Newsletter

Banjir Kabar Baik Gak Ngaruh! Selama BREN Masuk FCA, IHSG Bakal Suram?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Kamis, 06/06/2024 05:59 WIB
Foto: (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Pasar banjir sentimen positif mulai dari data tenaga kerja hingga proyeksi pemangkasan suku bunga 2x tahun ini
  • BREN masih jadi duri di tengah pasar yang banjir sentimen positif
  • Investor akan merespon rencana APBN terbaru, terutama pada masa transisi ke pemerintahan Prabowo-Gibran

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Indonesia babak belur pada perdagangan kemarin di tengah berbagai sentimen positif. Penyebabnya adalah saham yang memiliki kapitalisasi besar kompak turun tajam. 

Begitupun mata uang rupiah yang anjlok hingga mencapai posisi terendah dalam empat tahun terakhir.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambruk lebih dari 2% pada perdagangan Rabu (5/6/2024), di mana dua saham Prajogo Pangestu menjadi penekan IHSG di akhir perdagangan

Hingga akhir perdagangan, IHSG ditutup ambruk 2,14% ke posisi 6.947,67. IHSG pun terkoreksi kembali hingga menyentuh level psikologis 6.900.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 12 triliun dengan volume transaksi mencapai 19 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1 juta kali. Sebanyak 172 saham naik, 421 saham turun, dan 192 sisanya cenderung stagnan.

Tercatat sektor bahan baku menjadi penekan paling besar IHSG di akhir perdagangan kemarin yakni hingga mencapai 6,29%.

Dua saham Prajogo Pangestu menjadi penekan IHSG di akhir perdagangan, dengan saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi yang paling besar yakni mencapai 31,6 indeks poin. Selain BREN, ada saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang juga membebani IHSG hingga 29,9 indeks poin.

Tak hanya itu saja, saham pertambangan mineral Grup Salim yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) juga menjadi pemberat IHSG hingga 27,5 indeks poin dan saham perbankan raksasa PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) juga menekan IHSG sebesar 13,7 indeks poin.

Di sisi lain,rupiah ditutup melemah 0,40% di level Rp16.280 per dolar AS. Pelemahan ini melanjutkan pembukaan pagi ini, saat rupiah 'bertekuk lutut' di level Rp 16.260 per dolar AS.

Menurut Bank Indonesia (BI), rupiah melemah akibat penutupan non-delivery forward rupiah yang melemah tajam di pasar New York.

"Rupiah melemah ditrigger oleh closing NDF IDR di pasar New York yang ditutup melemah cukup tajam sehingga menyebabkan opening pasar spot Rupiah di pasar domestik di pagi hari tadi dibuka dengan melemah yang juga tajam. (Padahal) Hari-hari sebelumnya pergerakan Rupiah relatif stabil terkendali," kata Edi Susianto, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) BI kepada CNBC Indonesia, Rabu (6/5/2024).

Dikutip dari Refinitiv, NDF rupiah overnight sampai 1 tahun mengalami penurunan. Bidding NDF rupiah posisi 3 bulan mencapai Rp 16.310 dan harga jual (ask) mencapai Rp 16.374 per dolar AS.

Kemudian, bidding 1 tahun mencapai Rp 16.455 per dolar AS dan harga jual sebesar Rp 16.533 per dolar AS.

Edi menuturkan faktor yang mendorong NDF melemah tajam antara lain kondisi global yang masih sangat up and down, termasuk kondisi politik di India yang sudah dalam proses Pemilu.


(ras/ras)
Pages