Pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan bergerak fluktuatif di pekan perdagangan yang singkat
Kebijakan suku bunga The Fed akan memengaruhi gerak pasar saham dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
AI dari China buat geger wall street dan diperkirakan akan memengaruhi pergerakan IHSG hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia, pasar saham dan nilai tukar rupiah, memulai pekan perdagangan singkat, di mana hanya dibuka dua hari yakni pada Kamis (30/1/2025) dan Jumat (31/1/2025), karena adanya libur panjang dalam rangka Isra Mikraj 1446 H yang jatuh pada Senin lalu dan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili pada Rabu hari ini.
Meskipun singkat, para pelaku pasar harus tetap waspada karena pasar rawan terjadi turbulensi. Terutama setelah pengumuman kebijakan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Resere atau The Fed semalam.
Selain itu, proyeksi ekonomi dunia dan Indonesia terbaru dari Bank Dunia juga akan turut mewarnai pergerakan pasar keuangan pada hari ini.
Ulasan lengkap mengenai sentimen yang dapat memengaruhi pergerakan pasar keuangan Indonesia ada di halaman tiga.
Kemudian ada agenda emiten dan peristiwa penting lainnya ada di halaman empat. Terutama jadwal BRI Mikrofinance Outlook 2025 yang diselenggarakan di International Convention Exhibition (ICE) BSD City pada 30 Januari 2025. Dalam edisi kali ini, BRI Microfinance Outlook akan fokus membahas strategi mendukung ekonomi kerakyatan melalui pemberdayaan masyarakat sebagai sarana untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif.
Pada perdagangan terakhir, pasar saham dan nilai tukar rupiah, beda nasib. Pasar saham terjadi aksi profit taking, rupiah perkasa terhadap dolar AS.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks utama pasar saham, ditutup merana pada akhir perdagangan Jumat (24/1/2025). IHSG ditutup merosot 0,92% ke posisi 7.166,06. IHSG pun terkoreksi kembali ke level psikologis 7.100 pada akhir perdagangan.
Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 12,6 triliun dengan melibatkan 25,7 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 213 saham menguat, 354 saham melemah, dan 243 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor teknologi dan infrastruktur menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan, yakni masing-masing mencapai 2,07% dan 1,43%.
IHSG merana karena tampaknya investor mulai kembali merealisasikan keuntungannya. Pasar mulai melakukan aksi profit taking menjelang libur panjang pada pekan depan, di mana perdagangan pasar saham RI pada pekan depan hanya berlangsung selama dua hari.
Di sisi lain, rupiah menguat terhadap greenback dipengaruhi oleh sentimen dari AS maupun domestik.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,65% di angka Rp16.170/US$ pada Jumat (24/1/2025). Apresiasi ini senada dengan penutupan perdagangan kemarin (23/1/2025) yang juga menguat sebesar 0,3%.
Sedangkan secara mingguan, tampa rupiah mengalami penguatan sebesar 1,16%. Hal ini berbeda dengan pekan sebelumnya yang terpantau melemah sebesar 1,11%.
Terdapat dua sentimen positif yang membuat rupiah akan cenderung menguat disepanjang perdagangan hari ini.
Dari sisi eksternal, pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS untuk kedua kalinya memberikan angin segar.
Pasar merespons pendekatan kebijakan Trump yang lebih konservatif namun tetap populis, sementara Indeks dolar AS (DXY) masih di kisaran level 108.
Sedangkan dari sisi internal, kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang siap berjalan penuh, serta upaya efisiensi fiskal, pemerintah menunjukkan komitmen memperkuat fundamental ekonomi membuat rupiah berpotensi mengalami apresiasi setidaknya dalam waktu dekat.
Saham AS ditutup melemah setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga tetap seperti yang diharapkan, sementara Ketua The Fed Jerome Powell memberikan komentar yang menenangkan bagi investor.
Dow Jones Industrial Average turun 136,83 poin atau 0,31% menjadi 44.713,52. S&P 500 melemah 28,39 poin atau 0,47% ke 6.039,31. Nasdaq Composite turun 101,26 poin atau 0,51% ke 19.632,32.
Saham teknologi menjadi hambatan terbesar bagi indeks S&P 500. Saham Nvidia turun 4,1%, sementara Microsoft melemah 1,1% pada hari Rabu, dua hari setelah aksi jual saham teknologi yang dipicu oleh peluncuran model AI oleh startup Tiongkok, DeepSeek. Startup tersebut mengklaim bahwa model AI mereka lebih hemat biaya dan dapat berjalan pada chip yang kurang canggih dibandingkan dengan OpenAI yang berbasis di AS.
Saham awalnya memperpanjang kerugian setelah pernyataan The Fed dirilis, dengan Nasdaq sempat turun lebih dari 1% dalam perdagangan sore.
Bank sentral AS menghapus pernyataan yang menyebut bahwa inflasi "telah menunjukkan kemajuan" menuju target inflasi 2%, dan hanya mencatat bahwa laju kenaikan harga "tetap tinggi."
Keputusan untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil sudah diperkirakan sebelumnya, menyusul tiga kali pemangkasan suku bunga berturut-turut pada 2024 yang memangkas suku bunga acuan The Fed sebesar satu poin persentase penuh.
Indeks saham memangkas kerugian setelah Powell mulai berbicara dalam konferensi pers setelah rilis pernyataan kebijakan. Ia mengatakan, "kami tidak perlu terburu-buru menyesuaikan kebijakan kami" dan kebijakan moneter saat ini "dalam posisi yang baik" untuk menghadapi tantangan yang ada.
"Powell sangat pandai menenangkan pasar," kata Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma, seraya menambahkan bahwa "ekonomi yang kuat memberi The Fed fleksibilitas yang cukup besar."
"The Fed tidak memberikan kejutan bagi pasar," kata Peter Cardillo, kepala ekonom pasar di Spartan Capital Securities di New York.
Powell juga mengatakan masih terlalu dini untuk menilai dampak kebijakan Presiden Donald Trump, dan bank sentral akan mengambil waktu untuk menilai apa arti kebijakan pemerintahan baru terhadap ekonomi.
Investor masih khawatir dengan tarif impor yang diusulkan Trump, yang dapat memperburuk tekanan inflasi dan memperlambat laju pemotongan suku bunga.
The Fed tidak memberikan banyak petunjuk mengenai kapan pemotongan suku bunga berikutnya akan dilakukan.
Para pedagang kini memperkirakan sekitar 44 basis poin pemotongan suku bunga hingga akhir tahun, turun dari 48 basis poin sebelum pernyataan The Fed dirilis. Hal ini mencerminkan berkurangnya keyakinan bahwa bank sentral AS akan memangkas suku bunga dua kali masing-masing sebesar 25 basis poin tahun ini.
Data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) untuk bulan Desember, yang merupakan indikator penting dalam menilai arah inflasi, akan dirilis pada hari Jumat.
Setelah bel penutupan, Microsoft melaporkan pertumbuhan yang lebih lambat dari perkiraan dalam bisnis komputasi awan (cloud) Azure, meskipun pendapatan kuartalan secara keseluruhan melampaui estimasi. Sahamnya turun 1,5% dalam perdagangan setelah jam kerja.
Pada sesi reguler, saham perusahaan layanan cloud F5 melonjak 11,4% setelah memproyeksikan pendapatan kuartal kedua di atas perkiraan dan melaporkan pendapatan kuartal pertama yang melampaui ekspektasi.
Pada saat libur panjang, para pelaku pasar tidak bisa melakukan perdagangan walaupun ada beragam sentimen dari luar negeri. Sehingga biasanya pada saat pembukaan perdagangan pasar akan mengalami volatilitas yang tinggi, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah.
Untuk IHSG sendiri, diprediksi pergerakannya akan cenderung volatil pada perdagangan Kamis dan Jumat pekan ini. Hal ini kemungkinan terjadi karena sentimen pasar yang akan diserap oleh pelaku pasar di dalam negeri cenderung jet lag setelah libur panjang, sehingga pasar baru akan meresponsnya pada Kamis dan Jumat mendatang.
IHSG berpotensi masih bergerak di rentang level psikologis 7.100 - 7.200 di sisa pekan ini.
Sedangkan untuk rupiah sendiri juga diprediksi cenderung volatil, meski dolar Amerika Serikat (AS) cenderung stabil di pekan ini.
Rupiah berpotensi masih berada di level psikologis Rp 16.120 - Rp 16.200 per dolar AS di sisa perdagangan pekan ini.
Adapun sentimen penggerak pasar keuangan hari ini adalah:
The Fed Tahan Suku Bunga
The Fed mempertahankan suku bunga dan tidak memberikan banyak petunjuk tentang kapan pemotongan bunga selanjutnya di tengah kondisi inflasi tetap di atas target, pertumbuhan berlanjut, dan tingkat pengangguran tetap rendah.
Keputusan bulat untuk mempertahankan suku bunga acuan dalam kisaran 4,25%-4,50% saat ini, ditambah dengan pernyataan baru Jerome Powell, membuat The Fed berhati-hati menantikan data inflasi dan ketenagakerjaan lebih lanjut serta kejelasan tentang dampak kebijakan Trump.
Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa pejabat bank sentral AS "menunggu untuk melihat kebijakan apa yang diterapkan" sebelum menilai dampaknya terhadap inflasi, lapangan kerja, dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan, serta tidak terburu-buru untuk menyesuaikan suku bunga lebih lanjut.
Trump kembali menjabat sebagai presiden AS dengan janji tarif impor lebih tinggi, pengetatan kebijakan imigrasi, pemotongan pajak, dan pelonggaran regulasi. Ia juga mengatakan akan menuntut suku bunga yang lebih rendah dan mengharapkan The Fed untuk menuruti keinginannya.
Setelah The Fed memangkas suku bunga tiga kali pada akhir tahun lalu, inflasi sebagian besar bergerak mendatar dalam beberapa bulan terakhir.
Menariknya, dalam pernyataan kebijakan terbarunya, bank sentral menghapus bahasa yang menyatakan bahwa inflasi "telah menunjukkan kemajuan" menuju target inflasi 2%, dan hanya mencatat bahwa laju kenaikan harga "tetap tinggi."
Pejabat The Fed mengatakan mereka percaya bahwa kemajuan dalam menurunkan inflasi akan berlanjut tahun ini, tetapi untuk saat ini mereka menahan suku bunga sambil menunggu data yang dapat mengonfirmasinya.
"Aktivitas ekonomi terus berkembang dengan laju yang solid. Tingkat pengangguran telah stabil pada level rendah dalam beberapa bulan terakhir, dan kondisi pasar tenaga kerja tetap kuat," kata Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), yang menetapkan kebijakan The Fed, dalam pernyataan kebijakan terbarunya.
"Dalam mempertimbangkan sejauh mana dan waktu penyesuaian tambahan terhadap kisaran target suku bunga dana federal, Komite akan menilai dengan cermat data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko," tambahnya.
Powell mengatakan dalam konferensi pers bahwa "kami tidak perlu terburu-buru menyesuaikan kebijakan kami" dan kebijakan moneter saat ini "dalam posisi yang baik" untuk menghadapi tantangan yang ada. Ia mencatat bahwa ada risiko jika memangkas suku bunga terlalu agresif, dengan mengatakan, "kami tahu bahwa mengurangi pembatasan kebijakan terlalu cepat atau terlalu banyak dapat menghambat kemajuan dalam inflasi."
Ramalan Ekonomi Dunia dan Indonesia oleh Bank Dunia
Bank Dunia dalam laporan "Global Economic Prospects" Januari 2025 memproyeksi bahwa ekonomi dunia akan stagnan di 2,7% per tahun selama periode 2025 dan 2026.
Bank Dunia mengungkapkan ekonomi dunia tampaknya bergerak menuju tingkat pertumbuhan rendah yang tidak cukup untuk mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Hal ini diperburuk oleh sejumlah tantangan, seperti meningkatnya ketidakpastian kebijakan, perubahan negatif dalam kebijakan perdagangan, ketegangan geopolitik, inflasi yang terus-menerus, dan bencana alam terkait perubahan iklim.
Menurut Bank Dunia, negara-negara berkembang dan ekonomi pasar baru (EMDEs)-yang menyumbang 60% dari pertumbuhan global, diproyeksikan memasuki 2025 dengan pendapatan per kapita yang tumbuh jauh lebih lambat dibandingkan sebelumnya dalam mendekati standar hidup negara maju.
Tanpa perubahan signifikan dalam kebijakan, sebagian besar negara berpenghasilan rendah diperkirakan tidak akan mencapai status berpenghasilan menengah pada pertengahan abad ini.
Kondisi tersebut membuat Bank Dunia memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di 5,1% pada 2025 dan 2026. Pertumbuhan tersebut sedikit lebih cepat dari perkiraan 2024 yakni 5,0%.
Kejatuhan Saham-Saham Teknologi di AS Akibat DeepSeek
Pada Senin lalu, pasar dihebohkan oleh jatuhnya beberapa saham teknologi di AS. Penyebabnya adalah platformchatbot asal China yakni DeepSeek yang secara mengejutkan membuat warga di AS memberikan review terbaiknya di Apps Store Apple.
DeepSeek berhasil menyalip saingannya yakni ChatGPT, sebagai aplikasi gratis berperingkat teratas yang tersedia di App Store Apple di AS.
Mengutip Reuters, DeepSeek didukung oleh model DeepSeek-V3, yang menurut para kreatornya "memimpin papan peringkat di antara model open source dan menyaingi model sumber tertutup tercanggih secara global."
Hal ini menjadi bukti bahwa DeepSeek telah mendobrak kesan di Silicon Valley, mematahkan pandangan umum tentang keunggulan AS dalam AI dan efektivitas kontrol ekspor Washington yang menargetkan chip canggih dan kemampuan AI China.
Bursa saham AS, Wall Street sempat ditutup ambruk pada perdagangan Senin lalu atau pasca viralnya DeepSeek yang berhasil mengalahkan ChatGPT dalam review aplikasi gratis terbaik di App Store Apple AS.
Indeks Nasdaq Composite, yang sarat akan teknologi dan indeks di mana tempat bernaungnya saham-saham teknologi AS, ditutup
Namun di perdagangan Selasa kemarin, Wall Street berhasil rebound setelah sempat merana. Nasdaq pun ditutup melonjak 2,03% ke 19.733,59.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
BRI Microfinance Outlook 2025 (8.00-13.00 WIB)
Suku Bunga Teh Fed periode Januari (1.00 WIB)
Suku Bunga Bank Sentral eropa (20.15 WIB)
Pembacaan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat kuartal IV 2024 (20.30 WIB)