Dunia Tunggu Kabar dari Jepang & Amerika, Semoga Baik-Baik Saja
- Pasar keuangan Indonesia mayoritas mengakhiri perdagangan di zona merah
- Wall Street melemah berjamaah di tengah sikap wait and see investor menunggu data pengeluaran konsumen AS
- Data inflasi Jepang serta perkembangan di AS akan menjadi sentimen penggerak pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air pada perdagangan Senin (26/2/2024) cenderung merana, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah, dan Surat Berharga Negara (SBN) ditutup di zona merah.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan bergerak melemah pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin ditutup terkoreksi 0,15% ke posisi 7.283,82. Meski terkoreksi, tetapi IHSG masih cenderung bertahan di level psikologis 7.200. kemarin.
Nilai transaksi IHSG pada kemarin mencapai sekitar Rp 8,6 triliun, dengan melibatkan 17 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 230 saham terapresiasi, 309 saham terdepresiasi dan 238 saham stagnan.
Investor asing mulai melakukan aksi jual bersih (net sell), setelah beberapa hari mencatatkan pembelian bersih (net buy). Tercatat, net sell asing mencapai Rp 912,86 miliar di pasar reguler. Tetapi, net sell asing ini masih lebih rendah dari net buy asing dalam beberapa hari sebelumnya, dengan rata-rata mencapai lebih dari Rp 1 triliun.
Sedangkan di bursa Asia-Pasifik, secar mayoritas melemah. Kecuali bursa saham Australia (ASX 200), Jepang (Nikkei 225), dan Taiwan (TAIEX). Bahkan, Nikkei 225 kembali mencetak rekor barunya kemarin.
Sementara untuk indeks VNI Vietnam menjadi bursa saham yang paling parah koreksinya kemarin yakni mencapai 1%.
Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Senin kemarin.
Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin ditutup melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), setelah beberapa hari terakhir menguat.
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 15.625/US$ di pasar spot, melemah 0,22% di hadapan dolar AS.
Di Asia-Pasifik, cenderung bervariasi, di mana dolar Taiwan menjadi yang paling kencang penguatannya kemarin yakni mencapai 0,29%. Sedangkan peso Filipina menjadi yang paling parah koreksinya kemarin yakni mencapai 0,35%.
Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Senin kemarin.
Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya berbalik melemah, terlihat dari imbal hasil (yield) yang berbalik naik.
Melansir data dari Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau naik 0,5 basis poin (bp) menjadi 6,569%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield naik, maka tandanya investor sedang melepas SBN.
Investor di dalam negeri khawatir dengan adanya fenomena twin deficit, karena dapat mengancam perekonomian Indonesia ke depannya.
Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) pada Kamis pekan lalu mencatat defisit Transaksi Berjalan hingga US$ 1,3 Miliar pada kuartal IV-2023. Sementara secara keseluruhan tahun 2023 defisitnya mencapai US$ 1,6 Miliar atau 0,1% dari PDB.
Di sisi lain, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 defisit sebesar Rp347,6 triliun atau 1,65% dari produk domestik bruto (PDB).
Ekonom CIMB Niaga, Mika Martumpal mengatakan twin deficit kerap berdampak negatif ke pasar keuangan RI, meski faktor suku bunga dan prospek pertumbuhan global turut mempengaruhi stabilitas pasar.
Senada dengan Mika Martumpal, Treasury Division Head BTN, Sindhu Rahadian Ardita menilai twin deficit sudah jamak dialami RI, namun upaya pemerintah mendorong hiliriasi berpotensi mendorong surplus transaksi berjalan sehingga twin deficit bisa semakin ditekan.
Lebih lanjut, investor asing juga terlihat keluar dari SBN selama tiga pekan beruntun sekitar Rp4 triliun sejak pekan kedua Februari 2024.
Terakhir berdasarkan data transaksi 19 - 22 Februari 2024 yang dirilis BI, asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp 1,01 triliun terdiri dari jual neto Rp 0,19 triliun di pasar SBN, beli neto Rp 2,08 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp 0,88 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
(chd/chd)