RI Dibanjiri Dana Asing Rp 36 Triliun, Siapa Paling Diuntungkan?

Revo M, CNBC Indonesia
29 July 2024 07:20
INFOGRAFIS, Daerah RI Ini Jadi Incaran Investor Asing
Foto: Infografis/ Daerah RI yang Jadi Incaran Investor Asing/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Arus dana asing kembali tercatat masuk ke pasar keuangan domestik.  Namun, secara mengejutkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) justru mencatat net foreign outflow.

Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 22-25 Juli 2024 di mana investor asing tercatat beli neto Rp1,93 triliun terdiri dari beli neto Rp3,37 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp1,39 triliun di SRBI dan jual neto Rp0,05 triliun di saham.

Total net foreign buy lebih dari Rp36,24 triliun dalam lima pekan terakhir tentu memberikan angin segar bagi Indonesia namun berbeda halnya dengan SRBI yang justru untuk pertama kalinya net foreign outflow pada pekan lalu setelah dalam 12 pekan sebelumnya secara beruntun mengalami net foreign inflow.

Dalam lima pekan terakhir, SRBI masih menjadi instrumen yang paling diuntungkan dengan masuknya dana asing yakni tercatat net buy sebesar Rp 36,24 triliun. Instrumen kedua yang paling laris adalah obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 12,4 triliun disusul dengan saham yakni Rp 5,25 triliun.

Lebih lanjut, selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 25 Juli 2024, investor asing tercatat jual neto Rp32,08 triliun di pasar SBN, jual neto Rp1,89 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp169,41 triliun di SRBI.

Investor asing tampak masuk ke SBN terkhusus pada Rabu, Kamis, dan Jumat pekan lalu. Hal ini tercermin dari imbal hasil SBN tenor 10 tahun yang mengalami penurunan dalam tiga hari beruntun.

Sebagai informasi, imbal hasil SBN tenor 10 tahun pada 26 Juli 2024 berada di angka 6,963% atau terendah sejak 19 Juli 2024.

Dana asing melanjutkan tren net foreign inflow ke Tanah Air di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang semakin bold.

Pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan ini untuk periode Juli 2024 dinilai pasar masih cenderung menahan suku bunganya di level 5,25-5,50%.

Namun survei CME FedWatch Tool menunjukkan sekitar 88,2% pelaku pasar meyakini The Fed akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) ke level 5,00-5,25% pada September 2024.

Hal ini tak lepas dari data ekonomi AS yang secara umum semakin melandai.

CMEFoto: Meeting Probabilities
Sumber: CME FedWatch Tool

Data terakhir yakni pada akhir pekan lalu, Biro Analisis Ekonomi AS melaporkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi/PCE pada Juni lalu mencapai 2,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dari posisi Mei lalu yang mencapai 2,6%.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi PCE mencapai 0,1%, sedikit lebih tinggi dari Mei lalu yang mencapai 0%.

Sementara itu inflasi PCE inti, yang mengecualikan harga makanan dan energi naik 0,2% pada Juni 2024, dari bulan sebelumnya mencapai 0,1%.

Dibandingkan bulan yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), indeks PCE Inti naik 2,6%.

Dengan data inflasi PCE yang sudah sesuai dengan ekspektasi pasar, maka harapan pasar akan pemangkasan suku bunga The Fed yang dapat dilakukan pada pertemuan September mendatang pun semakin terbuka lebar.

Jika The Fed benar-benar memotong suku bunganya, maka imbal hasil yang ditawarkan BI akan menjadi cukup menarik dana asing untuk berbondong-bondong menaruh dananya di Tanah Air.

Director & Chief Investment Officer, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Ezra Nazula Ridha optimistis terhadap kebijakan suku bunga The Fed yang berpeluang memangkas suku bunga acuan minimal 25 bps mulai September 2024.

Penurunan level Fed Funds Rate (FFR) ini akan menjadi pendorong kembali masuknya aliran capital inflow ke pasar emerging termasuk Indonesia sehingga mampu menopang penguatan rupiah hingga rebound pasar saham dan pasar SBN.

Bagi Manajer Investasi (MI), level suku bunga tinggi akan membuat aset investasi jangka pendek akan menarik namun saat suku bunga turun maka investor akan mulai masuk ke instrumen menengah seperti reksa dana pendapatan tetap hingga SBN.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation