Newsletter

Pekan Sibuk di Awal Tahun, Semoga Cuan Makin Besar Tahun Ini

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
02 January 2024 06:01
Warga menyaksikan atraksi drone saat Car Free Night (CFN) perayaan malam Tahun Baru 2024 di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Minggu (31/12/2023).
Foto: Arie Pratama
  • Pasar keuangan Indonesia mencatat kinerja beragam pada akhir perdagangan tahun lalu
  • Wall street berpesta pada perdagangan terakhir pekan lalu dan membukukan kenaikan signifikan di 2023
  • Data inflasi, PMI, dan debat capres diperkirakan akan menggerakan sentimen hari ini dan pekan ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mencatatkan performa yang cukup baik sepanjang tahun 2023. Kinerja pasar keuangan Indonesia diharapkan terus membaik pada 2024, termasuk pada perdagangan hari ini.

Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen pasar keuangan Indonesia pekan ini dan hari ini bisa dibaca pada halamanĀ 3 artikel ini.

Pada penutupan perdagangan akhir tahun lalu, Jumat (29/12/2023), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,43% di level 7272,79, namun sepanjang tahun 2023 IHSG berhasil melesat 6,16% dan sempat mencetak rekor tertingginya pada perdagangan Kamis (29/12/2023) dengan menyentuh posisi 7.303,88.


Performa IHSG yang cukup baik sepanjang tahun 2023, setidaknya didorong dari lima saham yang menjadi pemimpin pergerakan IHSG pada tahun 2023, diantara PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang melesat 858,3%. Penguatan fantastis saham BREN mampu mengungkit IHSG sebesar 259,38 indeks poin.

Kemudian, disusul oleh saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang melonjak 286,4% dan menyumbang indeks poin ke IHSG sebesar 118,52. Selanjutnya ada saham duo perbankan besar BUMN yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), masing-masing menyumbang indeks poin sebanyak 104,18 dan 95,5. Terakhir ada saham PT Chandra Asri Petrcochemical Tbk (TPIA) mengungkit IHSG sebanyak 85,24 indeks poin.

Adapun dari awal tahun hingga Desember 2023, BEI mencetak rekor sejarah IPO terbanyak dimana sudah ada 79 perusahaan melakukan pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO), dengan total perolehan dana mencapai Rp 54,14 triliun. Capaian IPO tersebut tercatat sebagai rekor tertinggi sepanjang masa, dari sebelumnya 66 IPO pada 1990.

IHSG mencetak rekor baru dari sisi nilai kapitalisasi pasar. Pada 28 Desember 2023, nilai kapitalisasi pasar IHSG mencapai Rp11.762 triliun. Ini merupakan angka tertinggi sepanjang sejarah. Selanjutnya, rekor volume transaksi harian tertinggi sepanjang sejarah pada 31 Mei 2023 yakni dengan 89 miliar lembar saham.

Berbeda dengan penutupan IHSG yang melemah, pergerakan rupiah di akhir tahun justru menguat 0,13% di level Rp15.395/US$1 pada Jumat (29/12/2023). Adapun, rupiah berhasil naik secara year to date sebesar 1,09% di angka Rp15.395/US$1. Apresiasi ini terjadi mengingat pada akhir Desember 2022 rupiah ditutup di angka Rp15.565/US$1.

Penguatan rupiah sejalan dengan tingginya dana investor asing yang masuk ke dalam pasar keuangan Indonesia. Investor asing semakin menunjukkan ketertarikannya ke pasar keuangan domestik. Hal ini terbukti dari derasnya dana asing yang masuk ke Indonesia enam pekan beruntun, khususnya di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) periode 27 Desember hingga 28 Desember 2023, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp 4,28 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari beli neto Rp0,30 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp2,00 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,98 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Secara keseluruhan, sepanjang 2023, atau hingga 28 Desember 2023, BI mencatat nonresiden beli neto sebesar Rp80,45 triliun di pasar SBN, jual neto Rp10,74 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp52,81 triliun di SRBI.

Sementara itu, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun melandai yang mencerminkan kenaikan harga. Pada Jumat (29/12/2023) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun ditutup melemah 0,11% di level 6.482 dan sepanjang tahun 2023 terjadi penurunan sebesar 6,85%. Imbal hasil yang turun menandakan Surat Berharga Negara (SBN) sedang dikoleksi oleh para pelaku pasar.

Tutup tahun, bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kompak ditutup melemah pada perdagangan Jumat (29/12/2023).

Dow Jones terkoreksi 0,05% di level 37.689,54, begitu juga dengan S&P 500 ambruk 0,28% di level 4.769,83, dan Nasdaq turun 0,56% di level 15.011,35.

Namun secara tahunan Wall Street mencatatkan kenaikan besar sepanjang tahun 2023 yang dapat memberikan dorongan bagi ekuitas tahun 2024.

S&P 500 mengakhiri tahun 2023 dengan mencatatkan kenaikan kenaikan tahunan lebih dari 24% sepanjang tahun. Indeks acuan tersebut juga mendekati rekor penutupan tertinggi pertamanya dalam waktu sekitar dua tahun.

Ahli strategi pasar yang melacak tren historis mengatakan bahwa kinerja tahunan saham yang kuat sering kali terbawa ke tahun berikutnya, sebuah fenomena yang mereka kaitkan dengan berbagai faktor termasuk momentum dan fundamental yang kuat.

Saham-saham meningkat pesat pada tahun 2023, dengan S&P 500 naik 11% pada kuartal keempat saja. Hal ini bisa menjadi kekuatan di tahun baru.

Data dari Penelitian LPLĀ Research sejak tahun 1950 menunjukkan bahwa tahun-tahun setelah kenaikan 20% atau lebih, S&P 500 naik rata-rata 10%. Bandingkan dengan rata-rata pengembalian tahunan sebesar 9,3%. Tahun-tahun tersebut juga lebih sering memberikan hasil yang positif, dengan pasar yang mengakhiri tahun tersebut meningkat sebesar 80%, dibandingkan dengan 73% secara keseluruhan.

LPL Research memiliki kisaran target akhir 2024 untuk S&P 500 sebesar 4.850 hingga 4.950, namun perusahaan tersebut melihat potensi kenaikan di atas 5.000 jika suku bunga yang lebih rendah mendukung penilaian yang lebih tinggi, perusahaan mencapai pertumbuhan pendapatan dua digit, dan perekonomian AS terhindar dari resesi. Indeks terakhir berada di angka 4.769,83.

Investor berharap soft landing ekonomi akan diuji lebih awal pada Jumat ini, dengan dirilisnya laporan ketenagakerjaan bulanan AS.

Ryan Detrick, kepala strategi pasar di Carson Group, mencatat bahwa saham telah mengalami kenaikan yang kuat setelah rebound dari penurunan tajam. Sejak tahun 1950, terdapat enam kali S&P 500 rebound setidaknya 10% setelah jatuh 10% atau lebih pada tahun sebelumnya. Setiap kali pemantulan indeks berlanjut untuk tahun kedua, menghasilkan rata-rata 11,7%, berdasarkan data Detrick. S&P 500 anjlok lebih dari 19% pada tahun 2022.

Detrick mencatat data tersebut sebagai bagian dari komentar baru-baru ini tentang mengapa tahun 2024 "seharusnya menjadi tahun yang baik bagi para pembeli."

Mencapai rekor tertinggi bisa menjadi tanda bullish lainnya bagi saham. Sejak tahun 1928, terdapat 14 contoh kesenjangan setidaknya satu tahun antara nilai tertinggi sepanjang masa S&P 500, menurut Ed Clissold, kepala strategi AS di Ned Davis Research. Adapun, S&P 500 terus naik rata-rata 14% setahun setelah level tertinggi baru tercapai, naik 13 dari 14 kali lipat, menurut Clissold.

Ujian lebih lanjut terhadap kekuatan pasar akan segera tiba. Perusahaan-perusahaan AS mulai melaporkan hasil kuartal keempat dalam beberapa minggu ke depan dengan investor mengantisipasi tahun yang lebih kuat untuk pertumbuhan laba pada tahun 2024 setelah kenaikan kecil pada pendapatan tahun 2023 sebesar 3,1%, menurut perkiraan LSEG terbaru.

Investor juga menungguĀ risalah pertemuan The Fed tahun ini pada akhir Januari untuk mengetahui apakah para pengambil kebijakan akan mengambil sikap dovish yang mereka isyaratkan pada akhir Desember, dengan memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 75 basis poin pada tahun 2024.

Memang benar, tanda-tanda perekonomian mulai goyah setelah kenaikan suku bunga The Fed sebesar 525 basis poin sejak tahun 2022 dapat menghambat momentum pergerakan saham. Dengan cara yang sama, percepatan inflasi pada tahun 2024 dapat menunda perkiraan penurunan suku bunga, sehingga membuat harapan pasar untuk mencapai tingkat penurunan suku bunga yang lebih rendah (soft-landing) tertahan.

Namun, data yang dilihat Stovall, kepala strategi investasi di CFRA menunjukkan tahun 2024 merupakan tahun yang solid, termasuk sejarah mengenai tahun-tahun pemilihan presiden. S&P 500 telah memperoleh keuntungan sebanyak 14 kali dalam setahun ketika seorang presiden mencalonkan diri kembali, terlepas dari siapa yang menang, dengan total keuntungan rata-rata sebesar 15,5%.

"Pada dasarnya, semua indikator yang saya lihat menunjukkan tahun yang positif," ujar Stovall.

Para pelaku pasar bersiap menghadapi berbagai tantangan baru di pasar keuangan pada tahun 2024, yang dimana merupakan tahun politik. Dibalik tantangan tahun politik, terdapat pula peluang besar untuk mendapatkan cuan.

Pelaku pasar punĀ perlu mencermati sejumlah data dan agenda penting yang akan menghadap ke depan, termasuk sentimen pekan dan hari ini.Ā  Terdapat beberapa sentimen baik dalam negeri dan luar negeri yang dapat membuat pergerakan pasar keuangan Indonesia hari ini menjadi lebih volatile.

PMI Manufaktur
Hari ini, Selasa (2/1/2024) S&P Global dan sejumlah lembaga akan mengumumkan data PMI Manufaktur untuk Desember 2023 untuk sejumlah negara, termasuk Indonesia. Seperti diketahui, PMI Indonesia menguat ke level 51,7 pada November 2023, atau meningkat 0,2 poin dari 51,5 pada Oktober 2023. Kenaikan tersebut didorong oleh peningkatan pesanan baru yang akan datang untuk barang produksi Indonesia. Hal ini didukung oleh perbaikan kondisi permintaan dan ekspansi basis pelanggan.

Menarik disimak apakah laju manufaktur Indonesia akan meningkat pada akhir tahun lalu. PMI bisa mencerminkan laju permintaan domestik dan luar negeri yang pada akhirnya menggambarkan pergerakan pertumbuhan ekonomi.

Sementara dari luar negeri, datang dari negeri tirai bambu. China akan merilis Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Caixin China periode Desember 2023.

Diketahui, PMI Manufaktur Caixin China naik menjadi 50,7 pada November 2023 dari 49,5 pada bulan Oktober, mengalahkan perkiraan pasar sebesar 49,8 dan menunjukkan angka tertinggi sejak Agustus. Baik tingkat output maupun pembelian kembali tumbuh, di tengah upaya terbaru dari Beijing untuk menghidupkan kembali perekonomian yang lesu.Ā 

Sebelumnya, pada Sabtu, China sudah mengumumkan data PMI yang dikeluarkan oleh Badan Statistik China. Data tersebut menunjukkan jika PMI China kembali melemah ke 49 pada Desember 2023, dari 49,4 pada November. Pelemahan ini kembali membuat dunia khawatir karena China adalah motor utama penggerak ekonomi Asia dan dunia.Ā 

Amerika Serikat (AS) akan merilisĀ PMI Manufaktur periode Desember 2023.Ā  Diketahui, PM Manufaktur AS tercatat sebesar 46,7% di bulan November, tidak berubah dari 46,7% yang tercatat pada bulan Oktober. Ini adalah bulan ke-13 berturut-turut dimana PMI berada di bawah 50, yang mengindikasikan adanya kontraksi di sektor manufaktur. Ini merupakan bentangan terpanjang sejak periode Agustus 2000 hingga Januari 2002.

Manufaktur AS tetap lemah pada bulan November, dengan lapangan kerja di pabrik semakin menurun seiring dengan melambatnya perekrutan pekerja dan meningkatnya PHK, semakin banyak bukti bahwa perekonomian kehilangan momentum setelah pertumbuhan yang kuat pada kuartal terakhir.

Aktivitas ekonomi melambat karena suku bunga yang lebih tinggi menghambat permintaan. Namun sebagian besar ekonom tidak memperkirakan resesi tahun depan dan percaya bahwa The Federal Reserve akan mampu merekayasa "soft landing" yang diharapkan.

Inflasi Indonesia Desember dan FY 2023
Hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Desember 2023 sekaligus sepanjang 2023. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 institusi memperkirakan inflasi Desember 2023 akan melonjak angka 0,5% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).

Naik drastis dibandingkan pada November yang tercatat 0,38%. Secara historis, inflasi Desember biasanya melonjak karena ada kenaikan permintaan selama Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Dalam lima tahun terakhir, inflasi (MtM) Desember menembus 0,53%.

Hasil polling juga memperkirakan inflasi secara tahunan (year on year/yoy) akan menembus 2,72% pada Desember 2023. Inflasi ini lebih rendah dibandingkan pada November yang tercatat 2,86%.Ā 

Sementara itu, inflasi inti diperkirakan sedikit melandai menjadi 1,86% pada Desember (yoy) dibandingkan 1,87% pada November.

Inflasi yoyĀ pada Desember 2023 juga mencerminkan inflasi sepanjang 2023. Inflasi 2023 diperkirakan akan melandai drastis dari 2022 yang menyentuh 5,51%.
Melandainya inflasi menjadi kabar baik mengingat daya beli masyarakat akan terbantu dan konsumsiĀ bisa meningkat.

Konferensi Pers Realisasi APBN
Hari ini, Menteri Keuangan Sri MulyaniĀ akan mengumumkan realisasi APBN sepanjang 2023, mulai dari penerimaan pajak, belanja, hingga pembiayaan. Sri MulyaniĀ kemungkinan besar juga akan membeberkan sejumlah kebijakan untuk tahun ini dalam menjaga ekonomi sekaligus belanja pemerintah.
Menarik disimak bagaimana kinerja APBN sepanjang tahun ini, terutama besaran belanja sosial serta sebesar apa penurunan komoditas akan berdampak terhadap penerimaan negara pada 2023.

Sentimen lain pekan ini:

FOMC Minutes

Setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuannya di pertemuan terakhir 2023, The Fed kemudian akan menjelaskan lebih rinci alasan kembali ditahannya suku bunga acuannya pada Federal Open Market Committee (FOMC) Minutes yang akan digelar pada Kamis dini hari waktu Indonesia mendatang (4/1/2024).

Risalah tersebut akan memberikan wawasan mengenai pertimbangan di balik pertemuan FOMC pada 12-13 Desember.

Pada konferensi pers setelah keputusan suku bunga, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan anggota komite telah mulai membahas penurunan suku bunga pada tahun 2024, sehingga risalah pertemuan terbaru kemungkinan akan memberikan lebih banyak wawasan mengenai diskusi tersebut dan potensi waktu pemotongan tersebut.

Data Tenaga Kerja AS

Ketika investor mulai mengantisipasi penurunan suku bunga Federal Reserve pada tahun 2024, mereka akan melihat kekuatan pasar tenaga kerja, yang sejauh ini membantu menjaga perekonomian tetap berjalan meskipun ada serangkaian kenaikan suku bunga yang dirancang untuk melemahkan kenaikan inflasi.

Berlanjutnya momentum tersebut pada tahun 2024 akan sangat bergantung pada kinerja pasar tenaga kerja, dimana para pengamat pasar akan mendapatkan serangkaian data ketenagakerjaan baru pada pekan ini.

Yang paling menonjol, laporan ketenagakerjaan yang akan dirilis pada Jumat mendatang (5/1/2024) akan menunjukkan apakah pengusaha dapat terus menambah lapangan kerja bagi perekonomian.

Sebelumnya, investor akan mendapatkan data lowongan pekerjaan pada Rabu pekan ini, bersama dengan klaim pengangguran awal dan data gaji sektor swasta pada Kamis. Klaim pengangguran awal dari minggu lalu telah mengisyaratkan bahwa kehilangan pekerjaan dapat meningkat.

Debat Ketiga Capres-Cawapres 2024

Pada pekan ini, tepatnya Minggu (7/01/2024), debat ketiga Pilpres 2024 akan digelar. Pada debat ketiga kali ini, giliran antar calon presiden (capres) yang saling berdebat seperti pada debat pertama.

Namun, kali ini tentunya tema debat ketiga berbeda dengan debat pertama, di mana pada debat ketiga, tema yang akan diulas yakni pertahanan, keamanan, hubungan internasional, dan geopolitik.

Di saat debat tersebut, akan hadir pula 11 panelis yang merupakan ekonom dan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Debat diharapkan bisa menunjukkan sikap politik masing-masing capres terhadap isu-isu internasional dan keamanan.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin akan membuka perdagangan hari perdana bursa Indonesia (08:30 WIB)
  • Konferensi pers realisasi APBN 2023Ā (13:30 WIB)
  • S&P akan mengumumkanĀ  PMI Manufaktur Indonesia Desember 2023 (07: 30 WIB)
    BPS akan mengumumkanĀ inflasi Indonesia Desember 2023 (11: 00 WIB)
  • PMI Caixin China Desember 2023 (11:00 WIB)

  • PMI Manufaktur AS Desember 2023 (2:.45 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

• PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR)- Right Issue, rasio 5:32
• PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SONA) - Stock Split, rasio 1:2

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular