Newsletter

Mohon Perhatian! Pekan Ini Banyak Kabar Penting dari AS, China & RI

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
26 February 2024 06:00
PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII) yang merupakan emiten Grup Bakrie, PT Terang Dunia Internusa Tbk (UNTD), emiten sektor teknologi PT Topindo Solusi Komunika Tbk (TOSK) dan PT Mitra Pedagang Indonesia Tbk (MPIX).
Foto: (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
  • Pasar keuangan Tanah Air secara mayoritas berkinerja positif pada pekan lalu, kecuali IHSG yang terkoreksi karena aksi profit taking investor
  • Wall Street terpantau bergairah pada pekan lalu, ditopang oleh melonjaknya saham Nvidia karena kinerja keuangannya yang positif.
  • Pekan ini, beberapa data penting akan dirilis seperti data inflasi Indonesia, data inflasi PCE Amerika Serikat (AS), dan PMI manufaktur di beberapa negara.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada pekan lalu secara mayoritas positif, kecuali Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung volatile. Sedangkan rupiah terpantau bergairah, dan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) terpantau turun.

Pada pekan lalu, IHSG melemah 0,55% secara point-to-point (ptp). Namun selama lima hari pada pekan lalu, pergerakan IHSG cenderung volatil.

Pada perdagangan Jumat (23/2/2024) akhir pekan lalu, IHSG terpaksa ditutup terkoreksi 0,61% ke posisi 7.295,09. Padahal, IHSG sempat menyentuh rekor tertinggi sementaranya dan juga kembali ke level psikologis 7.300.

Meski terkoreksi, tetapi investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy)mencapai Rp 2,94 triliun di pasar reguler sepanjang pekan lalu.

Sedangkan untuk rupiah, sepanjang pekan lalu menguat 0,16% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) secara point-to-point (ptp). Pada perdagangan akhir pekan lalu, mata uang Garuda ditutup melemah tipis 0,03% di level Rp 15.590/US$.

Penguatan mingguan tersebut membuat rupiah berhasil bertahan di zona penguatan selama empat pekan beruntun.

Sementara di pasar SBN, yield tenor 10 tahun yang merupakan acuan SBN negara berada di level 6,564% per akhir pekan lalu, naik 5,7 basis poin (bp) dari posisi perdagangan pekan sebelumnya di 6,621%

Yield yang turun menandai harga SBN yang sedang naik, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Yield SBN turun menandakan bahwa investor cenderung mengoleksi SBN, terutama investor asing.

Rupiah yang perkasa dan SBN yang sedang diburu investor tidak lain karena langkah Bank Indonesia (BI) yang tetap menahan suku bunga acuan kendati ketidakpastian pasar keuangan global masih cenderung tinggi.

Sebagaimana diketahui, Dewan Gubernur Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 6,00% pada bulan ini. Tingkat suku bunga BI Rate di level 6,00% sudah berlaku sejak Oktober 2023.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, keputusan mempertahankan BI Rate pada level 6% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability.

"Yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024," kata Perry saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (21/2/2024).

Perry juga menambahkan bahwa kebijakan mempertahankan suku bunga acuan itu didasari dari proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih baik dibanding proyeksi sebelumnya. Meskipun BI anggap ketidakpastian pasar keuangan masih tinggi.

"Ekonomi global diperkirakan tumbuh sebesar 3,1% pada 2023 dan 3,0% pada 2024, lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya masing-masing sebesar 3,0% dan 2,8%," ucap Perry.

Sementara ketidakpastian global masih terus terjadi dibuktikan oleh kuatnya indikator-indikator ekonomi AS yang melampaui ekspektasi, melambatnya perekonomian China, dan resesi teknis di Inggris dan Jepang.

Terlepas dari tantangan yang ada, BI tetap yakin untuk memproyeksikan penurunan Fed Fund Rate (FFR) yang dijadwalkan pada semester kedua 2024, dengan mengantisipasi penurunan total sebesar 75 basis poin (bp).

Tak berhenti sampai di situ, rupiah terbilang bergerak stabil pada pekan ini terdorong dari rilis data NPI Indonesia yang mengalami surplus cukup besar yakni US$ 8,6 miliar pada kuartal IV-2023 dan surplus sebesar US$ 6,3 miliar sepanjang 2023.

Bila dirupiahkan dengan kurs per Kamis (22/2/2024) yakni Rp 15.585/US$ maka angkanya mencapai Rp 134,03 triliun untuk kuartal IV dan Rp 98,19 triliun.

Surplus NPI ini ditopang oleh kuatnya kinerja transaksi modal dan finansial, terutama karena asing sudah mulai masuk kembali ke investasi portofolio.

Namun, IHSG cenderung mengecewakan pada pekan lalu. Hal ini sepertinya karena investor di dalam negeri sudah mulai merealisasikan keuntungannya setelah sehari usai hari Pemilu dua pekan lalu, kenaikan IHSG cukup signifikan, meski di pasar saham asing masih terus memburu saham-saham di RI.

Beralih ke AS, mayoritas bursa saham Wall Street sepanjang pekan lalu terpantau bergairah, meski ada kabar kurang menggembirakan yang datang di AS pada pekan lalu.

Secara point-to-point pada pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpantau melesat 1,3%, sedangkan S&P 500 melonjak 1,66%, dan Nasdaq Composite melompat 1,44%.

Bahkan pada Kamis pekan lalu, S&P 500 mengalami hari terbaiknya sejak Januari 2023, sedangkan Nasdaq Composite melonjak hampir 3% untuk sesi terbaiknya sejak Februari 2023.

Sementara pada perdagangan Jumat pekan lalu, Wall Street ditutup bervariasi, dengan Dow Jones ditutup menguat 0,16% ke posisi 39.131,531 dan S&P 500 naik tipis 0,03% ke 5.088,8. Namun untuk Nasdaq melemah 0,28% menjadi 15.996,82.

Wall Street cenderung cerah pada pekan lalu, ditopang oleh melonjaknya saham Nvidia karena hasil kuartalan yang kuat, membuat pembuat chip tersebut sempat melampaui valuasi US$ 2 triliun.

Bahkan, kinerja Nvidia dan perusahaan teknologi besar lainnya telah menghilangkan kekhawatiran pasar akan sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Sebelumnya pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed merilis risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Dalam risalah tersebut, pejabat The Fed kembali mengindikasikan pada pertemuan terakhir mereka bahwa mereka tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dan menyatakan optimisme dan kehati-hatian terhadap inflasi.

Keputusan pemangkasan suku bunga akan diambil jika pejabat The Fed memiliki keyakinan yang besar bahwa inflasi terus melandai.

"Sebagian besar partisipan menekankan risiko jika melonggarkan stance kebijakan lebih cepat dan menekankan penting untuk menilai data-data mendatang dengan hati-hati untuk memastikan apakah inflasi memang akan berlanjut turun ke 2%," tulis FOMC, dikutip dari CNBC International.

Ringkasan rapat tersebut juga menunjukkan adanya rasa optimisme secara umum bahwa langkah kebijakan The Fed telah berhasil menurunkan laju inflasi yang pada pertengahan tahun 2022 mencapai level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun.

Namun, para pejabat mencatat bahwa mereka ingin melihat lebih banyak hal sebelum mulai melonggarkan kebijakan, sambil mengatakan bahwa kenaikan suku bunga kemungkinan besar akan berakhir.

Sebelum pertemuan tersebut, serangkaian laporan menunjukkan bahwa inflasi meskipun masih tinggi namun sudah mengarah menuju target The Fed sebesar 2%. Meskipun notulensi tersebut menilai "kemajuan solid" yang telah dicapai, komite memandang beberapa kemajuan tersebut sebagai sesuatu yang "istimewa" dan mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak akan bertahan lama.

Oleh karena itu, para anggota mengatakan mereka akan "menilai dengan hati-hati" data yang masuk untuk menilai ke mana arah inflasi dalam jangka panjang. Para pejabat mencatat adanya risiko positif dan negatif serta khawatir akan penurunan suku bunga yang terlalu cepat.

Sebagai catatan, data inflasi dari sisi konsumen AS sendiri naik menjadi 3,1% (year on year/yoy) pada Januari 2024. Angka ini di atas ekspektasi pasar yakni 2,9% meskipun mengalami pelandaian dari sebelumnya 3,4% yoy.

Sebelum memulai perdagangan hari ini hingga beberapa hari ke depan di pekan ini, investor sebaiknya mencermati beberapa agenda ekonomi dari dalam negeri, maupun luar negeri.

Untuk hari ini, baik dari eksternal maupun internal, sentimen pasar cenderung minim, sehingga pergerakan pasar keuangan Indonesia baik IHSG maupun rupiah cenderung sideways.

Namun pada Selasa pekan depan, sentimen pasar mulai kembali ramai, baik dari data inflasi Jepang hingga inflasi Indonesia pada Rabu pekan depan.

Berikut sentimen pasar pada pekan ini.

Indonesia

Dari dalam negeri, pada 1 Maret 2024 data ekonomi RI kompak rilis mulai dari data PMI Manufaktur periode Februari 2024, inflasi periode Februari 2024, dan harga konsumsi inti (CPI) periode Februari 2024.

PMI Manufaktur S&P Global Indonesia naik menjadi 52,9 pada Januari 2024 dari 52,2 pada bulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut merupakan pertumbuhan aktivitas pabrik selama 29 bulan berturut-turut dan laju terkuat sejak Agustus lalu, karena pertumbuhan pesanan baru yang lebih cepat, ditambah dengan kondisi pasokan yang lebih baik, menyebabkan produksi tumbuh pada laju tercepat dalam dua tahun.

Kemudian, tingkat inflasi tahunan di Indonesia melandai menjadi 2,57% pada Januari 2024 dari 2,61% pada bulan Desember 2023, dibandingkan ekspektasi sebesar 2,55%, mendekati titik tengah target bank sentral sebesar 1,5 hingga 3,5% pada 2024.

Hal ini merupakan inflasi terendah level tertinggi sejak Oktober lalu, karena kenaikan harga makanan dan minuman yang lebih lemah (5.84% vs 6.18% pada Desember), transportasi (1.11% vs 1.27%), perabotan (1.20% vs 1.57%), kesehatan (1.88% vs 1.94% ), pendidikan (1,57% vs 1,97%), dan rekreasi & budaya (1,68% vs 1,69%). Pada saat yang sama, harga komunikasi & keuangan turun (-0,11% vs 0,20%).

Sebaliknya, harga perumahan meningkat (0,58% vs 0,50%), akomodasi (2,37% vs 2,07%), dan pakaian (1,02% vs 0,78%). Inflasi inti melambat ke level terendah dalam 2 tahun terakhir sebesar 1,68% di bulan Januari, di bawah perkiraan sebesar 1,76%. Secara bulanan, inflasi berada di 0,04%, setidaknya dalam 5 bulan, di bawah perkiraan sebesar 0,29%. Badan Statistik menyatakan kini menggunakan tahun dasar baru 2022 untuk penghitungannya setelah sebelumnya menggunakan tahun 2018.

Adapun, harga konsumen inti (CPI) di Indonesia meningkat 1,68% pada bulan Januari 2024 dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya, setidaknya sejak Desember 2021, setelah kenaikan sebesar 1,80% pada bulan Desember 2023. Tingkat Inflasi Inti di Indonesia rata-rata sebesar 3,59% dari tahun 2008 hingga 2024, mencapai angka tertinggi sepanjang masa sebesar 8,30% pada bulan Desember 2008 dan rekor terendah sebesar 1,18% pada bulan April 2021.

Tak hanya itu saja, perhitungan real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga akan terus dipantau. Hingga Senin (26/2/2024) pukul 05:00 WIB, 77,06% dari 823.236 data Tempat Pemungutan Suara (TPS) telah tertampung masuk dan suara Prabowo-Gibran semakin jauh meninggalkan dua pasangan calon lain.

Prabowo-Gibran tercatat mengumpulkan 74.541.352 suara atau 58,84%. Anies-Cak Imin sebanyak 30.940.186 atau 24,43%, sedangkan Ganjar Pranowo-Mahfud MD 21.192.664 atau 16,73%.

Masih dari Indonesia, pada Kamis pekan depan, media CNBC Indonesia kembali akan menggelar event tahunan yakni CNBC Economic Outlook 2024 dengan tema Year of Optimism pada Kamis (29/2/2024).

Sebuah acara yang akan menjadi ruang diskusi dan penyampaian pandangan para regulator dan pelaku bisnis mengenai perekonomian Indonesia di tahun 2024.

Acara ini akan menghadirkan Founder & Chairman CT CORP Chairul Tanjung, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa.

Menarik disimak sperti apakah kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan industri keuangan yang akan dipaparkan pembicara. Menarik disimak pula penuturan Prabowo yang saat ini memimpin real count pemilihan presiden 2024 dengan suara sekitar 58%.

CNBC Economic Outlook 2024Foto: CNBC
CNBC Economic Outlook 2024

Amerika Serikat

Dari negeri Paman Sam, terdapat pula beberapa sentimen yang dapat mempengaruhi pasar keuangan RI terutama pada pergerakan rupiah.

Pada pekan ini, terdapat rilis Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) periode Januari 2024, klaim pengangguran, PMI Manufaktur Final periode Februari 2024, dan PMI Manufaktur ISM periode Februari 2024.

Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS meningkat 2,6% secara tahunan (yoy) pada bulan Desember 2023, sama dengan bulan November dan sejalan dengan ekspektasi pasar. Inflasi PCE tahunan kini bertahan pada posisi terendah pada Februari 2021.

PCE AS meningkat 0,2% secara bulanan pada bulan Desember 2023, sejalan dengan ekspektasi pasar, dan menyusul penurunan 0,1% pada bulan November. Hal ini merupakan kenaikan harga PCE pertama dalam tiga bulan, dengan harga jasa naik 0,3% sementara harga barang turun 0,2%.

Kemudian, klaim pengangguran lanjutan di Amerika Serikat yang dilihat sebagai proksi jumlah orang yang menerima tunjangan pengangguran, turun menjadi 1.862 ribu pada pekan yang berakhir 10 Februari 2024, terendah dalam empat minggu, dari 1.889 ribu pada minggu sebelumnya dan di bawah perkiraan tahun 1885 ribu.

Rata-rata pergerakan 4 minggu untuk klaim pengangguran awal di Amerika Serikat, tidak termasuk volatilitas minggu ke minggu, turun menjadi 215,25 Ribu pada pekan yang berakhir 17 Februari 2024, dari 218,75 Ribu pada minggu sebelumnya.

Lanjut, PMI Manufaktur AS Awal Global S&P naik menjadi 51,5 pada bulan Februari 2024 dari 50,7 pada bulan Januari, mengalahkan perkiraan sebesar 50,5. Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan terkuat di sektor pabrik sejak September 2022, karena output meningkat untuk pertama kalinya dalam tiga bulan, dan merupakan laju tercepat sejak April 2023, karena permintaan klien yang lebih kuat dan peningkatan pesanan baru yang lebih tajam sehingga meningkatkan sektor manufaktur. terbesar sejak Mei 2022.

Pesanan ekspor baru juga meningkat. Selain itu, produsen mencatat bahwa waktu pengiriman yang lebih cepat memungkinkan pemrosesan pesanan yang lebih cepat. Terdapat juga perbaikan dalam rantai pasokan setelah cuaca buruk di bulan Januari dan lapangan kerja meningkat terbesar sejak September 2023.

Dari sisi harga, inflasi biaya melambat karena rendahnya biaya bahan baku dan harga kompetitif di pemasok sementara inflasi biaya tidak berubah.

Adapun, PMI Manufaktur ISM di AS meningkat menjadi 49,1 pada bulan Januari 2024, tertinggi sejak Oktober 2022, dari 47,1 pada bulan Desember, dan jauh di atas perkiraan sebesar 47. Angka tersebut terus menunjukkan adanya kontraksi di sektor manufaktur, meskipun dalam tingkat yang jauh lebih lemah, seiring dengan peningkatan permintaan, output tetap stabil dan input akomodatif.

 

China

Dari negeri Tirai Bambu juga akan terdapat rilis data PMI Manufaktur NBS dan Caixin periode Februari 2024.

Diketahui, PMI Manufaktur NBS resmi di China berada di 49,2 pada bulan Januari 2024, sesuai dengan perkiraan pasar dan sedikit lebih tinggi dari level terendah 6 bulan di bulan Desember di 49,0.

Meskipun demikian, angka ini adalah kontraksi aktivitas pabrik selama 4 bulan berturut-turut, karena Beijing berjuang untuk memacu pemulihan ekonomi di tengah tekanan deflasi, permintaan lemah, dan terus menurunnya sektor properti.

Sementara, PMI Manufaktur Umum Caixin China secara tak terduga berada di angka 50,8 pada bulan Januari 2024, sama dengan angka bulan Desember tetapi di atas perkiraan pasar sebesar 50,6.

Angka ini adalah pertumbuhan aktivitas pabrik selama tiga bulan berturut-turut, berbeda dengan data resmi yang menunjukkan pelemahan berkepanjangan menjelang perayaan Tahun Baru Imlek.

Pertumbuhan output stabil, dengan penjualan luar negeri meningkat untuk pertama kalinya dalam 7 bulan sementara pesanan baru tumbuh paling kecil sejak bulan Oktober lalu.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1.       Rilis data produksi industri Singapura periode Januari 2024 (12:00 WIB),
  2.       Rilis data penjualan rumah baru Amerika Serikat periode Januari 2024 (22:00 WIB),
  3.       Pidato ketua bank sentral Eropa (23:00 WIB).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular