Newsletter

Dunia Tunggu Kabar dari Jepang & Amerika, Semoga Baik-Baik Saja

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
27 February 2024 06:00
SPBU Pertamina
Foto: PT Pertamina (Persero) per 1 Februari 2024 ini tidak mengubah harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya BBM non subsidi di seluruh SPBU yang ada di Indonesia, Kamis (1/2/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Pasar keuangan RI diprediksi masih akan cenderung volatil, terutama IHSG, di mana bursa saham acuan Tanah Air tersebut juga berpotensi masih lesu pada hari ini.

Apalagi, asing mulai melakukan aksi profit taking, sehingga masih ada kemungkinan IHSG terkoreksi kembali. Selain itu, investor juga sedang memasang mode wait and see menanti rilis data inflasi Indonesia pada Jumat mendatang dan beberapa rilis data ekonomi di global.

Terlepas dari hal tersebut, hasil real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 masih bersifat sementara, alias perhitungan masih berlangsung. Apalagi, proses perhitungan suara masih dilakukan oleh KPU hingga 20 Maret mendatang.

Hingga Selasa pagi (27/2/2024) pukul 05:00 WIB, menunjukkan pasangan calon (paslon) 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sudah jauh meninggalkan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Data yang terbaru masih menunjukkan hasil perhitungan suara per Selasa kemarin pukul 05:00 WIB dengan 77,41% data Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang telah tertampung dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka kokoh di posisi pertama dengan perolehan suara 58,84%. Sementara itu, Anies-Cak Imin memperoleh suara sebanyak 24,46% dan Ganjar-Mahfud mengumpulkan suara 16,7%

 

Inflasi Jepang

Pada hari ini, Selasa (27/2/2024), data inflasi Jepang periode Januari 2024 akan dirilis. Data ini tentunya ditunggu oleh pelaku pasar di Asia-Pasifik, mengingat kondisi inflasi Jepang mulai terus menurun sejak menyentuh level 3% dari Februari 2023 hingga Oktober 2023. Bahkan pada Januari 2023, inflasi Jepang sempat menyentuh 4,3%.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan akan kembali melandai pada bulan lalu, yakni menjadi 2,1%, dari sebelumnya pada Desember 2023 sebesar 2,6%.

Inflasi Jepang yang kembali menyusut pada periode Oktober-Desember 2023 turut membuat konsumsi swasta menyusut 0,2% pada periode Oktober-Desember, turun selama tiga kuartal berturut-turut. Adapun konsumsi swasta menjadi menyumbang lebih dari separuh PDB Jepang.

Sedangkan konsumsi pemerintah juga terlihat menyusut pada kuartal empat tahun lalu sebesar 0,1%.

Alhasil, perekonomian Jepang pun terlihat lesu. Bahkan, Jepang resmi masuk ke dalam resesi teknikal, karena dalam dua kuartal beruntun, perekonomian Jepang mengalami tumbuh negatif atau kontraksi.

Melansir dari data pemerintah Jepang pada Kamis (15/2/2024), PDB Jepang terkontraksi -0,4% pada kuartal empat 2023 dan pada kuartal tiga 2023 juga mengalami kontraksi sebesar -3,3%.

Laporan PDB terbaru itu jauh meleset dari perkiraan pertumbuhan 1,4% dalam jajak pendapat para ekonom Reuters. Kontraksi ekonomi membuat Jepang telah kehilangan posisinya sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia dan kini ditempati oleh Jerman.

PDB nominal Jepang untuk 2023, yang tidak disesuaikan dengan inflasi, berada di angka 591,48 triliun yen (Rp104,17/JYP) setara Rp61.614 triliun atau US$ 4,21 triliun (Asumsi Rp15.585/US$). Nilai tersebut lebih kecil dari ukuran ekonomi Jerman yang mencapai US$ 4,46 triliun.

Inflasi yang terus menurun karena konsumsi yang melambat dinilai wajar di Jepang, karena warga Jepang cenderung lebih suka menabung dibandingkan belanja.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jepang, menunjukkan dalam setahun terakhir ini tingkat tabungan rumah tangga terus meningkat, pada Januari hanya tercatat 16,1% kemudian melonjak ke atas 60% pada Desember 2023.

Hal tersebut kontras jika dibandingkan dengan pengeluaran rumah tangga yang cenderung dalam tren turun. Terlihat pada Januari sebesar 2,7% kemudian pada Desember malah berkontraksi hingga -0,9%.

 

Indeks Keyakinan Konsumen Amerika Serikat 

Selain inflasi Jepang, pada hari ini, tepatnya di AS dan Jerman akan dirilis data indeks keyakinan konsumen (IKK) untuk periode Februari 2024 dan Maret 2024 (Jerman).

Untuk di AS, IKK versi Coference Board (CB) periode Februari 2024 akan dirilis malam hari ini. Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan IKK Negeri Paman Sam pada bulan ini cenderung naik menjadi 115, dari sebelumnya pada Januari lalu di 114,8.

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Skor di atas 100 menandakan konsumen optimistis melihat situasi ekonomi. Bila indeks melesat maka inflasi diproyeksi sulit turun dengan cepat sehingga The Fed bisa semakin lama menahan suku bunga di level tinggi 5,25-5,50%.

Subsidi Listrik & BBM Serta Pelebaran Defisit Anggaran Pemerintah

Pemerintah telah memutuskan untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) maupun listrik pada tahun ini. Namun, keputusan itu hanya berlaku sampai Juni 2024.

Demikian disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Menurutnya, keputusan itu telah ditetapkan dalam sidang kabinet paripurna yang digelar Presiden Joko Widodo kemarin.

"Tadi diputuskan dalam sidang kabinet paripurna tidak ada kenaikan listrik, tidak ada kenaikan BBM sampai Juni, baik itu yang subsidi maupun non subsidi," kata Airlangga di kantornya, Jakarta, Senin (26/2/2024)

Dengan ketetapan itu, maka pemerintah menurut Airlangga telah menetapkan tambahan anggaran untuk Pertamina maupun Perusahaan Listrik Negara (PLN) supaya tidak ada perubahan harga.

Namun, dia belum menjelaskan besaran perubahan anggaran subsidi energinya. Sebagaimana diketahui pada tahun ini target subsidi energi sebesar Rp 186,9 triliun. Rinciannya ialah Rp 113,3 triliun untuk subsidi BBM dan LPG, serta Rp 73,6 triliun untuk subsidi listrik.

Oleh sebab itu, ia mengatakan, defisit APBN akan melebar dari yang ditetapkan, 2.29% dari PDB pada tahun ini, menjadi sekitar 2,8%. Seiring dengan adanya penambahan kebutuhan anggaran untuk beberapa pos anggaran.

Pelebaran defisit kemungkinan besar akan berdampak kepada penerbitan surat utang pemerintah yang akan mempengaruhi supply dan demand pasar SBN. Bila SBN melimpah maka harga isa jatuh sehingga imbal hasil naik.
Di sisi lain, perpanjangan subsidi BBM diharapkan bisa menjaga daya beli masyarakat sehingga laju ekonomi bisa melaju lebih kencang. Hal ini akan berdampak positif ke pendapatan perusahaan karena penjualan akan meningkat. IHSG pun diharapkan bisa bergairah.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular