Newsletter

Asing Borong Saham Lagi, CDIA Beri Sinyal Bahaya: Bursa Jangan Euforia

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
25 July 2025 06:18
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers terkait Joint Statement Indonesia-AS. (Tangkapan Layar)
Foto: Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers terkait Joint Statement Indonesia-AS. (Tangkapan Layar)

Perdagangan pada hari ini, Jumat (25/7/2025), diperkirakan akan berlangsung dinamis. Pelaku pasar akan mencermati berbagai sentimen penting yang berpotensi mempengaruhi arah pergerakan IHSG hingga nilai tukar rupiah.

Beberapa faktor seperti kebijakan bank sentral Eropa, tensi perdagangan internasional, hingga arus modal asing akan menjadi perhatian utama. Investor juga akan mengamati kelanjutan negosiasi dagang Indonesia-AS serta kondisi saham-saham yang terkena suspen hingga masuk ke dalam perdagangan Full Call Auction (FCA).

Investor asing sudah mencatat net buy selama dua hari beruntun, masing-masing sebesar Rp 663,67 milair pada Rabu dan sebesar Rp 176,67 miliar pada Kamis kemarin. Kembalinnya investor asing ke pasar saham tentu saja menjadi kabar baik mengingat asing begitu sulit mencatat net buy pada dua pekan sebelumnya.

Berikut rincian beberapa sentimen yang akan mempengaruhi gerak IHSG- rupiah hari ini :

ECB Tahan Suku Bunga

Bank Sentral Eropa (ECB) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 2% setelah sebelumnya memangkasnya delapan kali dalam setahun terakhir. Keputusan ini diambil di tengah kondisi inflasi yang telah kembali ke target dan ketidakpastian global yang tinggi, terutama akibat tensi dagang antara Uni Eropa dan Amerika Serikat.

ECB menilai bahwa perekonomian kawasan euro masih cukup tangguh meskipun menghadapi tekanan global. Namun, potensi penerapan tarif baru dari AS menjadi perhatian utama. Uni Eropa dan pemerintahan Donald Trump dikabarkan hampir mencapai kesepakatan tarif 15% untuk barang-barang asal Eropa, lebih rendah dari ancaman tarif 30% sebelumnya.

Skenario ini berada di antara proyeksi dasar dan skenario berat ECB yang dipaparkan bulan lalu. Tarif yang lebih tinggi dari AS dinilai dapat menekan pertumbuhan ekonomi zona euro dan memengaruhi inflasi dalam jangka menengah, tergantung pada sejauh mana Uni Eropa merespons.

Meskipun kondisi ekonomi menunjukkan tanda-tanda percepatan, pertumbuhan masih lemah dan perusahaan mulai merasakan tekanan dari potensi penurunan margin akibat tarif. Pasar keuangan masih mengantisipasi kemungkinan penurunan suku bunga tambahan di awal 2026, apalagi jika inflasi terus melandai.

Sementara itu, penguatan nilai tukar euro juga menjadi perhatian karena berisiko menekan daya saing ekspor Eropa dan memperlambat laju inflasi.

Kesepakatan Dagang RI-AS

Pemerintah Indonesia masih melanjutkan pembahasan teknis terkait kesepakatan dagang bilateral dengan Amerika Serikat (AS), menyusul pengumuman joint statement yang sebelumnya disampaikan oleh Gedung Putih.

Dalam pernyataan tersebut disebutkan bahwa tarif impor untuk produk Indonesia ke AS ditetapkan sebesar 19%, menurun dari ancaman sebelumnya yang mencapai hingga 32%. Namun pemerintah Indonesia menegaskan bahwa tarif tersebut belum final dan masih terbuka kemungkinan untuk diturunkan lebih lanjut pada komoditas tertentu.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa sejumlah komoditas unggulan Indonesia yang tidak diproduksi di AS memiliki peluang besar untuk dikenakan tarif lebih rendah, bahkan bisa mendekati nol persen.

Komoditas tersebut mencakup kelapa sawit, kopi, kakao, produk agro, serta berbagai produk mineral dan komponen industri, termasuk suku cadang pesawat terbang dan komponen industri di kawasan khusus seperti free trade zone (FTZ).

"Jadi itu sedang dalam pembahasan dan itu dimungkinkan lebih dari 19%, lebih rendah dari 19%, dan dimungkinkan mendekati 0%," ujar Airlangga dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (24/7/2025).

Dia juga menambahkan bahwa kemungkinan tersebut terbuka karena AS dapat melihat preseden dari Uni Eropa yang telah lebih dulu menerapkan tarif 0% untuk produk kelapa sawit Indonesia dalam skema EU CEPA.

"Seperti kita tahu bersama bahwa Amerika juga melihat bahwa Eropa memberikan kita CPO 0% dalam EU CEPA, jadi beberapa itu menjadi juga menjadi benchmark," tambahnya.

Airlangga menegaskan bahwa joint statement yang diumumkan oleh Gedung Putih pada dasarnya baru merupakan intisari dari komitmen antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden RI Prabowo Subianto.

Karena itu, pembahasan lanjutan bersifat teknis dan mendetail, agar seluruh komitmen tersebut dapat dituangkan dalam bentuk perjanjian yang memiliki dasar hukum jelas untuk implementasi perdagangan kedua negara ke depan.

Salah satu poin penting dalam pembahasan teknis ini adalah kesepakatan mengenai pengecualian persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bagi produk dan perusahaan asal Amerika Serikat.

Menurut Airlangga, pembebasan ini bersifat terbatas dan hanya berlaku pada sektor tertentu, seperti prototipe peralatan telekomunikasi, pusat data, dan alat kesehatan.

Meskipun dikecualikan dari TKDN, produk-produk tersebut tetap harus memenuhi peraturan impor dari kementerian teknis dan tunduk pada pengakuan sertifikasi lembaga pengawas kesehatan seperti Food and Drug Administration (FDA) dari AS.

Airlangga mencontohkan bahwa mekanisme serupa pernah diterapkan saat pandemi COVID-19, ketika Indonesia menerima vaksin dari luar negeri seperti AstraZeneca dan Pfizer.

Saat itu, vaksin tersebut diterima dan didistribusikan berdasarkan standar FDA dan protokol WHO. "Kita bisa menerima dan distribusikan kepada masyarakat," ujarnya.

Dengan adanya pembahasan teknis lanjutan ini, pemerintah berharap dapat mencapai kesepakatan yang lebih menguntungkan bagi Indonesia, terutama untuk sektor-sektor yang sangat bergantung pada ekspor ke pasar AS.

Pemerintah juga terus berupaya agar kepentingan nasional tetap terlindungi, di tengah pembukaan pasar yang lebih luas dalam hubungan dagang bilateral.

Inflow Asing Di Saham Perbankan & Teknikal IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan penguatan pada perdagangan kemarin, didorong oleh lonjakan signifikan pada saham-saham sektor perbankan, terutama bank-bank pelat merah. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 3,94%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menguat 2,56%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) melesat 2,92%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turut naik 0,89%.

Katalis utama dari penguatan saham-saham perbankan tersebut adalah arus masuk investor asing yang kembali aktif melakukan akumulasi. Data menunjukkan bahwa BBRI mencatatkan net buy asing sebesar Rp304,65 miliar, BMRI sebesar Rp100,57 miliar, dan BBNI sebesar Rp52,44 miliar. Namun, BBCA menjadi pengecualian dengan net sell asing sebesar Rp437,49 miliar.

Masuknya kembali dana asing ke saham-saham perbankan telah memberikan sinyal positif di tengah tekanan pasar global dan volatilitas yang masih tinggi. Dalam beberapa bulan terakhir, saham-saham perbankan memang tertekan cukup dalam akibat derasnya aksi jual asing.

Apabila tren inflow asing ini mampu berlanjut hingga perdagangan hari ini, maka peluang penguatan lanjutan IHSG masih terbuka. Dukungan dari sektor perbankan, yang memiliki bobot besar dalam indeks bisa menjadi motor utama kenaikan IHSG hari ini. Di sisi lain, konsistensi aliran dana asing juga berpotensi memperbaiki sentimen pelaku pasar, baik ritel maupun institusi, menjelang akhir pekan.

Namun demikian, yang perlu diwaspadai adalah kondisi IHSG yang secara teknikal sudah berada di area resistance (batas atas). Sepanjang reli penguatan di Juli ini, IHSG telah meninggalkan sejumlah gap teknikal pada grafik pergerakan harga.

Gap-gap ini berpotensi untuk ditutup dalam waktu dekat, sehingga membuka peluang koreksi jangka pendek secara teknikal. Oleh karena itu, investor disarankan tetap mencermati potensi tekanan jual yang bisa muncul secara tiba-tiba di tengah euforia penguatan.

IHSGFoto: Tradingview
IHSG

COIN Resmi Masuk Daftar FCA, CDIA Menyusul?

PT Indokripto Koin Semesta (COIN) resmi masuk daftar efek pemantauan khusus atau Full Call Auction (FCA) pada perdagangan Kamis (24/7/2025). Pada hari pertamanya di FCA, saham COIN langsung ditutup ambles 9,52%.

COIN sempat mencatatkan Auto Rejection Atas (ARA) selama enam hari berturut-turut sejak IPO. Namun lonjakan harga yang signifikan tanpa dukungan fundamental membuat Bursa menerbitkan peringatan Unusual Market Activity (UMA) pada 16 Juli.

Saham ini kemudian disuspensi pada 17 Juli, namun kembali mencetak ARA pada 18 dan 21 Juli. Suspensi lanjutan diberlakukan pada 22 dan 23 Juli, hingga akhirnya COIN diperdagangkan secara terbatas dalam mekanisme FCA.

Sementara itu, saham CDIA yakni emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu, kemarin telah memasuki hari kedua suspensi. Saham CDIA dihentikan sementara karena mengalami lonjakan harga hingga lebih dari 700%, dari harga IPO ke level Rp1.515 per saham.

Kapitalisasi pasarnya bahkan telah tembus Rp189,12 triliun, menjadikannya salah satu emiten dengan nilai tertinggi di Bursa.

Jika merujuk pada Peraturan Bursa Nomor I-X, saham yang disuspensi lebih dari satu hari perdagangan akan otomatis masuk ke papan pemantauan khusus FCA.

Dengan demikian, CDIA besar kemungkinan akan menyusul COIN masuk ke dalam FCA jika dibuka pada perdagangan hari ini.

Klaim Pengangguran AS 

Klaim awal tunjangan pengangguran di Amerika Serikat turun sebanyak 4.000 pada pekan yang berakhir pada 19 Juli 2025, menjadi 217.000 pada minggu ketiga bulan Juli. Angka ini jauh di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan menjadi 227.000. Ini merupakan penurunan keenam secara berturut-turut dan menjadi level terendah sejak April, memperpanjang periode ketahanan relatif pasar tenaga kerja AS setelah sempat muncul kekhawatiran di awal tahun.

Namun di sisi lain, jumlah klaim lanjutan (outstanding claims) meningkat tipis menjadi 1.955.000 pada minggu sebelumnya. Meskipun sedikit di bawah ekspektasi pasar, angka ini tetap menjadi yang tertinggi kedua sejak November 2021. Hal ini mencerminkan perlambatan momentum perekrutan tenaga kerja, meskipun tingkat pengangguran tetap rendah.

Trump Tak Akan Pecat Ketua The Fed, Tapi Tetap Desak Penurunan Suku Bunga

Presiden Trump menyatakan bahwa ia tidak akan memecat Ketua Fed Jerome Powell, meskipun ia kembali menegaskan keinginannya agar suku bunga diturunkan.

Kunjungan langka presiden ke markas besar The Fed ini terjadi kurang dari seminggu sebelum 19 pembuat kebijakan bank sentral AS berkumpul dalam pertemuan dua hari untuk menetapkan suku bunga. Dalam pertemuan tersebut, mereka secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan The Fed dalam kisaran 4,25%-4,50%.

Trump telah berulang kali menuntut agar Ketua The Fed, Jerome Powell, memangkas suku bunga AS, dan kerap melontarkan kemungkinan untuk memecatnya. Namun pada Kamis, Trump mengatakan ia tidak akan melakukan hal tersebut.

"Melakukan itu adalah langkah besar dan saya rasa belum perlu," ujar Trump kepada para wartawan, dikutip dari Reuters, usai mengunjungi lokasi renovasi senilai US$ 2,5 miliar terhadap dua gedung di kompleks kantor pusat The Fed di Washington.

Gedung Putih sebelumnya mengkritik proyek renovasi tersebut sebagai terlalu mahal dan berlebihan, memperburuk ketegangan antara pemerintahan Trump dan lembaga independen yang mengawasi kebijakan moneter negara itu.

Trump juga menegaskan bahwa penurunan biaya pinjaman tetap menjadi prioritas utamanya.

"Saya ingin sekali dia (Powell) menurunkan suku bunga," kata Trump, sementara Powell berdiri di sampingnya dengan ekspresi wajah datar.

Biasanya, Powell menghabiskan Kamis sore sebelum pertemuan penetapan suku bunga dengan melakukan serangkaian panggilan telepon dengan para presiden bank-bank regional The Fed, sebagai bagian dari persiapannya untuk pertemuan tersebut.

(evw/evw)
Next Page
XXX
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular