Big Stories 2024

Tulang Punggung Energi RI, Ini Capaian Cemerlang Pertamina di 2024

Tim Riset, CNBC Indonesia
31 December 2024 14:25
Infografis, Pertagas Bangun Infrastruktur Terintegrasi Demi Ketahanan Energi

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki usia 67 tahun pada tahun ini, PT Pertamina (Persero) memperkuat kiprahnya sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energi yang strategis dan berperan besar dalam perekonomian.

Kontribusi Pertamina dalam perekonomian Indonesia sangat signifikan mulai dari menjaga ketahanan energi hingga menyumbang pendapatan negara. Pertamina bahkan menjadi penyumbang setoran pajak BUMN terbesar sepanjang tahun 2023 kepada negara dengan setoran pajak mencapai Rp224,53 triliun.

Tentunya kontribusi besar ini didorong dari kinerja keuangan PT Pertamina (Persero) yang solid. Sepanjang tahun 2023, PT Pertamina (Persero) mencatatkan laba total sebesar US$4,77 miliar atau sekitar Rp72,7 triliun (asumsi kurs Rp 15.255 per US$). Perolehan laba tersebut naik 17% dibanding laba tahun 2022.

Kinerja positif keuangan Pertamina juga nampak pada EBITDA atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi sebesar US$14,36 miliar. Angka ini naik 6% dibanding EBITDA di tahun 2022. Sementara, pendapatan konsolidasian 2023 adalah sebesar US$ 75,79 miliar.

Pertamina berhasil mengelola operasinya untuk mempertahankan pertumbuhan laba. Kinerja keuangan pada 2023 meningkat dibandingkan 2022 karena pengelolaan efisiensi, optimalisasi biaya, liabilitas, dan pembayaran kompensasi.

pertaminaFoto: pertamina
pertamina

Melalui Subholding Hulu, produksi minyak dan gas (migas) bertumbuh 8% dari tahun 2022 sebesar 967 ribu barel setara minyak per hari (million barrel oil per day/MBOEPD) menjadi 1.044 MBOEPD pada 2023.

Produksi tersebut dialokasikan untuk kebutuhan energi nasional, dimana dari 24% blok dalam negeri yang dikelola Pertamina berkontribusi terhadap pasokan minyak dan gas nasional sebanyak 69% dan 34%. Pada 2023, Pertamina juga melakukan 6 akuisisi blok, termasuk Blok Masela, Blok Bunga dan Peri Mahakam.

Produksi dan pengangkatan keduanya menghasilkan peningkatan sekitar 8%, didorong oleh peningkatan kontribusi dari operasi domestik dan internasional.

Global Footprint. (Pertamina)Foto: Global Footprint. (Pertamina)
Global Footprint. (Pertamina)

Dari Subholding Pengolahan dan Petrokimia, produksi kilang meningkat 2% dari tahun dari 333 juta barel (BBL) pada 2022 menjadi 341 juta barel pada  2023. Program refinery development master plan (RDMP) Balikpapan telah mencapai 84% per akhir Desember 2023, serta keberhasilan lain seperti inovasi produk energi ramah lingkungan berupa sustainable aviation fuel (SAF), BioSolar B35, dan Pertamax Green.

Hasil produk bernilai pun meningkat sebesar 1%, yang dikaitkan dengan peningkatan kapasitas di unit sekunder dan konversi produk bernilai.

Pertamina Bisnis Terintegrasi. (Dok Pertamina)Foto: Pertamina Bisnis Terintegrasi. (Dok Pertamina)
Pertamina Bisnis Terintegrasi. (Dok Pertamina)

Sementara pada bisnis pemasaran dan niaga, melalui subholding Commercial & Trading, realisasi penjualan produk BBM dan Non-BBM juga meningkat sebesar 2%, yakni dari 98 juta kiloliter (KL) pada 2022 menjadi 100 juta KL pada 2023.

pertaminaFoto: pertamina
pertamina

Selain itu, Pertamina Patra Niaga telah mulai menyalurkan BBM ramah lingkungan Pertamax Green 95, Biosolar 35. Pertamina, di tahun 2023 terus menjalankan program BBM 1 Harga, One Village One Outlet (OVOO) dan Pertashop di seluruh wilayah Indonesia, yang hingga akhir tahun 2023 telah mencakup 98% wilayah.

Sebagai lini bisnis yang berhubungan dengan konsumen, Pertamina terus mengoptimalkan pemanfaatan digitalisasi secara terintegrasi, mulai dari distribusi hingga layanan, sehingga proses bisnis sektor ini dapat menghasilkan efisiensi yang signifikan bagi Pertamina.

Subholding Gas juga berhasil meningkatkan penjualan gas dari 327 ribu BBTU (billion british thermal unit) di tahun 2022 menjadi 337 ribu BBTU di tahun 2023.

pertaminaFoto: pertamina
pertamina

Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan permintaan dari sektor industri, komersial dan rumah tangga. Sementara itu, jaringan gas (jargas) pada 2023 bertambah 55 ribu, atau secara akumulasi menjadi 820 ribu sambungan rumah tangga (SRT). Sementara, transmisi gas meningkat sekitar 8% dari 493 Miliar SCF di tahun 2022 menjadi 532 Miliar SCF pada 2023.

Subholding Integrated Marine Logistics (SH IML) juga mencatatkan kinerja yang positif di sepanjang 2023. Transportasi kargo Pertamina meningkat 3% dari tahun sebelumnya yakni dari 157 juta KL pada 2022 menjadi 161 juta KL pada 2023.

SH IML saat ini mengoperasikan 784 tanker serta supported vessels di domestik dan 50 rute internasional. Sebagian besar kapal milik Pertamina juga telah menggunakan desain EcoShip, yang berdampak pada penurunan emisi dan efisiensi bahan bakar hingga 8%.

Selanjutnya, penjualan gas meningkat sekitar 3% karena permintaan yang lebih tinggi dari pelanggan industri, komersial, dan rumah tangga, terutama dari Jawa Timur.

Transmisi gas pun juga meningkat signifikan sekitar 8% karena aktivitas yang lebih tinggi dari proyek Jambaran Tiung Biru melalui pipa Gresik-Semarang, serta di wilayah Sumatera Utara dan Kalimantan.

pertaminaFoto: pertamina
pertamina

Adapun di sisi subholding Pertamina New & Renewable Energy (PNRE), produksi listrik dari energi baru dan terbarukan, termasuk panas bumi naik 17% dari 4.658 giga watt hour (GWh) pada 2022 menjadi 5.451 GWh pada 2023.

SH PNRE juga melakukan komersialisasi beberapa operasional, diantaranya IPP Jawa 1 Unit 2, Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Rokan, Refinery Unit II, III, IV, dan VI.

Peningkatan signifikan dalam bisnis rendah karbon menghasilkan kinerja positif segmen Listrik & NRE, tercermin dari jumlah listrik yang dihasilkan dari sumber yang bertanggung jawab dan peningkatan kapasitas terpasang.

pertaminaFoto: pertamina
pertamina

Sebagian besar indikator operasi di seluruh subholding meningkat pada 2023 dibandingkan dengan tahun 2022. Kenaikan operasional Pertamina Grup dipicu oleh tumbuhnya permintaan dari konsumen, terutama pada sektor energi transisi dimana pertumbuhannya cukup tinggi.

Hal ini mencerminkan Pertamina menjalankan visinya untuk mendorong pemanfaatan energi transisi, sekaligus menjaga ketahanan energi nasional pada sektor migas.

Selama tahun 2023, salah satu kunci pemanfaatan digitalisasi di Pertamina diimplementasikan melalui Pertamina Integrated Enterprise Data and Command Center (PIEDCC), yang merupakan transformasi digital dalam memonitor dan mengendalikan seluruh proses bisnis Pertamina dapat berjalan dengan baik, termasuk proses distribusi dan ketersediaan pasokan energi.

Selain itu, peningkatan kinerja di sepanjang 2023 terjadi pasca restrukturisasi organisasi pembentukan Holding dan Subholding, kinerja PT Pertamina (Persero). Tantangan global, terutama dengan penurunan harga minyak dunia dan pelemahan nilai tukar, berhasil dilalui dengan baik oleh Pertamina melalui pengelolaan operasional yang semakin efisien serta dilakukannya optimalisasi manajemen keuangan.

Kontribusi Pertamina Untuk Indonesia

Sebagai BUMN, PT Pertamina (Persero) berkomitmen turut menggerakan perekonomian nasional. Sepanjang tahun 2023, Pertamina berkontribusi hingga Rp425,5 triliun kepada penerimaan negara. Kontribusi tersebut berasal dari pembayaran pajak dan dividen.

Kontribusi penerimaan negara dari Pertamina terdiri dari pembayaran pajak sebanyak Rp224,53 triliun, yakni Pajak Penghasilan (PPh), pajak dibayar di muka, pajak pertambahan nilai (PPN) keluaran, custom atau bea masuk, dan pajak daerah.

Dan Pertamina pun menjadi penyumbang setoran pajak BUMN terbesar sepanjang 2023 kepada negara, dengan menduduki peringkat pertama sebagai BUMN penyumbang pajak terbesar pada 2023.

Selain pajak, penerimaan lain yakni Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp66,17 triliun, dividen dan signature bonus sebesar Rp14,03 triliun.

Kontribusi lain yang diberikan Pertamina adalah dalam bentuk Minyak Mentah dan Kondensat Bagian Negara (MMKBN) yang pada tahun 2023 mencapai Rp120,79 triliun.

Sementara itu, selain taat pajak, Pertamina juga berkontribusi pada implementasi program kewajiban Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Sepanjang 2023, Pertamina Group berhasil menyerap TKDN sebesar Rp374 triliun, atau mencapai 47% dari total TKDN BUMN secara nasional. Komitmen Pertamina dalam TKDN bertujuan untuk mendorong bertumbuhnya industri dalam negeri.

Dengan kontribusi Pertamina kepada negara dan industri, diharapkan dapat mendukung multiplier effect yang positif bagi masyarakat, menggerakkan industri di Tanah Air dan mendorong perekonomian nasional.

Global Footprint. (Pertamina)Foto: Global Footprint. (Pertamina)
Global Footprint. (Pertamina)

Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina

Kinerja 2024, Pendapatan Pertamina Nyaris Rp 1000 Triliun

Performa kinerja Pertamina pun terus meningkat. Hal ini dibuktikan dimana PT Pertamina (Persero) mencatatkan pendapatan perseroan sepanjang Januari hingga Oktober 2024 mencapai US$ 62,5 miliar atau sekitar Rp 996,25 triliun.

Pendapatan tersebut lantas berdampak pada laba perusahaan yang tercatat mencapai US$ 2,6 miliar atau sekitar Rp 41 triliun.

Wakil Direktur Utama Pertamina Wiko Migantoro mengungkapkan bahwa dengan capaian sampai Oktober 2024 itu, pihaknya optimistis sampai dengan akhir tahun ini akan bisa menyamakan pendapatan pada tahun 2023.

"Kami perlu ceritakan bahwa di 2024 kami mengalami situasi yang memberikanpressuredi bisnismidstream,khususnya di kilang dan ini dibuktikan dengan hal serupa terjadi di banyaknya kilang-kilang di dunia yang harus struggle untuk menjalankan operasionalnya," ungkap Wiko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Selasa (3/12/2024).

Guna mendukung target kinerja perusahaan, sampai Oktober Pertamina sudah menggelontorkan belanja investasi sebesar US$ 4,7 miliar. Di mana, terbesar diutamakan untuk kegiatan hulu yang menghasilkan produksi minyak.

Di sisi lain, Pertamina terus berkomitmen untuk meningkatkan efisiensi sebagai bagian dari semangat holding-subholding. Sepanjang 2024 misalnya, perusahaan telah berhasil melakukan optimalisasi biaya sebesar US$ 780 juta, yang terdiri dari kegiatancost saving,cost affordance, danrevenue generators.

PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) terus berkomitmen untuk berkontribusi menjaga ketahanan energi nasional. 

Sejak September 2021, PHE sebagai Subholding Upstream Pertamina telah bertanggung jawab sebagai koordinator yang mengelola seluruh aset hulu migas Pertamina, baik domestik maupun internasional, dengan fokus pada efisiensi, inovasi, dan peningkatan produksi minyak dan gas (migas).

PHE diketahui mengelola wilayah kerja (WK) berdasarkan lima Regional dengan mempertimbangkan aspek volume produksi, regional, dan kompleksitas operasional. 

 PHE Subholding Upstream berperan sebagai planner, validator, dan policy maker. Sementara itu, Regional berfokus pada optimizer dan integrator serta peningkatan safety, produksi, dan cadangan migas.

 Kinerja Gemilang PHE dan Kontribusinya ke Tanah Air 

Selama lebih dari tiga tahun resmi menjadi subholding upstream, PHE berhasil mencatatkan kinerja ciamik dalam meningkatkan kontribusi pada produksi migas. 

Sepanjang 2023, PHE berhasil mencatatkan produksi lebih dari 1 juta barel per hari (BOEPH) yang berkontribusi terhadap ketahanan energi nasional sebesar 69% lifting gas sebanyak 34%. 

 

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina mencatatkan produksi migas sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) pada Kuartal III 2024.  (Doc PHE)Foto: PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina mencatatkan produksi migas sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) pada Kuartal III 2024. (Doc PHE)
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina mencatatkan produksi migas sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) pada Kuartal III 2024. (Doc PHE)

Pada periode tersebut, PHE juga menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkan produksi, termasuk menambahkan 10% hak partisipasi di Irak, melakukan akuisisi wilayah kerja di East Natuna, Bunga, dan Peri Mahakam, memperpanjang kontrak Menzel Ledjmet Nord (MLN) di Aljazair, dan menandatangani perjanjian pembelian kepemilikan blok Masela.

Kinerja cemerlang juga masih berlanjut sampai kuartal III/2024, di mana produksi migas mencapai 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPH), dengan rincian produksi minyak sebesar 554 ribu barel minyak per hari (MBOPD) dan produksi gas 2,84 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD).

 Pencapaian produksi migas pada triwulan III/2024 ini tidak terlepas dari implementasi teknologi yang diterapkan seperti Multi Stage Fracturing, Simple Surfactant Flood, Artificial Intelligence (AI)untuk program reaktivasi sumur, dan beberapa teknologi lain. 

Hingga Triwulan III/2024, PHE juga mampu menyelesaikan kerja pengeboran 13 sumur eksplorasi, 585 sumur pengembangan, 769 sumur workover, dan 26.928 well service

PHE WMO operasikan kembali anjungan PHE 12. (Dok. Pertamina Hulu Energi)Foto: PHE WMO operasikan kembali anjungan PHE 12. (Dok. Pertamina Hulu Energi)
PHE WMO operasikan kembali anjungan PHE 12. (Dok. Pertamina Hulu Energi)

Pencapaian kinerja ini jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, pertumbuhannya lebih cemerlang, di mana secara keseluruhan mengalami kenaikan antara lain realisasi pengeboran sumur eksplorasi meningkat 38,5%, dan sumur workover meningkat 21,7%. 

PHE juga mencatatkan survei Seismik 2D sepanjang 739 km dan 3D sepanjang 2.322 km2 pada Triwulan III/2024. Pencapaian ini juga mengalami meningkat dibandingkan realisasi Triwulan III/2023. 

PHE juga berkontribusi terhadap perekonomian nasional dengan terus berupaya menaikkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dari tahapan perencanaan, proses pengadaan, hingga kontrak berakhir. Hingga TW III/2024, realisasi TKDN mencapai 62,94%

Gencar Eksplorasi, PHE Catat Penemuan Cadangan Migas 

PHE juga terus berupaya mencari sumber minyak dan gas (migas) untuk mendukung ketahanan energi nasional melalui eksplorasi. 

Pada 2022, subholding upstream Pertamina ini berhasil menjaring tiga big fish yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia yakni di Laut Jawa, Manpatu Kalimantan, dan Sumatra Selatan. 

Di Laut Jawa Blok Offshore North West Java (ONWJ), PHE mendapatkan penemuan di sumur GQX dengan besaran 106 juta barel setara minyak (MMBOE). Kemudian di Disc Manpatu 1-X, Kalimantan, PHE mendapatkan 43 MMBOE, dan Sumatra Selatan sumur WLL-001 sebesar 47 MMBPE.

Berlanjut pada 2023, PHE juga mendapatkan tiga blok eksplorasi baru yakni Blok East Natuna, Blok Peri Mahakam dan Blok Bunga. Rencananya, kegiatan pengeboran eksplorasi perdana di Wilayah Kerja (WK) atau Blok East Natuna, Kepulauan Natuna akan dilakukan pada 2027 mendatang.

 "East Natuna yang kami miliki 100%, kami targetkan pengeboran sumur eksplorasi pertama bisa dilakukan pada 2027," ungkapnya dalam acara acara The 48th IPA Convention & Exhibition (IPA Convex 2024), di ICE BSD City, Tangerang Selatan, Rabu (15/5/2024).

 

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina mencatatkan produksi migas sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) pada Kuartal III 2024.  (Doc PHE)Foto: PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina mencatatkan produksi migas sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) pada Kuartal III 2024. (Doc PHE)
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina mencatatkan produksi migas sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) pada Kuartal III 2024. (Doc PHE)

Selain WK East Natuna, dia mengatakan pihaknya saat ini juga menargetkan 2 blok eksplorasi lainnya akan segera dibor, yakni Blok Bunga di lepas pantai Jawa Timur, dan Blok Peri Mahakam di lepas pantai dan daratan Timur Kalimantan.

Blok Bunga dioperasikan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) bersama dengan Posco International Corporation. Sementara WK Peri Mahakam dikerjakan PHE bersama Eni Indonesia Limited

"(Blok) Bunga bekerja sama dengan Posco, kami targetkan sumur perdana bisa dibor pada 2026. Lalu, Peri Mahakam dan letaknya tidak jauh dari warisan kami Mahakam Sanga-Sanga, bersama dengan ENI kami juga akan segera melakukan eksplorasi," jelasnya.

Kemudian pada awal tahun ini, pengeboran eksplorasi juga berhasil menemukan sumberdaya migas baru pada pengeboran Sumur Anggrek Violet (AVO)-001 di Sumatera Selatan, sumur Pinang East (PNE)-1 di Riau dan  sumur Julang Emas (JLE)-001 di Sulawesi Tengah. 


Untuk mendukung target produksi migas nasional sebesar 1 juta BOPD dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD), PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) sebagai Regional Sumatera berhasil menemukan sumber minyak dan gas (migas) baru di Blok Rokan dengan potensi produksi hingga 3.000 BOPD. 

PHR menemukan sumber migas baru tersebut melalui pengeboran Sumur Eksplorasi Astrea-1 yang berada di wilayah Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir, Riau. 

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina mencatatkan produksi migas sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) pada Kuartal III 2024.  (Doc PHE)Foto: PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina mencatatkan produksi migas sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) pada Kuartal III 2024. (Doc PHE)
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina mencatatkan produksi migas sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) pada Kuartal III 2024. (Doc PHE)

PHR terus melakukan upaya pencarian dan produksi minyak di Wilayah Kerja (WK) Rokan, salah satunya melalui proyek Multi Stage Fracturing (MSF) sumur horizontal di lapangan Kotabatak, Kabupaten Kampar, Riau. 

 Melalui terobosan ini PHR berhasil melakukan eksekusi sumur MSF Kotabatak dengan produksi di atas 500 BOPD. Eksekusi proyek MSF sumur horizontal tersebut dilakukan selama kurang lebih tiga bulan sejak April 2024, dan mulai diproduksikan sejak 27 Juli 2024

Dari Regional Jawa, untuk menjaga ketahanan energi, Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) berkomitmen untuk mengoptimalkan potensi cadangan migas domestik. 

 Salah satu strategi untuk meningkatkan produksi tersebut, PHE ONWJ mengaktifkan kembali platform LES. Platform LES yang terletak di lepas pantai 25 Kilometer dari Cilamaya, Kabupaten Karawang ini diperkirakan menyimpan potensi minyak mencapai 0.34 Million Stock Tank Barrels (MMSTB) dan 24.23 Billion Standard Cubic Feet (BSCF) untuk gas.

 Sementara itu, untuk realisasi tambahan sumberdaya 2C (contingent resources) hingga Triwulan III/ 2024 PHE tercatat sebesar 312 juta barel setara minyak (MMBOE). Tambahan sumber daya 2C ini terdiri dari minyak sebesar 128 juta barel minyak (MMBO) dan gas 1.067 miliar standar kaki kubik (BSCF). 

Hingga Triwulan III/2024, PHE telah menemukan cadangan migas terbukti (P1) sebesar 186 juta barel setara minyak (MMBOE). Temuan cadangan P1 ini terdiri dari cadangan minyak sebesar 89 juta barel minyak (MMBO) serta cadangan gas sebesar 560 miliar standar kaki kubik (BSCF). 

Tidak sampai di situ, PHE berhasil menemukan sumur migas non konvensional (MNK) Gulamo Det-1 di Blok Rokan.

Penemuan MNK sendiri merupakan prestasi bagi Pertamina. Karena berbeda dengan sumur konvensional, sumur MNK jauh lebih sulit mengingat letaknya yang lebih dalam.

Bahkan, temuan Sumur Gulamo DET-1 tersebut menjadi sumur MNK pertama di Indonesia dan merupakan tonggak sejarah bagi Pertamina dan juga industri migas nasional

 Sebelumnya, Pertamina Hulu Rokan (PHR) menyatakan resmi mengumumkan MNK Gulamo DET-1 dinyatakan sebagai discovery atau penemuan besar. 

Hal itu, juga menandai keberhasilan pertama eksplorasi MNK di Indonesia. Keberhasilan itu dicapai setelah serangkaian evaluasi hasil pengeboran, fracturing, uji rekahan (flowback test), dan well testing pada Formasi Brownshale. 

Proses perekahan utama telah membuahkan hasil dengan diperolehnya sampel hidrokarbon sebagai indikasi aliran sumber daya migas ke permukaan.

Dorong Lifting Minyak, PHE Siap Reaktivasi Sumur Idle 

Selain gencar dalam eksplorasi, PHE juga menargetkan reaktivasi sebanyak 1.400 sumur-sumur yang menganggur alias idle well pada tahun ini. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bumi.

Sepanjang periode 2021 sampai 2023 tercatat reaktivasi idle well sebanyak 2.165 sumur dengan peningkatan per tahun rerata mencapai 28%.

Pertamina pun telah berkoordinasi dengan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu (SKK Migas) untuk membuka opsi pengelolaan sumur idle bersama mitra-mitra potensial.

Muharram Jaya Penguriseng, Direktur Eksplorasi PHE, menjelaskan sebagaian besar sumur idle yang akan dimitrakan berada di wilayah Sumatera. atau berada di regional 1. 

Berdasarkan data PHE, regional 1 ada 292 sumur idle, selanjutnya ada regional 3 ada 128 sumur, diikuti regional 2 sebanyak 62 sumur dan terakhir di regional 4 terdapat 22 sumur. 

Sehingga,  totalnya ada 504 sumur yang akan direaktivasi bersama dengan mitra kepada pemerintah hingga 2026 mendatang..

Selain itu, ada 28 struktur yang bakal dimitrakan oleh PHE. Dan, lagi-lagi regional 1 jadi wilayah yang strukturnya paling banyak dimitrakan.

Rinciannya 15 lapangan regional 1 Sumatera, tujuh lapangan regional 2 Jawa, tiga lapangan ada di regional 3 Kalimantan. Serta ada empat lapangan regional 4 di Indonesia Timur.

Muharram juga menyatakan masih ada 23 lapangan yang potensial ditawarkan ke mitra hingga tahun 2026. 

"Masih terdedia 23 struktur. Ada 12 untuk 2025 dan 11 struktur di 2026 silahkan kalau tertarik strukturnya," ungkapnya pada Selasa (3/12/2024). 

 

Subholding Gas Pertamina, PT PGN Tbk bersama Anak Perusahaan yakni PT Pertamina Gas (Pertagas) terus meningkatkan penggunaan gas sebagai sumber energi alternative di Indonesia.

Upaya peningkatan penggunaan gas tersebut diwujudkan dalam pembangunan Pipa Transmisi Gas Cirebon-Semarang Tahap I. Bahkan, keduanya juga akan mendukung proyek lanjutan dari jaringan pipa tersebut yakni Pipa Transmisi Gas Cirebon-Semarang Tahap II.

Proyek Cisem Tahap II akan melengkapi Cisem Tahap I selesai dibangun pada 2023 dan sudah beroperasi untuk memasok kebutuhan gas bumi di Kawasan Industri Kendal serta Kawasan Industri Terpadu Batang.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa Pipa Cisem II merupakan upaya akselerasi pemerintah dalam menarik investasi terutama di KIT Batang.

Menurutnya, salah satu master plan yang dirancang adalah bagaimana menjadikan kawasan ini menjadi keunggulan yang komparatif dibanding kawasan industri lain.

Diantaranya adalah dengan jalan tol, infrastruktur harus dibangun salah satu di dalamnya adalah infrastruktur gas untuk bahan bakar.

"Cisem I dan Cisem II semacam jalan toll, toll versi gas," ujar kata Bahlil saat peresmian First Welding Pipa Gas Bumi Cisem II, Senin (30/9/2024).

Pipa Cisem II, lanjut Bahlil, merupakan bentuk kolaborasi pemerintah, BUMN dan swasta.

"Diharap setelah pengelelasan ini nanti akan dikelola oleh PGN," kata Bahlil.

Fasilitas Penerima Gas atau On Shore Receiving Facilites (ORF) Pipa Transmisi Gas Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap 1 di Tambak Rejo, Semarang, Jawa Tengah, yang dioperasikan PT Pertamina Gas (Pertagas). (Dok. Pertagas)Foto: Fasilitas Penerima Gas atau On Shore Receiving Facilites (ORF) Pipa Transmisi Gas Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap 1 di Tambak Rejo, Semarang, Jawa Tengah, yang dioperasikan PT Pertamina Gas (Pertagas). (Dok. Pertagas)
Fasilitas Penerima Gas atau On Shore Receiving Facilites (ORF) Pipa Transmisi Gas Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap 1 di Tambak Rejo, Semarang, Jawa Tengah, yang dioperasikan PT Pertamina Gas (Pertagas). (Dok. Pertagas)

"Proyek ini merupakan salah Proyek StrategIs nasoional ditetapkan oleh presiden Nomor 3 tahun 2016 dengan tujuan untuk mendukung penguatan infrastruktur energi nasional yang berkelanjutan serta menciptakan efisiensi dalam distribusi gas bumi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Plt. Dirjen Migas Dadan Kusdiana.

Sumber gas proyek Cisem II berasal dari Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB) dan Long Term Plan (LTP) yang berasal dari potensi seluruh WK yang ada di wilayah Jawa Timur (WK Agung dan WK Bulu).

Sedangkan untuk penerima manfaat dari pembangunan proyek Cisem II antara lain Kilang Cilacap, Kilang Balongan, berbagai industri di wilayah Jawa Barat, Jargas rumah tangga, serta tambahan kebutuhan dari Pupuk Kujang.

Pipa Gas Cisem I

PGN menargetkan serapan gas lewat pipa transmisi Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap I (Ruas Semarang-Batang) dapat mencapai 10 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) pada akhir tahun ini.

Saat ini, volume gas yang mengalir lewat pipa Cisem Tahap I saat ini masih relatif kecil pasca-gas in pada November 2023.

Adapun, potensi industri di wilayah Kendal dan Batang dapat mencapai sekitar 40 industri, dengan proyeksi kebutuhan gas tahap awal sekitar 30 MMscfd (5 tahun pertama), dan dapat meningkat lebih dari 58 MMscfd.

Selain industri, Pipa Cisem juga akan memberikan nilai tambah bagi masyarakat melalui gas untuk rumah tangga. Setelah selesainya Pipa Cisem tahap 2, diharapkan terdapat potensi gas untuk jaringan gas kota (jargas) minimal 5 MMscfd atau sekitar 300.000 rumah tangga.

Pipa Gas Cisem II

PGN siap melakukan pengelolaan operasi dalam rangka menyediakan kepastian pasokan bagi market baik rumah tangga, usaha kecil, komersial industri sehingga perekonomian akan tumbuh seperti yang ditargetkan oleh pemerintah.

Salah satu rencana optimalisasi pemanfaatan Pipa Transmisi Cisem II yaitu rencana gasifikasi kilang Refinery Unit IV Cilacap (RU IV Cilacap) dan sejalan dengan integrasi pipa transmisi gas bumi di Pulau Jawa.

Fasilitas Penerima Gas atau On Shore Receiving Facilites (ORF) Pipa Transmisi Gas Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap 1 di Tambak Rejo, Semarang, Jawa Tengah, yang dioperasikan PT Pertamina Gas (Pertagas). (Dok. Pertagas)Foto: Fasilitas Penerima Gas atau On Shore Receiving Facilites (ORF) Pipa Transmisi Gas Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap 1 di Tambak Rejo, Semarang, Jawa Tengah, yang dioperasikan PT Pertamina Gas (Pertagas). (Dok. Pertagas)
Fasilitas Penerima Gas atau On Shore Receiving Facilites (ORF) Pipa Transmisi Gas Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap 1 di Tambak Rejo, Semarang, Jawa Tengah, yang dioperasikan PT Pertamina Gas (Pertagas). (Dok. Pertagas)

PGN akan membangun infrastruktur distribusi gas yaitu Pipa Tegal - Cilacap. Pipa ini juga direncanakan untuk memperluas jangkauan infrastruktur gas bumi di Pulau Jawa sisi selatan maupun pelanggan potensial yang berada di sepanjang jalur pipa, sehingga pemanfaatan gas bumi akan meningkat.

Proyek Pipa Tegal - Cilacap dijadwalkan dimulai pada 2025 dan commissioning pada Triwulan III-2026 dengan volume yang dialirkan menuju R IV Cilacap sebesar 51 MMSCFD.

Progress saat ini, PGN dan PT Kilang Pertamina internasional (KPI) telah menandatangani Heads of Agreement (HOA) tentang jual beli gas bumi untuk Kilang RU IV Cilacap. Saat ini, sedang dalam penyusunan perjanjian komersial antara PGN dan KPI, pelaksanaan FEED dan pengurusan perizinan.

PT Pertamina (Persero) sebagai tulang punggung pengelolaan energi di Indonesia terus berinovasi dan memperluas jangkauan distribusinya untuk memenuhi kebutuhan energi nasional dan internasional.

Melalui dua entitas utamanya, PT Pertamina International Shipping (PIS) dan PT Pertamina Patra Niaga, perusahaan ini mengambil langkah strategis dalam pengembangan bisnisnya. Di antaranya adalah penambahan armada kapal, pembukaan rute internasional, pendirian kantor cabang, pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF), dan perluasan wilayah BBM Satu Harga.

 PT Pertamina International Shipping (PIS), Ekspansi Armada dan Jaringan Internasional

PIS, sebagai subholding shipping Pertamina, memainkan peran vital dalam distribusi energi melalui transportasi laut. Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan jangkauan layanan, PIS berencana untuk menggandakan armada kapalnya dalam dekade mendatang.

Langkah ini bertujuan untuk memodernisasi armada, mengurangi usia rata-rata kapal, dan berinvestasi dalam transportasi LNG, sejalan dengan pergeseran global menuju bahan bakar yang lebih bersih.

Saat ini PIS mengoperasikan lebih dari 320 kapal, termasuk 102 kapal milik sendiri dan tujuh kapal operasi Very Large Gas Carriers (VLGC).

Selain penambahan armada, PIS juga fokus pada ekspansi rute internasional. Dengan menambah rute baru, PIS menargetkan pendapatan sebesar US$ 8,9 miliar pada tahun 2034. Ekspansi ini tidak hanya meningkatkan pendapatan perusahaan tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasokan energi global.

PT Pertamina Patra Niaga, Berikan Komitmen pada BBM Satu Harga dan Pengembangan SAF

Pertamina Patra Niaga, sebagai subholding commercial & trading Pertamina, berkomitmen untuk memastikan ketersediaan energi yang merata di seluruh Indonesia melalui program BBM Satu Harga.

Hingga akhir 2024, perusahaan ini telah menyelesaikan 71 titik penyaluran BBM Satu Harga, dengan target mengoperasikan total 573 titik lembaga penyalur. Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi disparitas harga BBM antara wilayah perkotaan dan daerah terpencil, memastikan akses energi yang adil bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Ada penambahan 31 titik tersebar pada 18 Desember 2024 di Klaster Sumatera dan Kalimantan (6 titik), Klaster Nusa Tenggara - Sulawesi (6 titik), Klaster Maluku (9 titik), dan Klaster Papua (10 titik).

Selain itu, Pertamina Patra Niaga juga aktif dalam pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF) sebagai upaya mendukung penerbangan ramah lingkungan.

SAF diproduksi dari biomassa dan bahan baku berkelanjutan lainnya, menawarkan pengurangan emisi CO2 yang signifikan dibandingkan bahan bakar aviasi konvensional. Pertamina telah melakukan uji coba SAF di Soekarno Hatta Aviation Fuel Terminal & Hydrant Installation (SHAFTHI) dengan hasil yang positif, menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada respons mesin dibandingkan dengan bahan bakar Jet-A1 konvensional.

Pertamina Patra NiagaFoto: dok Pertamina Patra Niaga
Pertamina Patra Niaga

Melalui berbagai inisiatif strategis, Pertamina menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan distribusi energi, baik di tingkat nasional maupun internasional.

 Penambahan armada kapal dan ekspansi rute internasional oleh PIS, serta program BBM Satu Harga dan pengembangan SAF oleh Pertamina Patra Niaga, mencerminkan upaya perusahaan dalam memastikan ketersediaan energi yang merata, efisien, dan ramah lingkungan.

Langkah-langkah ini tidak hanya memperkuat posisi Pertamina sebagai pemain utama di industri energi tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap pencapaian target energi berkelanjutan Indonesia di masa depan.

Dunia kini menuju energi bersih itu. Sebagai bagian dari perkembangan tersebut, PT Pertamina (Persero) juga ikut terus berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon dan mewujudkan visi energi yang lebih berkelanjutan di masa depan.

Salah satunya yakni dengan kehadiran Power & New Renewable Energy (NRE) Subholding dioperasikan melalui PT Pertamina Power Indonesia.

Subholding ini bertanggung jawab pada pelaksanaan sejumlah kegiatan, yang terdiri dari eksplorasi dan produksi sumber Energi Baru dan Terbarukan (EBT) secara terintegrasi dengan cakupan usahanya meliputi eksplorasi dan operasi wilayah kerja geothermal, pembangkit listrik panas bumi, pembangkit listrik tenaga gas dan pengembangan EBT.

Pertamina NRE dibentuk sebagai bagian dari upaya transisi energi Pertamina menuju sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Pertamina NRE bertujuan untuk mempercepat pemanfaatan energi terbarukan dan mendukung upaya Indonesia dalam memenuhi target pengurangan emisi karbon.

Anggaran Triliunan untuk EBT Hingga 2029

Dalam proses pencapaian energi yang lebih bersih, tentunya sejumlah anggaran diperlukan bahkan dalam nominal yang cukup besar. Pertamina telah menyiapkan anggaran sekitar 8% dari total belanja investasinya atau sekitar US$6,2 miliar untuk pengembangan EBT.

PNRE berkomitmen untuk mengalokasikan capital expenditure (capex) dari US$0,7 miliar (2024) menjadi US$6,2 miliar (2029) dengan mayoritas fokus pada renewable energy sebesar 63%, khususnya solar, wind, and geothermal.

Capex Pertamina PNREFoto: Pertamina PNRE
Capex Pertamina PNRE



EBT yang dikembangkan dengan anggaran tersebut mencakup geothermal, bioetanol, hidrogen hijau, tenaga surya, tenaga angin, tenaga biomass, baterai, dan bisnis karbon.

Investasi tersebut bertujuan untuk mewujudkan pertumbuhan bisnis rendah emisi Pertamina sekaligus mendukung target NZE Indonesia tahun 2060. Setidaknya ada 4 target agresif Pertamina hingga tahun 2029 untuk mendukung ini, antara lain 60 juta kilo liter (KL) penjualan bahan bakar nabati, 5,5 KL produksi petrokimia, 1,4 gigawatt (GW) kapasitas terpasang geothermal, dan 1,5 juta ton setara CO2 penurunan emisi melalui CCS/CCUS.

Capaian & Target Pertamina Perihal EBT

Pertamina NRE memiliki beberapa bidang utama dalam pengembangan EBT dan hingga saat ini, capaian yang telah diraih terus bertambah pada 2024 diikuti dengan target yang akan diraih di masa depan.

Sebagai contoh perihal bioetanol. Pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai alternatif energi ramah lingkungan di Indonesia masih menemui berbagai tantangan. Maka dari itu, Pertamina berinvestasi serta membangun kerja sama dengan produsen otomotif untuk mempromosikan kendaraan yang dapat menggunakan bioetanol.

Pengembangan ini telah dilakukan Pertamina Patra Niaga dengan mencampurkan bioetanol 5% (E5), terutama yang berasal dari tetes tebu (molase), ke dalam BBM Pertamax (RON 92). Hasilnya adalah produk setara RON 95 yang dijual dengan merek Pertamax Green 95.

Infografis, Kenalan Sama Bioetanol, Jagoan BBM Ramah Lingkungan PertaminaFoto: Infografis/ Bioetanol Pertamina/ Edward Ricardo
Infografis, Kenalan Sama Bioetanol, Jagoan BBM Ramah Lingkungan Pertamina

Produksi bioetanol di Indonesia baru mencapai sekitar 40 ribu kiloliter (KL) per tahun. Target pemerintah untuk 2030 adalah mencapai produksi sebanyak 1,2 juta KL, yang diharapkan dapat mengurangi impor Bahan Bakar Minya (BBM) sebesar 60%, khususnya pada jenis bensin yang mencapai 35,8 juta KL pada 2022.

Lebih lanjut, produksi bioetanol baru menyumbang 2% dalam bauran EBT. Meski demikian, pemerintah terus berupaya meningkatkan kontribusinya. Program pencampuran bioetanol dalam BBM jenis bensin dijadwalkan mencapai 10% (E10) pada 2029 atau 2030. Namun, tantangan utama yang masih dihadapi adalah pasokan bahan baku bioetanol yang berasal dari tebu.

Oleh karena itu, Pertamina saat ini sedang mengembangkan produksi bioetanol dengan memanfaatkan teknologi sorgum.

SVP Technology Innovation Pertamina, Oki Muriza menyebutkan, pihaknya sudah melakukan demonstrasi produksi bioetanol pada pameran otomotif (GIIAS) pada tahun ini.

"Kemudian kita juga sedang mengejar bahan bakar nabati lainnya seperti bioetanol yang bisa diproduksi dari bermacam bahan baku yang ada di Indonesia. Termasuk di situ baru-baru ini kami demonstration selama GIIAS adalah produksi bioetanol dari sampah pertanian, dari batang sorgum," jelas Oki kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, dikutip Selasa (6/8/2024).

tanaman sorgumFoto: tanaman. pangan.go.id
tanaman sorgum

Bahkan selain bioetanol, Pertamina juga tengah mengembangkan pemanfaatan minyak makan bekas untuk bisa dijadikan BBM yang berkelanjutan dan memiliki emisi yang rendah.

Pertamina saat ini tengah mengembangkan produksi bioetanol yakni bahan bakar nabati (BBN) sebagai campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan memanfaatkan tumbuhan sorgum. Oleh sebab itu, Pertamina saat ini tengah berupaya untuk membudidayakan tanaman sorgum.

Pertamina tengah menggarap proyek percontohan budidaya sorgum di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). Pihaknya menggunakan data geospasial untuk menentukan ketersediaan lahan yang cocok bagi budidaya sorgum.

Bicara soal BBN, Pertamina juga terus mengembangkan biodiesel ang berbasis minyak sawit (FAME) yang mana saat ini implementasinya sudah mencapai 35% untuk dicampur dengan BBM.

Komponen mesin kendaraan biodiesel B30 dan B40. (CNBC Indonesia/Firda Dwi Muliawati)Foto: Komponen mesin kendaraan biodiesel B30 dan B40. (CNBC Indonesia/Firda Dwi Muliawati)
Komponen mesin kendaraan biodiesel B30 dan B40. (CNBC Indonesia/Firda Dwi Muliawati)

Ke depan, Pertamina berencana mengimplementasikan biodiesel 50% (B50) yang mana hal ini merupakan target dari Presiden Prabowo.

Sebelumnya, Presiden Prabowo dalam pidatonya di Indonesia-Brazil Business Forum, Rio de Janerio menegaskan bahwa Indonesia akan mengembangkan produksi biodiesel 50% atau B50 pada 2025. Produksi diesel dicampur dengan minyak kelapa sawit itu akan dilakukan oleh Indonesia sendiri.

Prabowo mengakui, bahwa Brazil memang negara yang lebih maju dalam penggunaan energi bio fuel dari tanaman. "Anda sangat sukses dengan bioetanol dan kami akan masuk ke biodiesel, memproduksi diesel dari minyak kelapa sawit," ungkap Prabowo, dikutip Senin (18/11/2024).

"Kami ingin meningkatkan jadi 50% pada tahun 2025," tegas Prabowo.

Selain BBN, Pertamina juga terus mengedepankan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi/PLTPB (geothermal).

PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO) atau PGE senantiasa berkomitmen untuk mempercepat pengembangan proyek-proyek EBT, khususnya geothermal. Hal ini dilakukan guna mencapai target kapasitas terpasang 1 gigawatt (GW) dalam jangka pendek.

Direktur Eksplorasi & Pengembangan PGE, Edwil Suzandi menuturkan, saat ini PGE memiliki kapasitas terpasang sekitar 672 megawatt (MW). Melihat jumlah tersebut, PGE berupaya meningkatkan kapasitas tersebut menjadi 1 gigawatt atau 1000 megawatt dalam 2-3 tahun mendatang dan saat ini PGEO sedang masif mengerjakan proyek Lumut Balai unit 2 dengan kapasitas 55 megawatt.

Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)Foto: Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)
Laporan Berkelanjutan PGEO 2023. (Dok. PGEO)

Di sisi lain, PGE juga berhasil menandatangani perjanjian konsorsium dengan PLN Indonesia Power untuk mengembangkan teknologi baru dalam memanfaatkan sisa air dari proses produksi geothermal. Inisiatif ini disebut sebagai geothermal beyond energy, yang akan meningkatkan kapasitas sekitar 40 MW di wilayah Ulubelu dan Lahendong, dengan target jangka panjang mencapai 230 MW dalam 2-3 tahun mendatang.

Tak ketinggalan, tim PGE juga mengeksplorasi potensi geothermal secara mendalam dengan target jangka panjang mencapai 3 GW. Adapun sejumlah area yang tengah divalidasi untuk pengembangan di antaranya adalah Lahendong 78 dan Gunung 3 di Sumatera, masing-masing dengan target kapasitas 55 MW dan 50 MW.

Wilayah kerja PGEOFoto: PGEO
Wilayah kerja PGEO



PT Pertamina (Persero) adalah perusahaan yang tak henti mengimplementasikan kebijakan ESG (Environmental, Social, Governance). Buah dari penerapan ESG yang konsisten, Pertamina pun menjadi perusahaan sub industri Intergrasi Minyak dan Gas dengan peringkat risiko ESG terbaik di dunia.

Berdasarkan peringkat dari Lembaga ESG Rating Sustainalytics pada 1 Desember 2023, Pertamina adalah perusahaan dengan skor tertinggi dari 61 perusahaan dunia di dalam sub industri Integrasi Minyak dan Gas.

Pertamina meraih skor 20,7 atau dalam kategori Medium Risk, naik dari skor sebelumnya 22,1. Adapun skor Sustainalytics yang lebih rendah mencerminkan tingkat risiko yang lebih baik. 

Sebagai informasi, peringkat Risiko ESG oleh Sustainalytics mengukur eksposur perusahaan terhadap risiko ESG yang material bagi tiap industri. Kemudian seberapa baik perusahaan mengelola risiko tersebut dan memberikan ukuran kuantitatif yang dapat dibandingkan di semua industri.

Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan, pada proses assessment Sustainalytics, setidaknya terdapat 11 aspek yang menjadi fokus, di antaranya pada aspek E (environmental) adalah emisi dan limbah, karbon, serta biodiversity. Sedangkan aspek S (social) terkait sumber daya manusia di Pertamina, kesehatan dan keselamatan kerja, serta hubungan dengan komunitas sekitar. Pada aspek G (governance), yakni terkait tata kelola, penyuapan dan korupsi, serta etika bisnis. 

Skor dan peringkat Pertamina dinilai berada di tingkat risiko Medium dalam pengelolaan risiko faktor-faktor ESG. Selain itu menjadi bukti bahwa Pertamina terus berkomitmen mengimplementasikan aspek-aspek Environmental, Social & Governance (ESG)  dan menjadi perusahaan energi kelas dunia yang ramah lingkungan.

Pertamina terus menjalankan tiga peran besarnya sebagai perusahaan energi nasional, yakni menjaga ketahanan energi nasional, menjalankan transisi energi melalui energi bersih dan energi baru terbarukan, serta aktif berkontribusi dalam mencapai Net Zero Emmision.

Pertamina memiliki 10 Fokus Keberlanjutan yang selaras dengan Agenda Pembangunan Nasional dan Tujuan Pembangunan Keberlanjutan dalam merangkai inisiatif ESG Perusahaan.

Fokus ESG PertaminaFoto: Pertamina
Fokus ESG Pertamina

Pertamina terus menjalankan tiga peran besarnya sebagai perusahaan energi nasional, yakni menjaga ketahanan energi nasional, menjalankan transisi energi melalui energi bersih dan energi baru terbarukan, serta aktif berkontribusi dalam mencapai Net Zero Emmision.

Pertamina memiliki 10 Fokus Keberlanjutan yang selaras dengan Agenda Pembangunan Nasional dan Tujuan Pembangunan Keberlanjutan dalam merangkai inisiatif ESG Perusahaan.

Ada lima komitmen Pertamina untuk menjadi perusahaan ramah lingkungan, perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial, dan memiliki tata kelola perusahaan yang baik,  sesuai dalam merangkai inisiatif ESG Perusahaan.

Pertamina menerapkan praktik-praktik terbaik sesuai Sustainability PERTAMINA Expectations for HSSE Management Excellence (SUPREME) dalam pengelolaan lingkungan hidup. Landasan penyusunannya mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku pada skala nasional dan internasional. 

Adapun standar yang dianut oleh Pertamina seperti  Sistem Manajemen Lingkungan (SML), Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Sistem Manajemen Pengamanan (SMP) Peraturan Kapolri No. 24/2007, serta PROPER Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Pada skala global, SUPREME juga mengacu pada standar sistem manajemen internasional, seperti ISO 9001, ISO 14001, ISO 27001, ISO 28000, ISO 31000, ISO 39001, ISO 45001, ISO 50001, dan standar lainnya. Penerapan ISO dievaluasi berkala guna memastikan pemenuhan kriteria standar yang ditetapkan.

Langkah nyata Pertamina untuk menjadi perusahaan ramah lingkungan salah satunya adlah pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). 

Pada 2023, Pertamina telah menjalankan serangkaian program reduksi emisi dari aktivitas operasi.

Hasilnya, Pertamina mencatatkan reduksi emisi sebesar 1,135 juta ton CO2eq. Dengan pencapaian tersebut maka secara keseluruhan sejak 2010 sampai dengan akhir 2023, Pertamina telah berkontribusi mengurangi jejak karbon emisi sebesar 8,5 juta ton CO2eq dari baseline emisi tahun 2010. Pertamina juga melakukan pengembangan pengelolaan emisi gas metana (CH4) dan upaya dekarbonisasi yang telah dilakukan juga berkontribusi terhadap penurunan gas metana (CH4).

Selain itu, Pertamina juga melakukan program penghijauan yang bertujuan untuk reboisasi, reforestasi dan reklamasi lahan terdegradasi dengan menanam kembali pohon-pohon di sekitar lokasi operasinya. Pertamina bekerja sama dengan stakeholder untuk mengembalikan kondisi lahan agar kembali subur.

3 Program TJSL Pertamina: Bersama Masyarakat, Menginspirasi dan Memberikan ManfaatFoto: infografis/3 Program TJSL Pertamina: Bersama Masyarakat, Menginspirasi dan Memberikan Manfaat/Aristya Rahadian
3 Program TJSL Pertamina: Bersama Masyarakat, Menginspirasi dan Memberikan Manfaat

Program Hutan Pertamina telah berhasil menanam lebih 3 juta pohon sebagai bentuk dukungan terhadap upaya pelestarian lingkungan dan penyerapan emisi karbon. Penanaman pohon ini tersebar dalam 267 program di seluruh wilayah operasi perusahaan, meliputi luas area mencapai 629 Ha, yang terdiri dari 433 Ha Mangrove dan 196 Ha pohon daratan.  

Pertamina juga mengupayakan pertumbuhan berkelanjutan bagi masyarakat luas, khususnya di sekitar area operasi yang mencakup Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL)  Bantuan atau yang biasa dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) serta program TJSL Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil (PUMK).

Seluruh program TJSL yang dijalankan Pertamina baik di tingkatan holding maupun di subholding dirancang sejalan dengan prinsip-prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance), dan berkontribusi dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) (Sustainable Development Goals/"SDGs"). Melalui pelaksanaan program TJSL di bidang sosial dan kemasyarakatan, Pertamina berharap dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sekitar.

Langkah lain Pertamina mengembangkan UMK dilaksanakan dengan membentuk UMK Academy pada tahun 2020 dan terus berkesinambungan hingga saat ini. UMK Academy dibentuk untuk mendorong UMKM naik kelas menjadi modern (Go Modern), menerapkan digital (Go Digital), pemasaran luring (Go Online) dan mancanegara (Go Global). UMK Academy berlangsung selama empat bulan.  

Pertamina juga fokus kepada pendidikan sebagai tanggung jawab sosial dengan memberikan beasiswa untuk pendidikan. Sepanjang2023, Pertamina telah memberikan beasiswa kepada 961 mahasiswa dengan rincian sebagai berikut: 422 mahasiswa existing (intake 2022); -465 mahasiswa intake 2023; 15 mahasiswa Beasiswa Pertamina Prestasi Natuna; 19 mahasiswa Beasiswa Local Hero; dan 20 siswa/mahasiswa Beasiswa Khusus.

Pertamina secara konsisten mengupayakan peningkatan jaminan mutu produk, kualitas layanan, keselamatan, dan kesehatan pelanggan sebagai oemangku kepentingan dan dalam meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik.

Dalam menjalankan rantai bisnis dari hulu hingga ke hilir yang bersentuhan langsung dengan pelanggan akhir (enduser), Pertamina memastikan bahwa seluruh (100%) proses produksi.
Produk serta distribusi Pertamina juga telah melalui penerapan Kebijakan Mutu, Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, dan Kelola Lingkungan (QHSSE). Tidak hanya itu, Pertamina juga senantiasa menerapkan uji coba sesuai regulasi yang berlaku sebelum suatu produk digunakan pelanggan guna menjamin keamanannya. 

Pertamina selalu mengukur tingkat kepuasan pelanggan atas layanan dan produk yang diberikan dengan melakukan survei menggunakan pendekatan Customer Satisfaction Index (CSI) dan Customer Loyalty Index (CLI). 

Pada 2023, sub-holding Commercial and Trading (C&T) kembali menyelenggarakan survei kepuasan pelanggan yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh konsultan independen PT Kadence International.

Survei pada 2023 melibatkan 15.035 responden dengan menggunakan teknik wawancara. Jumlah responden tersebut terdiri dari 4.475 responden B2B dan 10.560 responden B2C. 

Berdasarkan hasil survei tersebut, secara umum diperoleh hasil bahwa tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk dan layanan yang diberikan oleh Pertamina mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu dari 4,29 (skala 5) pada 2022 menjadi 4,29 pada 2023. Pencapaian tersebut juga berada di atas target yang ditetapkan yaitu 4,19.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular