengan tenor bervariasi dari jangka pendek hingga panjang.
Adapun penerbitan terbaru pada 2024, Khazanah kembali menembus pasar internasional dengan dua seri obligasi senilai total US$1 miliar. Rinciannya, US$500 juta tenor 5 tahun kupon 4,484% dan US$500 juta tenor 10 tahun kupon 4,759%.
Dana segar dari penerbitan ini digunakan untuk memperkuat likuiditas sekaligus memperluas basis pendanaan, sejalan dengan mandat Khazanah dalam mendukung pembangunan ekonomi Malaysia dan memperkuat posisinya di pasar keuangan global.
PIF Arab Saudi
Public Investment Fund (PIF) berdiri pada 1971 dengan mandat mendirikan perusahaan-perusahaan penting bagi perekonomian Arab Saudi. Banyak di antaranya kemudian berkembang menjadi "national champions" yang menopang industrialisasi dan modernisasi ekonomi Kerajaan.
Momentum besar terjadi pada Maret 2015, ketika Dewan Menteri Saudi menerbitkan Resolusi 270 yang menempatkan PIF di bawah Council of Economic and Development Affairs (CEDA) dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman sebagai ketua.
Sejak saat itu, PIF bertransformasi menjadi mesin penggerak utama Vision 2030, dengan peran yang lebih mandiri dan strategi lebih jelas untuk menciptakan perubahan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan.
Dalam perjalanannya, PIF juga masuk ke pasar utang internasional untuk mendukung ekspansi investasinya.
Penerbitan obligasi perdana dilakukan pada Oktober 2022, berupa green bond global senilai US$3 miliar yang terbagi dalam tiga bond yang masing-masing senilai US$1,25 miliar tenor 5 tahun, US$1,25 miliar tenor 10 tahun, dan US$500 juta tenor 100 tahun.
Penerbitan ini menjadi tonggak sejarah karena sekaligus menjadikan PIF sebagai sovereign wealth fund pertama di dunia yang menerbitkan green bond dengan tenor 100 tahun. Dana hasil penerbitan diarahkan untuk mendukung proyek hijau dan keberlanjutan, termasuk energi terbarukan dan pembangunan giga-project seperti NEOM.
Sejak debut itu, PIF terus aktif mengakses pasar global, menerbitkan berbagai instrumen termasuk sukuk, obligasi konvensional, hingga obligasi berdenominasi sterling. Sepanjang 2024 saja, total penerbitan PIF hampir menembus US$10 miliar, menunjukkan kepercayaan investor internasional terhadap kekuatan fundamental Saudi.
Adapun penerbitan terbaru dilakukan pada April 2025, ketika PIF meluncurkan sukuk internasional senilai US$1,25 miliar dengan tenor 7 tahun melalui struktur Wakala.
Instrumen ini disambut luar biasa oleh investor dengan permintaan lebih dari 6 kali lipat. Dana hasil penerbitan digunakan untuk mendiversifikasi basis pendanaan sekaligus mendukung pembiayaan proyek-proyek strategis berkelanjutan yang sejalan dengan agenda Vision 2030.
Turkey Wealth Fund (Turkiye)
Turkey Wealth Fund (TWF) didirikan pada 26 Agustus 2016 sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) milik Pemerintah Turkiye. TWF lebih berfokus untuk mengelola aset strategis negara dan meningkatkan nilai aset melalui investasi domestik & internasional. TWF juga berfungsi sebagai Menjadi "stabilisator" ekonomi Turki, terutama ketika terjadi guncangan pasar atau defisit.
TWF adalah dana investasi milik negara yang memanfaatkan aset milik publik untuk investasi strategis, dan menerbitkan obligasi untuk mengumpulkan modal terutama untuk refinancing dan investasi yang memperkuat infrastruktur ekonomi dan pasar keuangan Turki.
TWF memegang kepemilikan besar saham-saham dalam berbagai sektor, dengan porsi terbesar di sektor perbankan sebanyak 72,97% dari total kepemilikan. Bank-bank yang sahamnya dimiliki oleh TWF seperti Ziraat Bank, Halkbank, dan Vakıfbank.
Selain perbankan, TWF juga memiliki porsi saham di sektor telekomunikasi, minyak dan gas seperti Turkish Petroleum (TPAO), BOTAŞ (gas), dan Turkish Petroleum Refineries (Tüpraş), sektor transportasi seperti Turkish Airlines (THY), serta sektor infrastruktur.
Tercatat bahwa TWF telah beberapa kali menerbitkan obligasi. Pada Februari 2024, TWF menerbitkan obligasi pertamanya berupa eurobond. Sebagai catatan, eurobond adalah jenis obligasi yang menggunakan mata uang selain mata uang negara penerbit obligasi.
TWF menerbitkan eurobond sebesar US$500 juta dengan jatuh tempo 5 tahun dan tingkat kupon 8,375%. Penerbitan ini sangat sukses dengan tingkat kelebihan permintaan lebih dari 14 kali, menunjukkan kepercayaan kuat dari investor internasional. Selain itu, TWF menerbitkan Sukuk (obligasi syariah) sebesar 750 juta dolar AS pada Oktober 2024, menandai langkah pertama masuknya ke pasar Sukuk global.
Selain obligasi, TWF sempat menyepakati pembiayaan murabaha sebesar US$ 150 juta dengan Dubai Islamic Bank (jangka waktu 5 tahun) pada November 2024. TWF juga telah menyelesaikan pembiayaan Murabaha sebesar USD 600 juta melalui konsorsium yang dipimpin Kuwait Finance House pada Agustus 2025.
Mubadala Investment Company
Perusahaan investasi Mubadala adalah sebuah SWF milik pemerintah petrodollar Abu Dhabi, Uni Emirat Arab yang didirikan pada tahun 2017, hasil dari merger Mubadala Development Company dan perusahaan investasi sektor energi milik pemerintah, (International Petroleum Investment Company) IPIC.
Portfolio yang dikelola beragam jenisnya, termasuk teknologi, manufaktur, penerbangan, semikonduktor, energi bersih, infrastruktur, hingga properti. Alokasi portofolio terdiri dari ekuitas swasta (40%), pasar publik (23%), dan infrastruktur/real estate (17%). Mubadala secara aktif berinvestasi di sektor masa depan dan peluang pertumbuhan global.
Mubadala merupakan SWF terbesar kedua di Abu Dhabi, setelah Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) dan di atas Abu Dhabi Developmental Holding Company (ADQ). Ketiganya diketahui mengelola aset sebanyak US$1,7 triliun secara total. Pengelolaan investasi oleh Mubadala menghasilkan return tahunan lima tahun sekitar 10,1%.
Mubadala fokus pada diversifikasi ekonomi Abu Dhabi, terlihat dari sektor-sektor seperti kecerdasan buatan (AI), energi bersih, dan manufaktur maju yang menjadi bagian dari portfolio Mubadala.
Mubadala juga mendiversifikasi sumber pendanaan melalui bond. Salah satu penerbitan obligasi pertama oleh Mubadala yang tercatat adalah penerbitan rogram obligasi global pada tahun 2009 senilai US$1,85 miliar sebagai langkah besar untuk mengurangi ketergantungannya pada pendanaan dari pemerintah Abu Dhabi. Sebagian besar obligasi ini dibeli oleh bank-bank AS dan Eropa dengan tenor yang didominasi periode lima dan sepuluh tahun
Sesaat sebelum merger, Mubadala melakukan penjualan obligasi dual-tranche senilai US$1,5 miliar pada April 2017, menandai langkah penting dalam upaya pengumpulan modalnya. Penawaran ini mencakup obligasi tujuh tahun senilai US$850 juta dengan kupon 3% dan obligasi dua belas tahun senilai US$650 juta dengan kupon 3,75%.
Obligasi terbaru yang diterbitkan oleh Mubadala adalah sukuk (obligasi syariah) senilai US$1 miliar dengan tenor 10 tahun dalam denominasi dolar AS. Sukuk yang diterbitkan pada Mei 2025 ini dipatok pada 60 basis poin di atas hasil US Treasury, mengimplikasikan adanya permintaan kuat dari para investor yang tergambar dari pesanan obligasi yang mengalami oversubscribed, yakni mencapai US$4,75 miliar.
Danantara Ikuti Tren Global
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) akan menerbitkan instrumen pembiayaan strategis berupa surat utang Patriot Bond.
Instrumen ini diketahui akan ditawarkan khusus kepada para konglomerat RI dan tidak tersedia untuk diserap oleh investor ritel. Penyerapan dana Patriot Bond sendiri nantinya akan dilakukan dengan mekanisme private placement.
Adapun total emisi yang akan diterbitkan adalah senilai Rp 50 triliun dan ditawarkan dalam dua tenor berbeda yakni 5 dan 7 tahun. Sementara itu kupon atau imbal hasil yang ditawarkan dikabarkan berada di level 2%.
Secara umum Danantara mengungkapkan penerbitan Patriot Bond ini bertujuan untuk memperkuat kemandirian pembiayaan nasional. Adapun secara lebih spesifik, emisi dari penerbitan surat utang spesial tersebut akan digunakan untuk mendukung proyek transisi energi, yakni pemanfaatan limbah menjadi energi (waste-to-energy). Selain itu Patriot Bond ini juga diharapkan dapat memperluas basis pembiayaan domestik.'=
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]