Hari Penentuan Tiba: AS Akan Buat Dunia Menangis atau Ketawa?
- Pasar keuangan Tanah Air kembali bervariasi kemarin, karena investor masih menahan investasinya menanti keputusan suku bunga acuan dari bank sentral di beberapa negara, terutama The Fed dan Bank Indonesia (BI).
- Wall Street ditutup melemah, karena investor masih cenderung wait and see.
- Pada hari ini, bank sentral China dan AS akan mengumumkan suku bunga pinjaman acuan terbarunya
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air pada perdagangan Selasa(19/9/2023) awal pekan cenderung bervariasi, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat. Sedangkan rupiah dan Surat Berharga Negara (SBN) terpantau merana.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan bergejolak pada hari ini karena menunggu kebijakan suku bunga di China dan Amerika Serikat (AS). Selengkapnya mengenai pergerakan pasar keuangan hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG pada perdagangan kemarin, Selasa (19/9/2023) ditutup menguat 0,64% ke posisi 6.980,321. IHSG masih belum berhasil mencetak level psikologis 7.000 hingga kemarin.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 10 triliun, dengan melibatkan 16 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 278 saham menguat, 243 saham melemah, dan 231 saham lainnya stagnan.
Investor asing mencatatkan aksi beli bersih (net buy) mencapai Rp 343,27 miliar di seluruh pasar pada perdagangan kemarin, dengan rincian sebesar Rp 9,63 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 333,64 miliar di pasar tunai dan negosiasi.
Sedangkan di bursa Asia-Pasifik, IHSG cukup eksis kemarin, di mana hanya ada dua indeks yang menguat yakni Hang Seng Hong Kong dan IHSG
Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Selasa kemarin.
Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin kembali ditutup terkoreksi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 15,375/US$, turun tipis 0,07% di pasar spot.
Namun, rupiah tidak sendirian. Mayoritas mata uang Asia juga terpantau kembali terkoreksi di hadapan The Greenback kemarin. Kecuali yuan China, rupee India, dan dolar Singapura.
Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Selasa kemarin.
Sementara di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya kembali melemah, terlihat dari imbal hasil (yield) yang kembali naik.
Melansir data dari Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau naik 1,6 basis poin (bp) menjadi 6,749%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield naik, maka tandanya investor sedang melepas SBN.
Pasar masih menanti sikap dari beberapa bank sentral yang akan mengumumkan suku bunga acuannya pada pekan ini.
Sembilan bank sentral akan merilis suku bunganya pekan ini. Kesembilan bank sentral ini menjadi perhatian publik karena merupakan anggota G20 dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di dunia. Oleh karena itu, kebijakan yang diambil kesembilan negara ini akan berdampak besar bagi negara-negara lainnya.
Kesembilan bank sentral itu terdiri dari bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) yang merilis data suku bunganya pada Rabu besok dan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) pada Jumat mendatang.
Puncaknya adalah pada Kamis mendatang, di mana ada tujuh bank sentral yang akan mengumumkan suku bunga yakni bank sentral Brasil, Turki, Afrika Selatan, Inggris, Saudi Arabia, Indonesia, dan tentu saja Amerika Serikat (AS).
Salah satu bank sentral yang paling ditunggu pasar yakni bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). Suku bunga The Fed dinilai akan ditahan di level 5,25-5,50% oleh pelaku pasar.
Hal ini sesuai dengan survei perangkat CME FedWatch yang didominasi bahwa 99% mengatakan pause. Sedangkan hanya 1% yang mengatakan suku bunga AS mengalami kenaikan 25 basis poin (bp).
Sedangkan dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 20-21 September dan akan mengumumkan hasilnya pada Kamis, 21 September siang.
Konsensus pasar dalam Reuters memperkirakan BI akan kembali mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75%. Jika ekspektasi pasar tersebut benar, maka BI sudah menahan suku bunga acuannya sejak tujuh bulan terakhir.
(chd/chd)