Newsletter

Trump Ditembak Buat Pemilu AS Chaos, IHSG-Rupiah Bisa Telan Pil Pahit

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Senin, 15/07/2024 06:00 WIB
Foto: AP/Gene J. Puskar
  • Trump ditembak dan kampanye pemilu AS menjadi chaos
  • Pekan ini dipenuhi oleh sentimen kebijakan suku bunga, baik dari The Fed maupun BI
  • Neraca dagang Indonesia akan menjadi penggerak utama pasar keuangan RI pada hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham dan nilai tukar rupiah berpotensi bergerak volatile pada hari ini akibat masa kampanye pemilu Amerika Serikat chaos setelah kandidat sekaligus mantan Presiden Donald Trump ditembak.

Selain itu, Suku bunga akan menjadi penggerak utama pasar keuangan Indonesia pekan ini. Investor akan mencermati komentar para pejabat bank sentral Amerika Serikat the Federal Reserve atau The Fed serta hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. 

Selain itu, rilis data perdagangan dari China dan dalam negeri juga akan mengiringi gerak pasar keuangan Indonesia. Ulasan lengkap beragam sentimen pekan ini ada di halaman ketiga.

Pekan lalu pasar keuangan RI, baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun rupiah, meraih performa yang cemerlang.

IHSG ditutup menguat 0,37% ke posisi 7.327,58 pada perdagangan Jumat (12/7/2024). Diketahui, IHSG berhasil membalikkan arah dari level psikologis 6.800 hingga ke 7.300 hanya dalam tiga pekan saja. Sejak perdagangan 24 Juni lalu, ketika masih berada di level psikologis 6.800 hingga hari ini di level 7.300-an, IHSG sudah melejit hingga 6,36%.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan akhir pekan lalu mencapai sekitar Rp 12 triliun dengan melibatkan 15 miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 1 juta kali. Sebanyak 329 saham menguat, 230 saham melemah, dan 239 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor properti dan infrastruktur menjadi penopang IHSG di akhir perdagangan yakni masing-masing 3,19% dan 1,09%.

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) secara signifikan alami penguatan. Bahkan rupiah menyentuh level terkuat sejak 1,5 bulan terakhir.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,34% di angka Rp16.135/US$ pada Jumat (12/7/2024). Posisi ini merupakan yang terkuat sejak 28 Mei 2024 serta apresiasi sejumlah delapan hari beruntun. Sedangkan secara mingguan, rupiah kembali mengalami menguat sebesar 0,86%.

IHSG dan rupiah bergairah di tengah sikap investor yang cenderung merespons positif dari data terbaru inflasi AS pada periode Juni 2024 yang terpantau melandai.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan indeks harga konsumen (IHK), pengukur inflasi utama, tercatat 3% pada Juni 2024, turun dari 3,3% pada bulan Mei 2024. IHK AS pada Juni juga lebih baik dari ekspektasi pasar yang sebelumnya memperkirakan IHK melandai ke 3,1%.

IHK mengukur seberapa cepat harga berubah di seluruh ekonomi AS. IHK mengukur semuanya mulai dari buah-buahan dan sayuran hingga potongan rambut, tiket konser, dan peralatan rumah tangga.

Adapun IHK inti, yang tidak termasuk harga energi dan pangan, inflasi dasar yang diawasi ketat juga melambat lebih dari yang diharapkan.

IHK inti naik 0,1% dari Mei, laju paling lambat sejak Agustus 2021, mendorong laju inflasi inti tahunan lebih rendah, menjadi 3,3% dari 3,4%, dan menandai level terendah baru dalam tiga tahun.

Laporan inflasi Negeri Paman Sam terbaru yang lebih baik dari perkiraan semakin memperkuat harapan pemotongan suku bunga bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) dapat terjadi lebih cepat dan membantu membuat pinjaman uang menjadi lebih murah.

The Fed mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% untuk ketujuh kalinya secara beruntun pada Juni 2024. Dengan inflasi yang melandai maka ada harapan The Fed akan memangkas suku bunga secepatnya.

Perangkat Fedwatch kini memiliki peluang 84% jika pemangkasan suku bunga akan terjadi pada September 2024. Keyakinan ini naik pesat bila dibandingkan pada kemarin yang hanya 68%.


(ras/ras)
Pages