Newsletter

Politik-Ekonomi Memanas! Ada Kabar Cuan Dagang-BI Rate-Debat Cawapres

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
15 January 2024 05:59
ini Deretan Aksi Jokowi Bikin Dunia Ngamuk
Foto: Infografis/ini Deretan Aksi Jokowi Bikin Dunia Ngamuk/Aristya Rahadian

Memasuki pekan ketiga Januari 2024, nampaknya pelaku pasar masih akan merespon data yang rilis pekan lalu, diantaranya harga produsen inti AS atau Core Producer Price Index (PPI) untuk periode Desember 2023 yang secara tidak terduga melandai ke 1,8% yoy. Pertumbuhan tersebut lebih baik dari perkiraan pasar sebesar 1,9% yoy dan dari satu bulan sebelumnya sebesar 2% yoy.

Melandai-nya PPI bisa menjadi kabar baik yang potensi menekan indeks dolar AS turun. Tak hanya itu, pasar keuangan Tanah Air diharapkan bisa tertular pergerakan bursa Wall Street yang berhasil ditutup di zona hijau dalam basis mingguan.

Namun, pada pekan ini masih ada beberapa data yang akan rilis baik dari luar negeri dan domestik yang potensi mempengaruhi gerak pasar keuangan lebih volatile, baik itu IHSG, nilai tukar rupiah dalam melawan dolar AS, hingga obligasi. Berikut sentimen pasar pada sepanjang pekan ini :

1. Surplus Neraca Perdagangan RI Potensi Susut Lagi, RI Bisa Surplus dengan China?

Pada hari ini, Senin (15/1/2024), Indonesia akan merilis data neraca perdagangan untuk Desember 2023 dan sepanjang tahun lalu.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Desember 2023 akan mencapai US$ 1,95 miliar.

Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan November 2023 yang mencapai US$ 2,41 miliar. Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan terkontraksi 8,82 % (year on year/yoy) sementara impor naik 0,74% pada Desember 2023.

Sebagai catatan, nilai ekspor November 2023 terkoreksi 8,6% (yoy) dan turun 0,7% (month to month/mtm) menjadi US$ 22 miliar. Nilai impor November naik 4,9% (yoy) dan menanjak 3,3% (yoy) menjadi US$ 19,59 miliar.

Ekspor diperkirakan melandai pada Desember 2023 seiring dengan melandainya harga komoditas. Sebaliknya, impor diperkirakan akan naik sejalan dengan permintaan Natal dan tahun baru (Nataru).

Indonesia sangat menggantungkan ekspor kepada komoditas, terutama batu bara dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).

Sawit dan batu bara menyumbang ekspor sekitar 30% dari total ekspor Indonesia sehingga pergerakan harganya akan sangat menentukan ekspor.

2. Utang Luar Negeri
Hari ini, Senin (15/1/2024), Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan data utang luar negeri untuk periode November 2023. Sebagai catatan, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Oktober 2023 tercatat sebesar US$ 392,2 miliar, atau naik 0,6% (yoy).

ULN pemerintah menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Posisi ULN pemerintah pada Oktober 2023 tercatat sebesar US$ 185,1 miliar. Nilainya turun dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar US$ 188,3 miliar. Secara tahunan, ULN pemerintah tumbuh sebesar 3,0% (yoy), melambat dibandingkan dengan bulan lalu sebesar 3,3% (yoy). 

3. Pemerintah Diperkirakan Masih Konservatif Serap Hasil Lelang Surat Utang Negara (SUN)?

Kemudian, pada Selasa (16/1/2024) akan ada lelang surat utang negara (SUN) oleh pemerintah melalui sistem lelang Bank Indonesia (BI).

Melansir data Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan ada tujuh seri yang dilelang yakni SPN03240417 (New Issuance), SPN12250116 (New Issuance), FR0101 (Reopening), FR0100 (Reopening), FR0098 (Reopening), FR0097 (Reopening), dan FR0102 (Reopening)

Lelang SUN kali ini menjadi yang kedua kali-nya pada bulan ini, target indikatif yang direncanakan sendiri mencapai Rp24 triliun. Nilai-nya turun dari target lelang pertama sebesar Rp25 triliun.

Kemungkinan besar, pemerintah masih akan cukup hati-hati dalam menyerap surat utang pada lelang Selasa mendatang. Pasalnya, pada lelang sebelumnya yang diserap juga masih di bawah target sebesar Rp21,75 triliun, kendati penawaran yang masuk mencapai Rp39,8 triliun.

Serapan dari asing juga terbilang masih rendah pada lelang awal tahun ini, hanya sebesar Rp3,81 triliun dari penawaran yang masuk Rp7,36 triliun dan lebih rendah dari serapan asing pada 4 Januari 2023 sebesar Rp3,88 triliun.

4. Pertumbuhan Ekonomi China 2023

Beralih ke hari berikutnya, pada Rabu (17/1/2024) ada beberapa data ekonomi yang akan dirilis dari negeri Tirai Bambu, terutama data pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) pada kuartal IV-2023.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PDB Negeri Tirai Bambu pada kuartal IV-2023 diprediksi tumbuh menjadi 5,3% secara tahunan (yoy), dari sebelumnya sebesar 4,9% pada kuartal III-2023.

Namun, secara basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), PDB China pada kuartal IV-2023 diprediksi turun menjadi 1,2%, dari sebelumnya yang tumbuh 1,3% (qtq).

China sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia pun mengalami dampak dari kondisi ketidakpastian global.

Meskipun IMF masih mempertahankan proyeksi ekonomi China di angka 5,2% untuk 2023 dan 4,5% untuk 2024, namun setelah pelonggaran besar-besaran sejak akhir tahun lalu dengan mengurangi pembatasan terkait Covid-19 terjadi, potensi untuk tumbuh tinggi pun menjadi hilang.

Lebih lanjut, tidak seperti negara lainnya yang tertekan inflasi, China justru masih mengalami deflasi. Pada Desember 2023 atau akhir 2023, consumer price index (CPI) juga masih mengalami deflasi di angka 0,3% yoy, dari yang sebelumnya deflasi 0,5% yoy.

Kendati mengalami perbaikan, namun CPI China masih relatif menunjukkan bahwa ekonominya cukup lambat. Ini menjadi alarm peringatan berlanjutnya pelemahan permintaan. Salah satu alasannya adalah konsumen menunda pembelian mereka dengan harapan harga yang lebih rendah.

Di tambah, krisis properti di China yang belum berakhir turut membebani perekonomian China. Setelah kasus Evergrande dan Kaisa Group Holdings, kini krisis properti bertambah yakni Zhongzhi Enterprise Group.

Seperti halnya Evergrande, Zhongzhi Enterprise Group juga terkena krisis karena potensi gagal bayar (default). Bahkan, Zhongzhi Enterprise Group juga telah mengajukan kebangkrutan.

Krisis properti dan masih lesunya perekonomian China membuat Bank Dunia (World Bank) pun memproyeksikan perekonomian China tumbuh sebesar 4,5% pada 2024, melambat dari 2023 yang diperkirakan tumbuh sebesar 5,2%.

Bank Dunia menyatakan, perkiraan pertumbuhan 4,5% pada 2024 tersebut merupakan pertumbuhan yang paling lambat dalam tiga dekade, di luar periode pandemi Covid-19. Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh konsumsi domestik yang diperkirakan akan tertahan, sementara krisis di sektor properti akan menghambat peningkatan investasi.

Bahkan, menurut Bank Dunia, tren perlambatan di China akan terus berlanjut hingga 2025, terutama yang dipengaruhi oleh investasi yang terhambat akibat peningkatan utang, hambatan demografis, serta menyempitnya peluang dalam mengejar ketertinggalan produktivitas.

"Pertumbuhan diperkirakan akan turun lebih lanjut pada 2025, menjadi 4,3%, di tengah berlanjutnya potensi perlambatan pertumbuhan," tulis Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospects edisi Januari, dikutip Rabu (10/1/2024).

Bank Dunia menyatakan, meskipun dukungan pemerintah pusat dapat membantu meningkatkan belanja infrastruktur, tapi pemerintah daerah di China memiliki ruang fiskal yang terbatas untuk melakukan berbagai kebijakan.

Dengan perekonomian China yang melambat, Bank Dunia pun memperkirakan pertumbuhan di kawasan Asia Timur dan Pasifik akan melambat menjadi 2,5% pada 2024 dan 4,4% pada 2025.

5. Inflasi Inggris

Masih di hari yang sama pada Rabu, Inggris juga akan merilis data inflasinya pada akhir 2023 atau Desember 2023. Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan inflasi Inggris pada akhir 2023 diprediksi sedikit turun menjadi 3,8% secara tahunan (yoy), dari sebelumnya sebesar 3,9% pada November 2023.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), Inggris justru diprediksi membaik yakni mengalami inflasi, dari sebelumnya pada November 2023 yang mengalami deflasi sebesar 0,2%.

Sementara untuk inflasi inti Inggris pada Desember 2023 diprediksi juga turun menjadi 4,9% (yoy), dari sebelumnya sebesar 5,1% pada November 2023.

Jika inflasi Inggris terus menurun, bukan tak mungkin bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) juga mulai akan memangkas suku bunga acuannya pada tahun ini.

6. Keputusan Suku Bunga Bank Indonesia

Masih pada hari yang sama juga, pada Rabu (17/1/2024), dari domestik ada Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan suku bunga terbarunya. BI diramal akan kembali menahan suku bunga acuan atau BI Rate di angka 6%.

BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga untuk menjaga stabilitas nilai tukar mengingat kekhawatiran BI mengenai inflasi sudah mereda.

Hal tersebut berangkat dari capaian inflasi dalam tujuh bulan berturut-turut yang berada dalam target bank sentral tahun 2023 sebesar 2,0% hingga 4,0%. Per Desember 2023, inflasi berada di level 2,61% secara tahunan (yoy). Angka ini turun lebih tajam dari yang diperkirakan.

Sementara itu, Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan pada hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan lalu, bahwa mungkin ada ruang untuk pelonggaran asalkan rupiah menguat lebih awal dan inflasi tetap rendah. BI memiliki target inflasi 2024 sebesar 1,5% hingga 3,5%, lebih rendah dari target 2023.

Di sisi lain, BI memperkirakan ekonomi Indonesia mampu tumbuh 4,7% hingga 5,5% pada 2024. Namun menurut survei Reuters, hanya akan mampu tumbuh maksimal di angka 5% untuk tahun ini.

7. Debat Keempat Cawapres

Foto kolase Cawapres Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)Foto: Foto kolase Cawapres Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto kolase Cawapres Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Berikutnya pada Minggu akhir pekan ini (21/1/2024) debat keempat Pilpres 2024 atau Pemilu 2024 akan kembali digelar. Pada debat kali ini, giliran antar calon wakil presiden (cawapres) kembali saling berdebat seperti pada debat kedua.

Namun, kali ini tentunya tema debat keempat berbeda dengan debat sebelumnya, di mana pada debat keempat, tema yang akan diulas yakni Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa.

Menarik disimak seperti apa visi misi cawapres dalam isu energi dan pangan hingga agraria. Terlebih, banyak persoalan besar di bidang pangan dan energi yang masih membebani Indonesia mulai dari subsidi energi yang membengkak, impor pangan yang tinggi hingga inflasi pangan.

(tsn/tsn)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular