Prajogo Pangestu vs Anthony Salim: Siapa 'Jagoan' Akusisi?

Revo M, CNBC Indonesia
13 July 2024 21:30
Foto kolase Anthony Salim dan Prajogo Pangestu. (Dok. Forbes via Detikcom dan Getty Images)
Foto: Foto kolase Anthony Salim dan Prajogo Pangestu. (Dok. Forbes via Detikcom dan Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua konglomerat di Indonesia melakukan akuisisi yang cukup masif hingga pertengahan tahun ini. Anthony Salim dan Prajogo Pangestu mengakuisisi lewat perusahaan yang mereka miliki.

Aksi akuisisi dengan tujuan yang positif tentu akan memberikan respon positif dari para pelaku pasar. Sebagai contoh, aksi akuisisi ditujukan untuk memperluas pangsa pasar, pengembangan perusahaan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi, mempercepat penyerapan teknologi, ekspansi bisnis, mengembangkan produk dan layanan, menciptakan sinergi hingga diversifikasi bisnis.

Berikut rangkuman CNBC Indonesia Research, beberapa emiten dari konglomerat Prajogo Pangestu dan Anthony Salim.

Emiten Prajogo Pangestu

Emiten-emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu yang termasuk dalam Barito grup masih terus melanjutkan aksi akuisisi di beberapa emitennya yakni PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).

PT Barito Pacific Tbk (BRPT) berhasil mengambil langkah maju yang besar melalui sejumlah aksi korporasi anak usahanya yakni TPIA dan BREN.

Anak usaha BRPT yakni BREN resmi mengakuisisi perusahaan pemilik Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap. BREN melalui anak usaha, PT Barito Wind Energy (BWE) telah menyelesaikan akuisisi 99,99% saham di PT UPC Sidrap Bayu Energy dari UPC Renewables Asia Pacific Holding Pte. Ltd. (UPCAPH), ACEN Renewables International Pte. Ltd. (ACRI), UPC Renewables Asia III Limited (Asia III), Sidrap (HK) Limited (Sidrap HK), dan Sunedison Sidrap B.V. (SunEd BV).

Penyelesaian pengambilalihan saham tersebut dilakukan BWE pada 2 April 2024 dengan rincian sebagai berikut:

Pertama, sebanyak 515.515 saham kelas A dan 34.368 saham kelas B yang mewakili sekitar 99,99 persen dari jumlah modal disetor dan ditempatkan PT UPC Sidrap Bayu Energi (Sidrap 1) dari UPCAPH, ACRI, Asia II, Sidrap HK dan SunEd BV, dengan harga pembelian sebesar 101,92 juta dollar AS atau setara dengan Rp 1,62 triliun.

Kemudian2.499 saham yang mewakili sekitar 99,99 persen dari jumlah modal disetor dan modal ditempatkan PT UPC Operation and Maintenance Indonesia (OMI) dari UPCAPH dengan harga pembelian sebesar US$297.017,89 atau setara dengan Rp4,72 miliar.

Tujuan akusisi tersebut sebagai langkah strategis dalam menambah aset energi angin ke dalam portofolio BREN.

Kemudian, TPIA akan menjadi mayoritas pemilik perusahaan patungan dengan Glencore untuk mengakuisisi aset kilang minyak Shell Singapura. Aksi Akuisisi ini akan menyumbang pendapatan TPIA hingga US$8 miliar (Rp128 triliun) per tahun.

TPIA akan menjadi kepala operator dan pemilik mayoritas saham joint venture CAPGC Ple. Ltd sementara untuk Glencore berada di posisi minoritas. Akuisisi ditargetkan akan selesai pada akhir 2024.

Kesesuaian antara Chandra Asri dan Shell Energy and Chemicals Park Singapore (SECP) menjadi pesan kunci yang disampaikan pihak perusahaan kepada investor.

Chandra Asri memiliki posisi unik untuk memperoleh nilai tambah melalui akuisisi aset SECP, antara lain selaras dengan pertumbuhan Chandra Asri secara strategis, produksi mengisi kurangnya pasokan bahan bakar dan produk kimia Indonesia serta dapat memanfaatkan jaringan lokal, dan memanfaatkan keunggulan pemegang saham (kredit karbon Barito Pacific, keahlian dan rantai pasokan Thai Oil dan SCG).

Selain itu, CUAN juga kembali mengakusisi tambang batubara. CUAN mengakuisisi dua perusahaan tambang batubara, yaitu PT Borneo Bangun Banua (B3) dan PT Borneo Bangun Banua Bestari (B4). Perusahaan pun akan menjadi pemegang saham langsung atas 100% saham di dalam B4 dan B3 pada Mei 2024.

Untuk diketahui, B3 merupakan perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan Batubara (IUP) dengan wilayah kerja di Kalimantan Tengah, sedangkan B4 merupakan pemilik 99,9% saham di dalam B3.

Emiten Anthony Salim

PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) secara resmi mengakuisisi 35% saham PT Jasamarga Transjawa Tol (PT JTT) yang merupakan anak usaha BUMN jalan tol PT Jasa Marga Tbk (JSMR).

Para investor menjadi pemilik saham 35% atau setara 7.614.087.039 saham dalam JTT setelah diselesaikannya seluruh persyaratan dan kondisi sebagaimana disyaratkan dalam PPJB Saham Jasa Marga, PPJB Saham KKJM, dan PPSB JTT.

Tidak hanya itu, entitas grup Salim lainnya juga melakukan akuisisi terhadap perusahaan tambang Australia Rex Minerals dengan nilai transaksi sebesar US$265 juta (sekitar Rp4,35 triliun).

Dikutip dari Nikkei Asia, MACH Metals Australia, yang dimiliki oleh Salim Group, membeli hampir 16% saham Rex Minerals tersebut awal tahun ini dan pada hari Senin mengajukan penawaran untuk mengakuisisi sisanya seharga 0,47 dolar Australia per saham dalam penawaran tunai.

Tawaran ini bernilai AU$393 juta (US$265 juta) dan mewakili premi sebesar 79% dari harga perdagangan rata-rata tertimbang volume selama 30 hari.

Sebagai catatan, perusahaan yang akan diakuisisi entitas Grup Salim tersebut diketahui memiliki sejumlah proyek pertambangan emas di beberapa negara, termasuk Rex's Hillside Project terletak 12 km di selatan kota Ardrossan di Semenanjung Yorke, Australia Selatan.

Selain itu, juga Rex mengumumkan pada Agustus 2019 bahwa mereka telah menyelesaikan akuisisi Properti Emas Hog Ranch di Nevada, AS.

Sementara MACH Energy yang merupakan anak perusahaan Salim Group, menjalankan tambang batu bara Mt. Pleasant di New South Wales. Direktur Pelaksana MACH Ferdian Purnamasidi mengatakan proyek Hillside sejalan dengan strategi perusahaan dalam mendiversifikasi portofolio asetnya.

"Fokus kami yang kuat pada tembaga sangat penting untuk proses transisi energi," katanya dalam sebuah pernyataan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation