Newsletter

Adu Sentimen dari AS dan China, IHSG Berpeluang Bergerak Liar

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
07 December 2023 06:00
Joko Widodo bertemu Xi Jinping (Tangkapan layar Instagram @jokowi)
Foto: Joko Widodo bertemu Xi Jinping (Tangkapan layar Instagram @jokowi)

Selain data dari Amerika Serikat, investor juga akan mencermati data dari China yakni neraca perdagangan yang diperkirakan meningkat pada periode November 2023.

Berdasarkan konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics, data nerca dagang China diperkirakan senilai US$58 miliar. Tumbuh dari periode sebelumnya sebesar US$56,5 miliar.

Meskipun bertumbuh, nilai ekspor China diperkirakan akan tumbuh negatif sebesar 1,1%. Sementara impor tumbuh 3,3%, cenderung stabil dari periode sebelumnya yakni 3%.

Kabar lain dari China adalah Moody's menurunkan peringkat kredit China. Lembaga pemeringkat ini menurunkan 'outlook' peringkat utang A1 China menjadi "negatif" dari "stabil".

Moody's mengatakan penurunan terjadi akibat biaya untuk memberikan dana talangan (bailout) kepada pemerintah daerah dan perusahaan-perusahaan negara akan membebani perekonomian China. Belum lagi rencana untuk mengendalikan krisis properti.

Sementara itu, dari dalam negeri investor akan mencermati rilis data makro ekonomi Indonesia seperti Cadangan Devisa Indonesia periode November 2023 yang akan dirilis pada hari Kamis (7/12/2023) dan pada Jumat akan dirilis Kepercayaan Konsumen Indonesia periode November 2023 serta Penjualan Ritel Indonesia secara tahunan (yoy).

Diketahui, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2023 tetap tinggi sebesar US$133,1 miliar, turun dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2023 sebesar US$134,9 miliar.

Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai langkah antisipasi dampak rambatan sehubungan dengan semakin meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan respons bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

(ras/ras)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular