Newsletter

Asing Borong Saham Lagi, CDIA Beri Sinyal Bahaya: Bursa Jangan Euforia

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
25 July 2025 06:18
Rupiah dan IHSG
Foto: Ilustrasi/ Rupiah dan IHSG/ Aristya Rahadian
  • Pasar keuangan Indonesia berakhir beragam, IHSG dan nilai tukar rupiah mengalami penguatan sementara yield Obligasi 10 tahun RI justru kembali naik.
  • Wall Street lagi-lagi ditutup beragam, Dow Jones melemah sementara S&P dan Nasdaq menguat
  • Pasar keuangan hari ini memiliki potensi merespon beberapa faktor seperti kebijakan bank sentral Eropa,data ekonomi AS, tensi perdagangan internasional, hingga arus modal asing akan menjadi perhatian utama.

Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan Indonesia ditutup tidak senada pada perdagangan kemarin Kamis (23/7/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali naik senada dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang juga menguat, namun Surat Berharga Negara (SBN) terpantau melemah.

Pasar keuangan domestik diproyeksikan masih akan dipengaruhi oleh sentimen baik dari luar negeri maupun dalam negeri pada Jumat (25/7/2025). Selengkapnya mengenai proyeksi bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada penutupan perdagangan kemarin Kamis (24/7/2025), kembali ditutup naik sebesar 0,83% ke posisi 7.530,90. 

Nilai transaksi IHSG kemarin mencapai sekitar Rp16,41 triliun dengan melibatkan 26,27 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,64 juta kali. Sebanyak 302 saham menguat, 308 saham melemah, dan 192 saham stagnan.

Dari sisi investor asing, terpantau kembali melakukan net buy sebesar Rp175,38 miliar di seluruh pasar.

Sebanyak enam dari sebelas sektor ditutup di zona hijau yang dipimpin oleh sektor keuangan yang naik 2,43%, dan diikuti sektor bahan baku naik 0,67%.

Di sisi lain, sektor properti berada di zona pelemahan dengan penurunan sebesar 1,56%, diikuti sektor utilitas turun 1,05% dan sektor energi yang turun 0,60%.

Melihat dari sisi emiten, perusahaan grup Sinar Mas, PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) menjadi penyumbang terbesar pada penguatan IHSG hari ini dengan menyumbang 25,13 indeks poin, diikuti oleh emiten perbankan yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang masing-masing menyumbang penguatan 24,72 indeks poin dan 10,50 indeks poin.

Sementara saham yang menjadi penghambat pergerakan IHSG kemarin yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sebesar 3,79 indeks poin, dan diikuti oleh PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) menyumbang 2,58 indeks poin.

Beralih ke pasar mata uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau ditutup menguat.

Melansir dari Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat walaupun hanya naik 0,03% pada posisi Rp16.280/US$. Secara intraday rupiah sempat menguat 0,21% ke level Rp16,250/US$, namun pada akhirnya penguatan tersebut mesti berkurang hingga di penutupan.

Pergerakan nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin masih dipengaruhi oleh tren pelemahan indeks dolar AS (DXY), Sentimen negatif terhadap greenback muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Presiden AS Donald Trump dan bank sentral AS The Federal Reserve (The FEd).

Trump dijadwalkan mengunjungi kantor pusat The Fed Kamis (24/7/2025) malam waktu setempat, di tengah kritik tajam yang terus Trump lontarkan terhadap Ketua The Fed Jerome Powell karena enggan memangkas suku bunga.

Kekhawatiran investor atas independensi bank sentral pun meningkat, apalagi setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyerukan tinjauan ulang terhadap kinerja The Fed. Tak hanya itu, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick bahkan secara terbuka menyebut Powell harus diganti dan menuntut penurunan suku bunga.

Ketidakpastian arah kebijakan moneter AS ini menekan daya tarik dolar dan turut memberi tekanan terhadap rupiah.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Kamis (24/7/2025) imbal hasil SBN yang bertenor 10 tahun terpantau naik 0,29% menjadi 6,509%. Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield naik berarti harga obligasi turun, hal ini menunjukkan investor yang sedang keluar dari pasar SBN.

Dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street ditutup beragam pada perdagangan Kamis atau Jumat waktu Indonesia.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite mencatatkan penutupan rekor setelah laporan keuangan kuartalan Alphabet melampaui ekspektasi pasar.

Indeks S&P 500 naik tipis 0,07% dan ditutup di level 6.363,35, sementara Nasdaq yang didominasi saham teknologi menguat 0,18% ke 21.057,96. Namun, kedua indeks memangkas sebagian besar kenaikannya menjelang akhir sesi perdagangan.

Sebaliknya, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 316,38 poin atau 0,70%, berakhir di level 44.693,91. Penurunan Dow dipicu oleh saham IBM yang merosot lebih dari 7% setelah pendapatan dari segmen perangkat lunak pada kuartal kedua meleset dari ekspektasi.

S&P 500 dan Nasdaq sebelumnya sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa secara intraday, didorong oleh kenaikan saham Alphabet sebesar 1% setelah induk Google tersebut melaporkan kinerja keuangan kuartal kedua yang melebihi proyeksi analis, baik dari sisi pendapatan maupun laba.

"Melihat besarnya pengaruh perusahaan teknologi besar dan perkembangan kecerdasan buatan (AI), hasil Alphabet menjadi angin segar bagi pasar yang terus mempertanyakan apakah semua investasi besar di AI akan menghasilkan pengembalian investasi (ROI) yang solid atau tidak," ujar Ross Mayfield, ahli strategi investasi di Baird, kepada CNBC International.

Namun, sentimen pasar juga tertahan oleh kinerja negatif saham lain seperti Tesla, yang turun 8% setelah pendapatan dari segmen otomotif kembali turun untuk kuartal kedua berturut-turut.

Di sisi lain, investor mulai mengalihkan perhatian pada ketegangan yang meningkat antara Presiden Donald Trump dan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). Gedung Putih menyatakan bahwa Trump akan mengunjungi kantor The Fed pada hari Kamis, memperbesar tekanan terhadap Ketua The Fed Jerome Powell.

Ini menjadi pertama kalinya dalam hampir dua dekade seorang presiden AS secara resmi mengunjungi bank sentral tersebut.

Pasar sebelumnya mengalami reli pada Rabu, didorong oleh kemajuan dalam pembicaraan perdagangan. S&P 500 menutup hari dengan rekor ke-12 pada tahun ini, dan Nasdaq Composite untuk pertama kalinya ditutup di atas level 21.000.

Saham juga terdorong oleh laporan Financial Times yang menyebut bahwa AS semakin dekat mencapai kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa. Kesepakatan tersebut mencakup rencana menaikkan tarif menjadi 15% untuk impor dari Uni Eropa.

"Jika pemerintah merasa cukup percaya diri untuk mengumumkan pada 1 Agustus bahwa mereka akan menaikkan tarif terhadap negara mana pun yang belum ada kesepakatan dagangnya, itu akan menjadi peristiwa yang membuat pasar menghindari risiko," tambah Mayfield.

Perdagangan pada hari ini, Jumat (25/7/2025), diperkirakan akan berlangsung dinamis. Pelaku pasar akan mencermati berbagai sentimen penting yang berpotensi mempengaruhi arah pergerakan IHSG hingga nilai tukar rupiah.

Beberapa faktor seperti kebijakan bank sentral Eropa, tensi perdagangan internasional, hingga arus modal asing akan menjadi perhatian utama. Investor juga akan mengamati kelanjutan negosiasi dagang Indonesia-AS serta kondisi saham-saham yang terkena suspen hingga masuk ke dalam perdagangan Full Call Auction (FCA).

Investor asing sudah mencatat net buy selama dua hari beruntun, masing-masing sebesar Rp 663,67 milair pada Rabu dan sebesar Rp 176,67 miliar pada Kamis kemarin. Kembalinnya investor asing ke pasar saham tentu saja menjadi kabar baik mengingat asing begitu sulit mencatat net buy pada dua pekan sebelumnya.

Berikut rincian beberapa sentimen yang akan mempengaruhi gerak IHSG- rupiah hari ini :

ECB Tahan Suku Bunga

Bank Sentral Eropa (ECB) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 2% setelah sebelumnya memangkasnya delapan kali dalam setahun terakhir. Keputusan ini diambil di tengah kondisi inflasi yang telah kembali ke target dan ketidakpastian global yang tinggi, terutama akibat tensi dagang antara Uni Eropa dan Amerika Serikat.

ECB menilai bahwa perekonomian kawasan euro masih cukup tangguh meskipun menghadapi tekanan global. Namun, potensi penerapan tarif baru dari AS menjadi perhatian utama. Uni Eropa dan pemerintahan Donald Trump dikabarkan hampir mencapai kesepakatan tarif 15% untuk barang-barang asal Eropa, lebih rendah dari ancaman tarif 30% sebelumnya.

Skenario ini berada di antara proyeksi dasar dan skenario berat ECB yang dipaparkan bulan lalu. Tarif yang lebih tinggi dari AS dinilai dapat menekan pertumbuhan ekonomi zona euro dan memengaruhi inflasi dalam jangka menengah, tergantung pada sejauh mana Uni Eropa merespons.

Meskipun kondisi ekonomi menunjukkan tanda-tanda percepatan, pertumbuhan masih lemah dan perusahaan mulai merasakan tekanan dari potensi penurunan margin akibat tarif. Pasar keuangan masih mengantisipasi kemungkinan penurunan suku bunga tambahan di awal 2026, apalagi jika inflasi terus melandai.

Sementara itu, penguatan nilai tukar euro juga menjadi perhatian karena berisiko menekan daya saing ekspor Eropa dan memperlambat laju inflasi.

Kesepakatan Dagang RI-AS

Pemerintah Indonesia masih melanjutkan pembahasan teknis terkait kesepakatan dagang bilateral dengan Amerika Serikat (AS), menyusul pengumuman joint statement yang sebelumnya disampaikan oleh Gedung Putih.

Dalam pernyataan tersebut disebutkan bahwa tarif impor untuk produk Indonesia ke AS ditetapkan sebesar 19%, menurun dari ancaman sebelumnya yang mencapai hingga 32%. Namun pemerintah Indonesia menegaskan bahwa tarif tersebut belum final dan masih terbuka kemungkinan untuk diturunkan lebih lanjut pada komoditas tertentu.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa sejumlah komoditas unggulan Indonesia yang tidak diproduksi di AS memiliki peluang besar untuk dikenakan tarif lebih rendah, bahkan bisa mendekati nol persen.

Komoditas tersebut mencakup kelapa sawit, kopi, kakao, produk agro, serta berbagai produk mineral dan komponen industri, termasuk suku cadang pesawat terbang dan komponen industri di kawasan khusus seperti free trade zone (FTZ).

"Jadi itu sedang dalam pembahasan dan itu dimungkinkan lebih dari 19%, lebih rendah dari 19%, dan dimungkinkan mendekati 0%," ujar Airlangga dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (24/7/2025).

Dia juga menambahkan bahwa kemungkinan tersebut terbuka karena AS dapat melihat preseden dari Uni Eropa yang telah lebih dulu menerapkan tarif 0% untuk produk kelapa sawit Indonesia dalam skema EU CEPA.

"Seperti kita tahu bersama bahwa Amerika juga melihat bahwa Eropa memberikan kita CPO 0% dalam EU CEPA, jadi beberapa itu menjadi juga menjadi benchmark," tambahnya.

Airlangga menegaskan bahwa joint statement yang diumumkan oleh Gedung Putih pada dasarnya baru merupakan intisari dari komitmen antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden RI Prabowo Subianto.

Karena itu, pembahasan lanjutan bersifat teknis dan mendetail, agar seluruh komitmen tersebut dapat dituangkan dalam bentuk perjanjian yang memiliki dasar hukum jelas untuk implementasi perdagangan kedua negara ke depan.

Salah satu poin penting dalam pembahasan teknis ini adalah kesepakatan mengenai pengecualian persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bagi produk dan perusahaan asal Amerika Serikat.

Menurut Airlangga, pembebasan ini bersifat terbatas dan hanya berlaku pada sektor tertentu, seperti prototipe peralatan telekomunikasi, pusat data, dan alat kesehatan.

Meskipun dikecualikan dari TKDN, produk-produk tersebut tetap harus memenuhi peraturan impor dari kementerian teknis dan tunduk pada pengakuan sertifikasi lembaga pengawas kesehatan seperti Food and Drug Administration (FDA) dari AS.

Airlangga mencontohkan bahwa mekanisme serupa pernah diterapkan saat pandemi COVID-19, ketika Indonesia menerima vaksin dari luar negeri seperti AstraZeneca dan Pfizer.

Saat itu, vaksin tersebut diterima dan didistribusikan berdasarkan standar FDA dan protokol WHO. "Kita bisa menerima dan distribusikan kepada masyarakat," ujarnya.

Dengan adanya pembahasan teknis lanjutan ini, pemerintah berharap dapat mencapai kesepakatan yang lebih menguntungkan bagi Indonesia, terutama untuk sektor-sektor yang sangat bergantung pada ekspor ke pasar AS.

Pemerintah juga terus berupaya agar kepentingan nasional tetap terlindungi, di tengah pembukaan pasar yang lebih luas dalam hubungan dagang bilateral.

Inflow Asing Di Saham Perbankan & Teknikal IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan penguatan pada perdagangan kemarin, didorong oleh lonjakan signifikan pada saham-saham sektor perbankan, terutama bank-bank pelat merah. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 3,94%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menguat 2,56%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) melesat 2,92%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turut naik 0,89%.

Katalis utama dari penguatan saham-saham perbankan tersebut adalah arus masuk investor asing yang kembali aktif melakukan akumulasi. Data menunjukkan bahwa BBRI mencatatkan net buy asing sebesar Rp304,65 miliar, BMRI sebesar Rp100,57 miliar, dan BBNI sebesar Rp52,44 miliar. Namun, BBCA menjadi pengecualian dengan net sell asing sebesar Rp437,49 miliar.

Masuknya kembali dana asing ke saham-saham perbankan telah memberikan sinyal positif di tengah tekanan pasar global dan volatilitas yang masih tinggi. Dalam beberapa bulan terakhir, saham-saham perbankan memang tertekan cukup dalam akibat derasnya aksi jual asing.

Apabila tren inflow asing ini mampu berlanjut hingga perdagangan hari ini, maka peluang penguatan lanjutan IHSG masih terbuka. Dukungan dari sektor perbankan, yang memiliki bobot besar dalam indeks bisa menjadi motor utama kenaikan IHSG hari ini. Di sisi lain, konsistensi aliran dana asing juga berpotensi memperbaiki sentimen pelaku pasar, baik ritel maupun institusi, menjelang akhir pekan.

Namun demikian, yang perlu diwaspadai adalah kondisi IHSG yang secara teknikal sudah berada di area resistance (batas atas). Sepanjang reli penguatan di Juli ini, IHSG telah meninggalkan sejumlah gap teknikal pada grafik pergerakan harga.

Gap-gap ini berpotensi untuk ditutup dalam waktu dekat, sehingga membuka peluang koreksi jangka pendek secara teknikal. Oleh karena itu, investor disarankan tetap mencermati potensi tekanan jual yang bisa muncul secara tiba-tiba di tengah euforia penguatan.

IHSGFoto: Tradingview
IHSG

COIN Resmi Masuk Daftar FCA, CDIA Menyusul?

PT Indokripto Koin Semesta (COIN) resmi masuk daftar efek pemantauan khusus atau Full Call Auction (FCA) pada perdagangan Kamis (24/7/2025). Pada hari pertamanya di FCA, saham COIN langsung ditutup ambles 9,52%.

COIN sempat mencatatkan Auto Rejection Atas (ARA) selama enam hari berturut-turut sejak IPO. Namun lonjakan harga yang signifikan tanpa dukungan fundamental membuat Bursa menerbitkan peringatan Unusual Market Activity (UMA) pada 16 Juli.

Saham ini kemudian disuspensi pada 17 Juli, namun kembali mencetak ARA pada 18 dan 21 Juli. Suspensi lanjutan diberlakukan pada 22 dan 23 Juli, hingga akhirnya COIN diperdagangkan secara terbatas dalam mekanisme FCA.

Sementara itu, saham CDIA yakni emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu, kemarin telah memasuki hari kedua suspensi. Saham CDIA dihentikan sementara karena mengalami lonjakan harga hingga lebih dari 700%, dari harga IPO ke level Rp1.515 per saham.

Kapitalisasi pasarnya bahkan telah tembus Rp189,12 triliun, menjadikannya salah satu emiten dengan nilai tertinggi di Bursa.

Jika merujuk pada Peraturan Bursa Nomor I-X, saham yang disuspensi lebih dari satu hari perdagangan akan otomatis masuk ke papan pemantauan khusus FCA.

Dengan demikian, CDIA besar kemungkinan akan menyusul COIN masuk ke dalam FCA jika dibuka pada perdagangan hari ini.

Klaim Pengangguran AS 

Klaim awal tunjangan pengangguran di Amerika Serikat turun sebanyak 4.000 pada pekan yang berakhir pada 19 Juli 2025, menjadi 217.000 pada minggu ketiga bulan Juli. Angka ini jauh di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan menjadi 227.000. Ini merupakan penurunan keenam secara berturut-turut dan menjadi level terendah sejak April, memperpanjang periode ketahanan relatif pasar tenaga kerja AS setelah sempat muncul kekhawatiran di awal tahun.

Namun di sisi lain, jumlah klaim lanjutan (outstanding claims) meningkat tipis menjadi 1.955.000 pada minggu sebelumnya. Meskipun sedikit di bawah ekspektasi pasar, angka ini tetap menjadi yang tertinggi kedua sejak November 2021. Hal ini mencerminkan perlambatan momentum perekrutan tenaga kerja, meskipun tingkat pengangguran tetap rendah.

Trump Tak Akan Pecat Ketua The Fed, Tapi Tetap Desak Penurunan Suku Bunga

Presiden Trump menyatakan bahwa ia tidak akan memecat Ketua Fed Jerome Powell, meskipun ia kembali menegaskan keinginannya agar suku bunga diturunkan.

Kunjungan langka presiden ke markas besar The Fed ini terjadi kurang dari seminggu sebelum 19 pembuat kebijakan bank sentral AS berkumpul dalam pertemuan dua hari untuk menetapkan suku bunga. Dalam pertemuan tersebut, mereka secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan The Fed dalam kisaran 4,25%-4,50%.

Trump telah berulang kali menuntut agar Ketua The Fed, Jerome Powell, memangkas suku bunga AS, dan kerap melontarkan kemungkinan untuk memecatnya. Namun pada Kamis, Trump mengatakan ia tidak akan melakukan hal tersebut.

"Melakukan itu adalah langkah besar dan saya rasa belum perlu," ujar Trump kepada para wartawan, dikutip dari Reuters, usai mengunjungi lokasi renovasi senilai US$ 2,5 miliar terhadap dua gedung di kompleks kantor pusat The Fed di Washington.

Gedung Putih sebelumnya mengkritik proyek renovasi tersebut sebagai terlalu mahal dan berlebihan, memperburuk ketegangan antara pemerintahan Trump dan lembaga independen yang mengawasi kebijakan moneter negara itu.

Trump juga menegaskan bahwa penurunan biaya pinjaman tetap menjadi prioritas utamanya.

"Saya ingin sekali dia (Powell) menurunkan suku bunga," kata Trump, sementara Powell berdiri di sampingnya dengan ekspresi wajah datar.

Biasanya, Powell menghabiskan Kamis sore sebelum pertemuan penetapan suku bunga dengan melakukan serangkaian panggilan telepon dengan para presiden bank-bank regional The Fed, sebagai bagian dari persiapannya untuk pertemuan tersebut.

Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini: 

  •  Durable Goods Order AS Juni
  • Badan Pusat Statistik akan mengumumkan data kemiskinan per Maret 2025 dan ketimpangan pengeluaran

  • Public Expose Insidentil PT Cipta Selera Murni (CSMI)

  • Konferensi Pers Pain Expo 2025

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Indospring Tbk (INDS)

Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP)

Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI)

Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Delta Giri Wacana Tbk (DGWD)

Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Pratama Widya Tbk (PTPW)

Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA)

Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMBC)

Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Toba Surimi Industries Tbk (CRAB)

Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Jayamas Medica Industri Tbk (OMED)

Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Repower Asia Indonesia Tbk (REAL)

Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Berkah Prima Perkasa Tbk (BLUE)

Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN)

Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Lion Metal Works Tbk (LION)

Tanggal Akhir Perdagangan HMETD PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA)

Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Eastparc Hotel (EAST)

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular