
IHSG Loyo 4 Hari Beruntun, 6 Saham Ini Jadi Biang Kerok Hari Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada akhir perdagangan Senin (26/2/2024), di mana investor cenderung wait and seemenanti rilis data ekonomi penting di dalam negeri dan luar negeri pada pekan ini.
IHSG ditutup melemah 0,15% ke posisi 7.283,82. Namun, IHSG masih bertahan di level psikologis 7.200 pada hari ini.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 8,6 triliun dengan melibatkan 17 miliaran saham yang diperdagangkan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 230 saham naik, 309 saham turun, dan 238 saham cenderung mendatar.
Secara sektoral, sektor kesehatan menjadi pemberat terbesar IHSG pada akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 1,62%. Selain itu, sektor bahan baku juga menjadi penekan IHSG hari ini yakni sebesar 1,39%.
Beberapa saham juga memperberat (laggard) IHSG pada hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bayan Resources | BYAN | -2,84 | 19.375 | -0,90% |
Merdeka Battery Materials | MBMA | -2,47 | 625 | -5,30% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -2,09 | 78 | -1,27% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | -1,85 | 2.370 | -2,07% |
Bank Central Asia | BBCA | -1,72 | 9.800 | -0,25% |
Merdeka Copper Gold | MDKA | -1,69 | 2.300 | -2,54% |
Sumber: Refinitiv
Saham raksasa batu bara yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi penekan terbesar IHSG pada hari ini yakni mencapai 2,8 indeks poin.
IHSG yang sudah terkoreksi selama empat hari beruntun karena investor masih melakukan aksi ambil untung (profit taking) sembari wait and see menanti rilis data ekonomi penting di dalam negeri dan global pada pekan ini.
Pada pekan ini, beberapa data penting akan dirilis, seperti data inflasi Indonesia pada Februari 2024 dan inflasi PCE Amerika Serikat (AS) periode Januari 2023.
Inflasi Indonesia periode Februari 2024 akan dirilis pada Jumat mendatang. Sebelumnya pada Januari lalu, tingkat inflasi tahunan di Indonesia melandai menjadi 2,57%, dari sebelumnya sebesar 2,61% pada Desember 2023, juga dibandingkan ekspektasi sebesar 2,55% dan mendekati titik tengah target bank sentral sebesar 1,5 hingga 3,5% pada 2024.
Sementara di AS, inflasi PCE diprediksi akan dirilis pada Kamis malam waktu Indonesia. Untuk diketahui, PCE AS meningkat sebesar 2,6% secara tahunan untuk Januari 2024.
Jika PCE AS ini tercatat mengalami penurunan atau semakin mendekati target bank sentral AS (The Fed) di level 2%, hal ini semakin memperbesar suku bunga acuan AS mengalami penurunan lebih cepat. Alhasil tekanan terhadap mata uang Garuda semakin minim.
Di lain sisi, pasar juga cenderung khawatir dengan dampak dari adanya twin deficit. Sebelumnya, Indonesia mencatatkan defisit Transaksi Berjalan hingga US$1,3 Miliar pada Q4-2023 sementara secara keseluruhan tahun 2023 defisitnya mencapai US$1,6 Miliar atau 0,1% dari PDB.
Sementara itu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 defisit sebesar Rp 347,6 triliun atau 1,65% dari produk domestik bruto (PDB).
Ekonom CIMB Niaga, Mika Martumpal mengatakan twin deficit kerap berdampak negatif ke pasar keuangan RI, meski faktor suku bunga dan prospek pertumbuhan global turut mempengaruhi stabilitas pasar.
Senada dengan Mika Martumpal, Treasury Division Head BTN, Sindhu Rahadian Ardita menilai twin deficit sudah jamak dialami RI, namun upaya pemerintah mendorong hiliriasi berpotensi mendorong surplus transaksi berjalan sehingga twin deficit bisa semakin ditekan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balik Loyo, Perbankan Raksasa Jadi Biang Keroknya