Breaking! Perang Israel-Hamas Buat Harga Batu Bara Terbang 3%

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
10 October 2023 06:26
Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources)
Foto: Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali menguat, namun masih berada di bawah level psikologis US$ 150 per ton pasca terkoreksi tujuh hari beruntun.

Kenaikan ini merupakan imbas perang Israel Hamas yang mengganggu pasokan energi, ancaman mogok serikat kerja Australia dan India, peningkatan permintaan India menjelang festival, permerintah Jerman yang telah mengizinkan penggunaan pembangkit listrik batu bara dan melonjaknya permintaan China pasca libur panjang.

Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak November ditutup di posisi US$ 145,85 per ton atau naik 3% pada perdagangan Senin (9/10/2023). Harga tersebut adalah yang tertinggi dalam empat hari terakhir. Pembalikan arah ini menjadikan si pasir hitam kedua kali berada di zona hijau sepanjang Oktober.

Sentimen kenaikan harga batu bara awal perdagangan pekan ini didorong oleh adanya perang antara Israel dan Hamas. Konflik yang terjadi di di Timur Tengah ini akan mengganggu pasokan energi global mengingat kawasan ini merupakan salah satu pusat minyak dan gas (migas) dunia.

Batu bara sebagai sumber energi alternatif migas pun kemudian harganya ikut terkerek.

Kekacauan ini memungkinkan terjadinya berkurangnya pasokan migas dan adanya tensi antar negara pendukungnya. Israel memiliki hubungan yang erat dengan Amerika Serikat (AS) yang merupakan produsen terbesar minyak dan gas global. Sedangkan, Hamas mendapat dukungan dari Iran yang juga memiliki peran penting terhadap pasokan energi global.

Beralih ke Australia, para pekerja di dua fasilitas gas alam cair (LNG) milik Chevron memutuskan untuk memulai kembali pemogokan pada hari Jumat, karena serikat pekerja merasa perusahaan minyak AS tersebut mengingkari kesepakatan berakhirnya aksi mogok.

Melansir Reuters, Pekerja malam di fasilitas Gorgon dan Wheatstone Chevron memilih untuk memulai kembali pemogokan pada pertemuan sore hari, kata Offshore Alliance, sebuah koalisi dua serikat pekerja, dalam sebuah pernyataan.

Pemungutan suara tersebut mengikuti langkah serupa yang dilakukan rekan-rekannya pada pertemuan kurang dari 24 jam sebelumnya. Sebagian besar pekerja di fasilitas tersebut telah memilih untuk mogok.

Terancamnya pasokan migas berpotensi mendorong laju harga komoditas substitusinya yaitu batu bara. Gangguan pasokan migas mendorong pembangkit akan beralih ke sumber energi yang lebih murah, sehingga mendorong harga batu bara menguat.

Persoalan ini disinyalir membuat terjadinya aksi panic buying untuk memastikan pasokan energi berbagai negara di dunia. Di sisi lain, harga batu bara juga relatif telah memasuki fase jual jenuh (oversold) pekan lalu, sehingga sentimen ini dapat mendorong kenaikan harga.

Peningkatan permintaan batu bara juga berpotensi terjadi di Jerman, akibat pemerintahannya yang telah memberikan lampu hijau untuk memulai kembali beberapa unit pembangkit listrik tenaga batu bara sebagai bagian dari upaya menghindari kekurangan listrik pada musim dingin ini di tengah menurunnya impor gas alam Rusia, kantor berita melaporkan, dilansir dari Balkan Green Energy News.

Beralih ke Asia sebagai pusat batu bara global, S&P Global Commodity Insight mencatat permintaan di pasar batubara termal kemungkinan akan stabil karena persediaan di Tiongkok meningkat untuk musim dingin setelah liburan Golden Week.

Permintaan dari India juga diperkirakan akan kuat menjelang festival Dilwali pada November mendatang. Hal ini mendorong meningkatnya permintaan batu bara Indonesia yang sesuai kualifikasi kebutuhan India.

Pada tanggal 12-14 Oktober, serikat pekerja melakukan pemogokan yang kemungkinan akan mempengaruhi produksi batubara Coal India Ltd, sehingga berpotensi meningkatkan impor.

Kekhawatiran sisi penawaran masih ada di Indonesia akibat beberapa perusahaan pertambangan menunggu persetujuan pemerintah untuk revisi kuota produksi untuk tahun ini. Melansir CoalMint, para penambang Indonesia terdengar menahan tingkat produksi hingga berakhirnya liburan Tiongkok.

Namun, Indonesia masih mencatatkan kenaikan ekspor sebesar 6% secara bulanan  menjadi 28,86 juta ton pada September. Harga batu bara termal Indonesia diperkirakan akan meningkat dalam waktu dekat karena Tiongkok akan mulai melakukan pembelian pasca liburan panjang.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags


Related Articles

Most Popular
Recommendation