
Terbawa Harga Gas, Harga Batu Bara Jadi Galak Banget

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara mampu berada di zona hijau dan berhasil bertengger di level psikologis US$160 per ton. Sentimen penguatan datang dari potensi kenaikan permintaan China, India, dan gas sebagai substitusi batu bara dan komoditas andalan Eropa mengalami potensi kekurangan pasokan.
Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Oktober ditutup di posisi US$ 160,00 per ton atau naik tipis 0,31% pada perdagangan Senin (11/9/2023).
Sepanjang bulan ini, harga batu bara telah masih menguat, naik 0,95%. Kenaikan sementara relatif tipis terutama bila dibandingkan Agustus yang mampu melesat 12,49% atau terbesar sepanjang tahun.
Kenaikan tipis harga batu bara terjadi seiring dengan China yang mengalami penguatan permintaan sementara, namun bukan dari pemulihan ekonomi sepenuhnya. Salah satunya disebabkan oleh harga batu bara impor China masih lebih murah dibanding harga domestik.
Persoalan ini menyebabkan adanya lonjakan impor Tiongkok, sehingga pasokan global terserap ke negara konsumen batu bara terbesar di dunia ini.
Tiongkok sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia ini juga tercatat mengalami lonjakan permintaan minyak. Minyak sebagai komoditas energi juga memiliki korelasi dengan permintaan batu bara, mengingat minyak mentah brent sudah berada di US$90 per barel.
Pasar batu bara Asia juga perlu memperhatikan sentimen dari India sebagai konsumen terbesar kedua global. Pasar Asia, terutama India berkemungkinan akan mengalami peningkatan permintaan dari sektor listrik dan baja, melansir S&P Global Commodity Insights.
Hal ini disinyalir turut menjadi faktor kenaikan harga batu bara. Teori ekonomi permintaan dan penawaran menunjukkan tingginya permintaan dan ketatnya penawaran akan menyebabkan kenaikan harga.
Berlanjut ke Eropa dengan sumber energi gas, harga gas Eropa terpantau merangkak naik disinyalir akibat mulai berjalannya aksi mogok pekerja gas alam cair (LNG) Australia dan penghentian pemeliharaan yang berkepanjangan di Norwegia.
Chevron Australia mengatakan pada Senin bahwa pihaknya tidak lagi berharap untuk mencapai kesepakatan dengan serikat pekerja. Sebaliknya, Chevron akan menerapkan penghentian aksi industrial di lokasi LNG Gorgon dan Wheatstone ketika serikat pekerja bersiap untuk melakukan pemogokan besar-besaran.
Pemeliharaan dan pemadaman aliran gas pipa Norwegia tahun ini telah menyebabkan ekspornya mencapai nilai terendah selama dekade terakhir. Kedua sentimen gas tersebut menekan tingkat pasokan gas dunia yang tentunya turut memompa harga gas.
Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) melesat 3,88% ke 35,85 euro per MWh. Kenaikan hari ini menjadi penguatan ketiga kali hari perdagangan beruntun.
(mza/mza)