China & India Ramai-Ramai Tenggelamkan Harga Batu Bara

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
05 October 2023 08:15
Pekerja membersihkan sisa-sisa batu bara yang berada di luar kapal tongkang pada saat bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemerintah Indonesia berambisi untuk mengurangi besar-besaran konsumsi batu bara di dalam negeri, bahkan tak mustahil bila meninggalkannya sama sekali. Hal ini tak lain demi mencapai target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat, seperti yang dikampanyekan banyak negara di dunia. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terkapar 6 hari beruntun, hingga berada di bawah level psikologis US$144 per ton. Koreksi ini menyebabkan harga batu bara berada di titik terendahnya dalam 2 bulan atau sejak 4 Agustus 2023.

Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak November ditutup di posisi US$ 144 per ton atau turun 2,91% pada perdagangan Rabu (4/10/2023). Dalam pekan ini harga batu bara bahkan telah anjlok 7,9%.

Koreksi ini menjadikan si pasir hitam belum pernah berada di zona hijau sepanjang Oktober. Pelemahan yang terjadi melanjutkan koreksi pada September sebesar 1,36%.

Pelemahan disebabkan oleh tingginya produksiĀ India dan China, musim dingin Eropa yang belum terpantau mengalami penurunan suhu signifikan, serta kemungkinan suku bunga Amerika Serikat yang tinggi.

Pergerakan harga batu bara tidak dapat terlepas dari sentimen China sebagai produsen dan konsumen terbesar dunia. Pelemahan terjadi seiring dengan kenaikan produksi di Provinsi pusat batu bara Tiongkok, Shanxi.

Melansir Xinhua, Provinsi Shanxi merupakan penopang produksi Negeri Tirai Bambu dengan kontribusi 81,8% dari keseluruhan. Tingginya produksi disebabkan oleh Shanxi yang tercatat berada di posisi coalbed metana dengan cadangan tinggi.

Provinsi Shanxi yang kaya akan batubara di Tiongkok mengalami produksi batubara mentah mendekati 900 juta ton dalam delapan bulan pertama tahun ini di tengah upaya untuk meningkatkan produksi untuk menjamin pasokan, kata otoritas setempat. Tingginya produksi dapat menekan tingkat impor China, sehingga harga pun tidak mengalami kenaikan signifikan.

Beralih ke India, Produksi batu bara India secara keseluruhan meningkat 15,8% menjadi 67,2 juta ton pada September secara tahunan (yoy). Sepanjang Januari-September 2023, produksi batu bara India meningkat signifikan menjadi 428,2 juta ton dibandingkan setahun sebelumnya sebanyak 382,1 juta ton,

Salah satu produsen batu bara terbesar di dunia, Coal India Ltd, mencatat peningkatan produksi sebesar 12,6% menjadi 51,4 juta ton pada September dibandingkan dengan tahun sebelumnya, seperti yang tercatat oleh CoalMint

Sebagai informasi tambahan, Coal India Ltd menyumbang lebih dari 80% dari produksi batu bara di dalam negeri. Peningkatan produksi batu bara di India dapat mengakibatkan penurunan permintaan impor dari negara tersebut, meskipun India merupakan konsumen batu bara terbesar kedua di dunia setelah China.

Dengan menurunnya permintaan, harga juga akan mengalami tekanan. Sementara itu, harapan pasar terkait kebijakan ketat Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), semakin meningkat.

Alat pemantauan FedWatch Tool menunjukkan bahwa sekitar 28,8% pelaku pasar memperkirakan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada bulan November mendatang. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan persentase 14% yang tercatat pada pekan sebelumnya.

Kebijakan ketat yang diadopsi oleh The Fed diperkirakan akan mengakibatkan perlambatan ekonomi AS dan global, sehingga permintaan akan komoditas, termasuk batu bara, akan mengalami penurunan.

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation