Kisruh Biden Mundur Berlanjut & China Putus Asa: Dunia Jadi Tak Pasti
- Pasar keuangan Tanah Air bergerak beragam dengan mayoritas merana pada perdagangan Senin kemarin, di mana rupiah menjadi yang terburuk di Asia.
- Wall Street kompak menguat setelah Joe Biden mundur dari pencalonan capres AS 2024 serta di tengah penantian investor akan musim earning
- Pelaku pasar masih akan berfokus pada dampak dari mundurnya Joe Biden dan potensi majunya Kamala Harris sebagai pengganti Biden serta dampaknya ke pasar keuangan
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air cenderung bervariasi pada perdagangan Senin (22/7/2024) kemarin, di tengah adanya kabar bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) terkini yakni Joe Biden resmi undur diri dari perhelatan Pilpres AS 2024.
Pasar keuangan Indonesia hari ini diperkirakan masih volatile. Selengkapnya mengenai sentimen pasar penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin ditutup menguat 0,38% ke posisi 7.321,98. IHSG kembali menyentuh level psikologis 7.300, setelah pada akhir pekan lalu berakhir di 7.290-an.
Nilai transaksi IHSG pada kemarin mencapai sekitar Rp 8,4 triliun dengan melibatkan 16 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 974.749 kali. Sebanyak 318 saham menguat, 265 saham terkoreksi, dan 212 saham cenderung stagnan.
Investor asing kembali mencatatkan aksi beli bersih (net buy) mencapai Rp 266,83 miliar di pasar reguler. Namun di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) mencapai Rp 255,32 miliar.
Sedangkan di bursa Asia-Pasifik kemarin, secara mayoritas kembali melemah. IHSG menjadi salah satu yang terbaik kemarin. Namun, indeks Hang Seng Hong Kong menjadi yang paling baik yakni melonjak 1,25%.
Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Senin kemarin.
Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin kembali ditutup terdepresiasi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 16.215/US$ di pasar spot, melemah 0,19%.
Sementara di Asia, mata uangnya secara mayoritas menguat. Hanya beberapa yang melemah, termasuk rupiah. Bahkan, rupiah menjadi yang terburuk di Asia kemarin. Sedangkan yen Jepang menjadi yang terbaik dengan menguat 0,46% dihadapan sang Greenback.
Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Senin kemarin.
Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin masih melanjutkan pelemahan, terlihat dari imbal hasil (yield) yang terus mencatatkan kenaikan.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau kembali naik 4,2 basis poin (bp) menjadi 6,989%. Yield SBN 10 tahun semakin mendekati level 7%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield naik, maka tandanya investor sedang melepas SBN.
Depresiasi yang terjadi pada rupiah bersamaan dengan keputusan Presiden AS Joe Biden yang mengundurkan diri dalam kontestasi politik Pemilihan Presiden AS.
Biden menyerah pada tekanan tanpa henti dari sekutu terdekatnya di Partai Demokrat yang terus mendesak sosok berumur 81 tahun tersebut untuk mundur dari pencalonan di tengah kekhawatiran mendalam bahwa ia terlalu tua dan lemah untuk mengalahkan mantan Presiden Donald J. Trump.
Dalam unggahan di media sosial, Biden juga menyebut Wakil Presiden Kamala Harris sebagai "mitra yang luar biasa," dan dirinya mendukung Harris untuk menggantikan posisinya.
Di lain sisi, arus dana asing yang masuk ke dalam negeri cenderung lebih kecil dibandingkan beberapa pekan terakhir.
Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 15-18 Juli 2024 yang menunjukkan bahwa net foreign buy hanya sebesar Rp 0,69 triliun, dengan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang hanya masuk sebesar Rp 0,4 triliun.
Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan total net foreign inflow pekan keempat Juni, pekan pertama Juli, dan pekan kedua Juli yakni masing-masing sebesar Rp 19,69 triliun, Rp 8,34 triliun, dan Rp 5,59 triliun.
(chd/chd)