Newsletter

Hari Penentuan Tiba: AS Akan Buat Dunia Menangis atau Ketawa?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
20 September 2023 06:00
Ekspresi Trader di lantai bursa amerika di New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, AS, 12 November 2018. REUTERS / Brendan McDermid
Foto: Ketua The Fed Jerome Powell. (AFP/SAUL LOEB)

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street ditutup di zona merah pada perdagangan Selasa kemarin, karena investor masih menantikan keputusan suku bunga terbaru dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,31% ke posisi 34.517,73, S&P 500 terkoreksi 0,22% ke 4.443,95, dan Nasdaq Composite terpangkas 0,23% menjadi 13.678,19.

Pertemuan The Fed akan berlangsung mulai siang hari ini waktu AS dan akan berlangsung selama dua hari hingga Rabu besok waktu AS. Kemudian, hasil pertemuan The Fed ini akan diumumkan pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Tak hanya mengumumkan suku bunga acuan, The Fed juga akan merilis Ringkasan Proyeksi Ekonominya, termasuk dot plotnya, yang akan memberikan gambaran sekilas tentang perkiraan lintasan suku bunga, inflasi dan pertumbuhan ekonomi oleh Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC).

Pelaku pasar memperkirakan The Fed tidak akan menaikkan suku bunga ketika mengumumkan keputusannya. Hal ini dibuktikan dengan prediksi pasar dalam CME FedWatch Tool yang mencapai probabilitas 99%, nyaris 100%.

Selain itu, peluang The Fed menaikkan kembali suku bunga acuannya di pertemuan November hanya sebesar 29%. Apalagi, batas The Fed untuk menaikkan kembali suku bunga acuannya hanya sekali saja pada tahun ini.

Selain suku bunga, investor juga akan mengamati komentar seputar jalur inflasi dan jalur suku bunga di masa depan.

"Pasar secara keseluruhan terasa sedikit lebih bergejolak dibandingkan yang kita lihat selama sembilan bulan pertama tahun ini," ujar Ankur Crawford, manajer portofolio di Alger, mengatakan pada "Closing Bell" CNBC International, Senin (18/9/2023).

Namun, prospek berakhirnya era suku bunga tinggi di The Fed masih belum jelas seiring melonjaknya kembali inflasi AS periode Agustus 2023.

Inflasi AS diperkirakan masih sulit turun ke depan karena lonjakan harga minyak. AS adalah konsumen terbesar minyak di dunia sehingga pergerakan harga minyak akan sangat berdampak kepada ekonomi AS.

Pada pagi hari ini waktu AS atau malam waktu Indonesia, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) dan Brent kembali menguat.

Harga minyak WTI melonjak 2,1% ke posisi US$ 93,4 per barel. Sedangkan harga minyak Brent melesat 1,31% menjadi US$ 95,67 per barel.

Harga minyak kembali melonjak, menandakan kenaikan sesi keempat berturut-turut karena lemahnya produksi minyak serpih AS, menambah kekhawatiran pasokan dari pengurangan produksi yang berkepanjangan oleh Arab Saudi dan Rusia.

Dari pergerakan saham di Wall Street, saham Walt Disney ambles lebih dari 3%, setelah perseroan mengumumkan rencana untuk menggandakan investasinya dalam bisnis kapal pesiar dan taman.

Sedangkan saham Starbucks berakhir melemah menyusul keputusan TD Cowen untuk menurunkan peringkat saham jaringan kopi tersebut menjadi "berkinerja buruk".

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular