Newsletter

Dibanjiri Dana Asing Triliunan Rupiah, Sudah Saatnya Investor Pesta?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
30 July 2024 05:59
Karyawan berdiri dengan latar belakang layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (11/7/2024).
Foto: Karyawan berdiri dengan latar belakang layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (11/7/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
  • Indonesia dibanjiri dana asing baik dari riil dan pasar keuangan ada aliran dana asing masuk
  • Investor menanti rilis data tenaga kerja AS
  • Rilis laporan keuangan masih jadi perhatian khusus investor

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia terpantau stabil pada perdagangan kemarin jelang rapat bank sentral Amerika Serikat atau FOMC.

Indeks Harga Saham Gabungan ditutup naik tipis 0,01% ke posisi 7.288,9 pada perdagangan Senin (29/7/2024). IHSG sempat menguat ke level psikologis 7.300. Namun di akhir perdagangan hari ini, IHSG kembali ke level 7.290-an.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 10 triliundengan melibatkan 14miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 940.170 kali. Sebanyak 258 saham terapresiasi, 282 saham terdepresiasi, dan 252 saham cenderung stagnan.

Secara sektoral, sektor transportasi dan konsumer non-primer menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan, yakni masing-masing 1,2% dan 1,12%.

Sementara itu rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) disertai dengan aliran yang deras dari investor asing pada pekan lalu ke pasar keuangan domestik.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah menguat tipis 0,06% di angka Rp16.275/US$ pada perdagangan kemarin.

Rupiah ditutup mengalami apresiasi pada hari ini setelah sebelumnya pada pekan lalu terjadi net foreign inflow dan semakin memperpanjang tren masuknya dana asing menjadi lima pekan beruntun.

Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 22-25 Juli 2024 di mana investor asing tercatat beli neto Rp1,93 triliun terdiri dari beli neto Rp3,37 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp1,39 triliun di SRBI dan jual neto Rp0,05 triliun di saham.

Lebih lanjut, selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 25 Juli 2024, investor asing tercatat jual neto Rp32,08 triliun di pasar SBN, jual neto Rp1,89 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp169,41 triliun di SRBI.

Ekspektasi penurunan suku bunga bank sentral AS (The Fed) menjadi salah satu alasan utama mengapa aliran dana asing masuk ke pasar keuangan domestik.

Optimisme ini semakin bold didukung oleh survei CME FedWatch Tool yang menunjukkan 87,7% terjadi first cut rate pada September 2024 sebesar 25 basis poin (bps).

Jika hal ini benar terjadi, maka tekanan terhadap mata uang Garuda akan semakin minim dan pada akhirnya membuat rupiah berada di level yang lebih baik ke depannya.

Penurunan tajam dalam saham AS menyoroti valuasi nama-nama teknologi seperti Nvidia dan Microsoft yang telah mendorong pasar lebih tinggi selama sebagian besar tahun ini.

Meskipun terjadi penurunan baru-baru ini, sektor teknologi S&P 500 diperdagangkan pada 29,5 kali estimasi pendapatan 12 bulan, mendekati level tertinggi dua dekade yang dicapai awal bulan ini. Pasar secara keseluruhan juga meningkat secara historis, dengan indeks acuan S&P 500 diperdagangkan pada 20,7 kali estimasi ke depan, dibandingkan dengan rata-rata jangka panjangnya sebesar 15,7, menurut data dari LSEG Datastream.

"Pasar saat ini cukup mahal bagi kami secara keseluruhan," kata Philip Straehl, kepala investasi, Amerika, di Morningstar Wealth.

"Itu hanya menciptakan beberapa peluang untuk kekecewaan," katanya, menunjuk pada ekspektasi pasar yang tinggi terhadap pendaratan lunak bagi ekonomi AS dan kinerja masing-masing perusahaan.

Peserta pasar senang membayar mahal untuk saham teknologi dan pertumbuhan selama sebagian besar tahun 2024, karena kegembiraan atas potensi bisnis kecerdasan buatan memacu reli di perusahaan seperti pembuat chip Nvidia (NVDA.O), yang sahamnya naik hampir 130% tahun ini.

Aksi pasar terbaru menunjukkan investor menjadi lebih waspada terhadap saham-saham yang dinilai tinggi. Hasil pendapatan dari Tesla dan Alphabet mengguncang saham awal pekan ini, memberikan S&P 500 dan Nasdaq Composite kerugian harian terbesar sejak 2022 pada hari Rabu. Kedua indeks tetap solid lebih tinggi pada 2024, naik 14,5% dan 15,6%, masing-masing, meskipun terjadi penurunan tajam sejak pertengahan Juli.

Hasil dari perusahaan besar Amazon. Apple, Microsoft, dan induk Facebook, Meta Platforms akan diumumkan minggu depan, meningkatkan taruhan bagi investor yang menumpuk saham teknologi besar dan terkait teknologi.

Valuasi yang tinggi juga dapat menyebabkan investor melepaskan saham jika pasar menghadapi gejolak dari sumber lain, termasuk perubahan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang dan risiko politik dari pemilihan presiden yang sudah dramatis.

Pasar keuangan Indonesia hari ini akan dipengaruhi sentimen dari dalam maupun luar negeri.

Dari dalam negeri, Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan realisasi investasi sepanjang semester I-2024 telah mencapai Rp 829,9 triliun atau naik 22,3% (yoy) dari tahun lalu.

Menurut BKPM, realisasi ini telah mencapai 67% dari total target Renstra sebesar Rp 1.239,3 triliun dan 50,3% dari target Presiden Jokowi, yakni Rp 1.650 triliun.

Dengan capaian realisasi tersebut, penyerapan tenaga kerja mencapai 1.225.042 orang. Dari total realisasi Rp 829,9 triliun, sebanyak 50,8% atau Rp 421,7 triliun merupakan penyertaan modal asing (PMA) dan sisanya Rp 408,2 triliun atau 49,2% adalah penyertaan modal dalam negeri (PMDN).

Pada semester I-2024 ini, PMA naik 16,1% secara tahunan dan PMDN juga meningkat lebih tinggi yakni 29,4%.

Selain itu, Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 22-25 Juli 2024 di mana investor asing tercatat beli neto Rp1,93 triliun terdiri dari beli neto Rp3,37 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp1,39 triliun di SRBI dan jual neto Rp0,05 triliun di saham.

Lebih lanjut, selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 25 Juli 2024, investor asing tercatat jual neto Rp32,08 triliun di pasar SBN, jual neto Rp1,89 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp169,41 triliun di SRBI.

Investor juga mencermati rilis laporan keuangan perusahaan untuk kinerja semester pertama 2024.

Sementara sentimen luar negeri pada Selasa (30/7/2024), terdapat rilis data lowongan pekerjaan JOLTs periode Juni 2024. Sebelumnya, jumlah lowongan pekerjaan meningkat sebanyak 221.000 dari bulan sebelumnya menjadi 8,140 juta pada Mei 2024, melampaui konsensus pasar sebesar 7,91 juta.

Hal ini menyusul angka 7,919 juta yang direvisi turun pada bulan April yang merupakan angka terendah dalam tiga tahun.

Kemudian pada Kamis (1/8/2024), pasar akan mencermati konferensi pers dari Federal Open Market Committee (FOMC). Konsensus pasar melihat pada bulan ini suku buna AS akan tetap dipertahankan dan memandang pemangkasan suku bunga ke depan.

Masih di hari yang sama, akan ada rilis data klaim pengangguran awal dan berkelanjutan hingga PMI manufaktur AS periode Juli 2024.

Diketahui, PMI Manufaktur AS tercatat 48,5% pada bulan Juni, turun 0,2 poin persentase dari 48,7% yang tercatat pada bulan Mei. Perekonomian secara keseluruhan terus berkembang selama 50 bulan setelah satu bulan kontraksi pada bulan April 2020.

Selanjutnya Jumat (2/8/2024), terdapat rilis data ketenagakerjaan non-pertanian (Nonfarm payrolls) dan tingkat pengangguran AS periode Juli 2024.

Jumlah penggajian nonpertanian meningkat sebesar 206.000 pada periode Juni 2024, lebih baik dari perkiraan Dow Jones sebesar 200.000 meskipun lebih rendah dari kenaikan yang direvisi turun sebesar 218.000 pada bulan Mei, yang dipotong tajam dari perkiraan awal sebesar 272.000.

Sementara itu, tingkat pengangguran secara tak terduga naik menjadi 4,1%, yang merupakan level tertinggi sejak Oktober 2021 dan memberikan tanda yang bertentangan bagi pejabat The Federal Reserve (The Fed) yang mempertimbangkan langkah mereka selanjutnya pada kebijakan moneter. Perkiraan sebelumnya adalah tingkat pengangguran akan tetap stabil di 4%.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Pembukaan Lowongan Ppekerjaan AS JOLTs (pk9.00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(ras/ras) Next Article Bank Eropa Akan Pangkas Suku Bunga, Segera Disusul The Fed?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular