
Mohon Perhatian! Pekan Ini Banyak Kabar Penting dari AS, China & RI

Beralih ke AS, mayoritas bursa saham Wall Street sepanjang pekan lalu terpantau bergairah, meski ada kabar kurang menggembirakan yang datang di AS pada pekan lalu.
Secara point-to-point pada pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpantau melesat 1,3%, sedangkan S&P 500 melonjak 1,66%, dan Nasdaq Composite melompat 1,44%.
Bahkan pada Kamis pekan lalu, S&P 500 mengalami hari terbaiknya sejak Januari 2023, sedangkan Nasdaq Composite melonjak hampir 3% untuk sesi terbaiknya sejak Februari 2023.
Sementara pada perdagangan Jumat pekan lalu, Wall Street ditutup bervariasi, dengan Dow Jones ditutup menguat 0,16% ke posisi 39.131,531 dan S&P 500 naik tipis 0,03% ke 5.088,8. Namun untuk Nasdaq melemah 0,28% menjadi 15.996,82.
Wall Street cenderung cerah pada pekan lalu, ditopang oleh melonjaknya saham Nvidia karena hasil kuartalan yang kuat, membuat pembuat chip tersebut sempat melampaui valuasi US$ 2 triliun.
Bahkan, kinerja Nvidia dan perusahaan teknologi besar lainnya telah menghilangkan kekhawatiran pasar akan sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Sebelumnya pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed merilis risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Dalam risalah tersebut, pejabat The Fed kembali mengindikasikan pada pertemuan terakhir mereka bahwa mereka tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dan menyatakan optimisme dan kehati-hatian terhadap inflasi.
Keputusan pemangkasan suku bunga akan diambil jika pejabat The Fed memiliki keyakinan yang besar bahwa inflasi terus melandai.
"Sebagian besar partisipan menekankan risiko jika melonggarkan stance kebijakan lebih cepat dan menekankan penting untuk menilai data-data mendatang dengan hati-hati untuk memastikan apakah inflasi memang akan berlanjut turun ke 2%," tulis FOMC, dikutip dari CNBC International.
Ringkasan rapat tersebut juga menunjukkan adanya rasa optimisme secara umum bahwa langkah kebijakan The Fed telah berhasil menurunkan laju inflasi yang pada pertengahan tahun 2022 mencapai level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun.
Namun, para pejabat mencatat bahwa mereka ingin melihat lebih banyak hal sebelum mulai melonggarkan kebijakan, sambil mengatakan bahwa kenaikan suku bunga kemungkinan besar akan berakhir.
Sebelum pertemuan tersebut, serangkaian laporan menunjukkan bahwa inflasi meskipun masih tinggi namun sudah mengarah menuju target The Fed sebesar 2%. Meskipun notulensi tersebut menilai "kemajuan solid" yang telah dicapai, komite memandang beberapa kemajuan tersebut sebagai sesuatu yang "istimewa" dan mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak akan bertahan lama.
Oleh karena itu, para anggota mengatakan mereka akan "menilai dengan hati-hati" data yang masuk untuk menilai ke mana arah inflasi dalam jangka panjang. Para pejabat mencatat adanya risiko positif dan negatif serta khawatir akan penurunan suku bunga yang terlalu cepat.
Sebagai catatan, data inflasi dari sisi konsumen AS sendiri naik menjadi 3,1% (year on year/yoy) pada Januari 2024. Angka ini di atas ekspektasi pasar yakni 2,9% meskipun mengalami pelandaian dari sebelumnya 3,4% yoy.
(chd/chd)