Big Stories 2024

Tulang Punggung Energi RI, Ini Capaian Cemerlang Pertamina di 2024

Tim Riset, CNBC Indonesia
31 December 2024 14:25
Pertamina menuju energi hijau
Foto: Pertamina

Dunia kini menuju energi bersih itu. Sebagai bagian dari perkembangan tersebut, PT Pertamina (Persero) juga ikut terus berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon dan mewujudkan visi energi yang lebih berkelanjutan di masa depan.

Salah satunya yakni dengan kehadiran Power & New Renewable Energy (NRE) Subholding dioperasikan melalui PT Pertamina Power Indonesia.

Subholding ini bertanggung jawab pada pelaksanaan sejumlah kegiatan, yang terdiri dari eksplorasi dan produksi sumber Energi Baru dan Terbarukan (EBT) secara terintegrasi dengan cakupan usahanya meliputi eksplorasi dan operasi wilayah kerja geothermal, pembangkit listrik panas bumi, pembangkit listrik tenaga gas dan pengembangan EBT.

Pertamina NRE dibentuk sebagai bagian dari upaya transisi energi Pertamina menuju sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Pertamina NRE bertujuan untuk mempercepat pemanfaatan energi terbarukan dan mendukung upaya Indonesia dalam memenuhi target pengurangan emisi karbon.

Anggaran Triliunan untuk EBT Hingga 2029

Dalam proses pencapaian energi yang lebih bersih, tentunya sejumlah anggaran diperlukan bahkan dalam nominal yang cukup besar. Pertamina telah menyiapkan anggaran sekitar 8% dari total belanja investasinya atau sekitar US$6,2 miliar untuk pengembangan EBT.

PNRE berkomitmen untuk mengalokasikan capital expenditure (capex) dari US$0,7 miliar (2024) menjadi US$6,2 miliar (2029) dengan mayoritas fokus pada renewable energy sebesar 63%, khususnya solar, wind, and geothermal.

Capex Pertamina PNREFoto: Pertamina PNRE
Capex Pertamina PNRE



EBT yang dikembangkan dengan anggaran tersebut mencakup geothermal, bioetanol, hidrogen hijau, tenaga surya, tenaga angin, tenaga biomass, baterai, dan bisnis karbon.

Investasi tersebut bertujuan untuk mewujudkan pertumbuhan bisnis rendah emisi Pertamina sekaligus mendukung target NZE Indonesia tahun 2060. Setidaknya ada 4 target agresif Pertamina hingga tahun 2029 untuk mendukung ini, antara lain 60 juta kilo liter (KL) penjualan bahan bakar nabati, 5,5 KL produksi petrokimia, 1,4 gigawatt (GW) kapasitas terpasang geothermal, dan 1,5 juta ton setara CO2 penurunan emisi melalui CCS/CCUS.

Capaian & Target Pertamina Perihal EBT

Pertamina NRE memiliki beberapa bidang utama dalam pengembangan EBT dan hingga saat ini, capaian yang telah diraih terus bertambah pada 2024 diikuti dengan target yang akan diraih di masa depan.

Sebagai contoh perihal bioetanol. Pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai alternatif energi ramah lingkungan di Indonesia masih menemui berbagai tantangan. Maka dari itu, Pertamina berinvestasi serta membangun kerja sama dengan produsen otomotif untuk mempromosikan kendaraan yang dapat menggunakan bioetanol.

Pengembangan ini telah dilakukan Pertamina Patra Niaga dengan mencampurkan bioetanol 5% (E5), terutama yang berasal dari tetes tebu (molase), ke dalam BBM Pertamax (RON 92). Hasilnya adalah produk setara RON 95 yang dijual dengan merek Pertamax Green 95.

Infografis, Kenalan Sama Bioetanol, Jagoan BBM Ramah Lingkungan PertaminaFoto: Infografis/ Bioetanol Pertamina/ Edward Ricardo
Infografis, Kenalan Sama Bioetanol, Jagoan BBM Ramah Lingkungan Pertamina

Produksi bioetanol di Indonesia baru mencapai sekitar 40 ribu kiloliter (KL) per tahun. Target pemerintah untuk 2030 adalah mencapai produksi sebanyak 1,2 juta KL, yang diharapkan dapat mengurangi impor Bahan Bakar Minya (BBM) sebesar 60%, khususnya pada jenis bensin yang mencapai 35,8 juta KL pada 2022.

Lebih lanjut, produksi bioetanol baru menyumbang 2% dalam bauran EBT. Meski demikian, pemerintah terus berupaya meningkatkan kontribusinya. Program pencampuran bioetanol dalam BBM jenis bensin dijadwalkan mencapai 10% (E10) pada 2029 atau 2030. Namun, tantangan utama yang masih dihadapi adalah pasokan bahan baku bioetanol yang berasal dari tebu.

Oleh karena itu, Pertamina saat ini sedang mengembangkan produksi bioetanol dengan memanfaatkan teknologi sorgum.

SVP Technology Innovation Pertamina, Oki Muriza menyebutkan, pihaknya sudah melakukan demonstrasi produksi bioetanol pada pameran otomotif (GIIAS) pada tahun ini.

"Kemudian kita juga sedang mengejar bahan bakar nabati lainnya seperti bioetanol yang bisa diproduksi dari bermacam bahan baku yang ada di Indonesia. Termasuk di situ baru-baru ini kami demonstration selama GIIAS adalah produksi bioetanol dari sampah pertanian, dari batang sorgum," jelas Oki kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, dikutip Selasa (6/8/2024).

tanaman sorgumFoto: tanaman. pangan.go.id
tanaman sorgum

Bahkan selain bioetanol, Pertamina juga tengah mengembangkan pemanfaatan minyak makan bekas untuk bisa dijadikan BBM yang berkelanjutan dan memiliki emisi yang rendah.

Pertamina saat ini tengah mengembangkan produksi bioetanol yakni bahan bakar nabati (BBN) sebagai campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan memanfaatkan tumbuhan sorgum. Oleh sebab itu, Pertamina saat ini tengah berupaya untuk membudidayakan tanaman sorgum.

Pertamina tengah menggarap proyek percontohan budidaya sorgum di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). Pihaknya menggunakan data geospasial untuk menentukan ketersediaan lahan yang cocok bagi budidaya sorgum.

Bicara soal BBN, Pertamina juga terus mengembangkan biodiesel ang berbasis minyak sawit (FAME) yang mana saat ini implementasinya sudah mencapai 35% untuk dicampur dengan BBM.

Komponen mesin kendaraan biodiesel B30 dan B40. (CNBC Indonesia/Firda Dwi Muliawati)Foto: Komponen mesin kendaraan biodiesel B30 dan B40. (CNBC Indonesia/Firda Dwi Muliawati)
Komponen mesin kendaraan biodiesel B30 dan B40. (CNBC Indonesia/Firda Dwi Muliawati)

Ke depan, Pertamina berencana mengimplementasikan biodiesel 50% (B50) yang mana hal ini merupakan target dari Presiden Prabowo.

Sebelumnya, Presiden Prabowo dalam pidatonya di Indonesia-Brazil Business Forum, Rio de Janerio menegaskan bahwa Indonesia akan mengembangkan produksi biodiesel 50% atau B50 pada 2025. Produksi diesel dicampur dengan minyak kelapa sawit itu akan dilakukan oleh Indonesia sendiri.

Prabowo mengakui, bahwa Brazil memang negara yang lebih maju dalam penggunaan energi bio fuel dari tanaman. "Anda sangat sukses dengan bioetanol dan kami akan masuk ke biodiesel, memproduksi diesel dari minyak kelapa sawit," ungkap Prabowo, dikutip Senin (18/11/2024).

"Kami ingin meningkatkan jadi 50% pada tahun 2025," tegas Prabowo.

Selain BBN, Pertamina juga terus mengedepankan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi/PLTPB (geothermal).

PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO) atau PGE senantiasa berkomitmen untuk mempercepat pengembangan proyek-proyek EBT, khususnya geothermal. Hal ini dilakukan guna mencapai target kapasitas terpasang 1 gigawatt (GW) dalam jangka pendek.

Direktur Eksplorasi & Pengembangan PGE, Edwil Suzandi menuturkan, saat ini PGE memiliki kapasitas terpasang sekitar 672 megawatt (MW). Melihat jumlah tersebut, PGE berupaya meningkatkan kapasitas tersebut menjadi 1 gigawatt atau 1000 megawatt dalam 2-3 tahun mendatang dan saat ini PGEO sedang masif mengerjakan proyek Lumut Balai unit 2 dengan kapasitas 55 megawatt.

Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)Foto: Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)
Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)

Di sisi lain, PGE juga berhasil menandatangani perjanjian konsorsium dengan PLN Indonesia Power untuk mengembangkan teknologi baru dalam memanfaatkan sisa air dari proses produksi geothermal. Inisiatif ini disebut sebagai geothermal beyond energy, yang akan meningkatkan kapasitas sekitar 40 MW di wilayah Ulubelu dan Lahendong, dengan target jangka panjang mencapai 230 MW dalam 2-3 tahun mendatang.

Tak ketinggalan, tim PGE juga mengeksplorasi potensi geothermal secara mendalam dengan target jangka panjang mencapai 3 GW. Adapun sejumlah area yang tengah divalidasi untuk pengembangan di antaranya adalah Lahendong 78 dan Gunung 3 di Sumatera, masing-masing dengan target kapasitas 55 MW dan 50 MW.

Wilayah kerja PGEOFoto: PGEO
Wilayah kerja PGEO



(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular