
Hari Penentuan Tiba: AS Akan Buat Dunia Menangis atau Ketawa?

Pelaku pasar bakal memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang kembali melemah kemarin. Investor di Wall Street masih menahan untuk berinvestasi di pasar saham karena mereka menanti kebijakan moneter terbaru dan ke depannya.
Pengumuman The Fed menjadi yang paling banyak ditunggu para pelaku pasar di dunia pada hari ini, mengingat besarnya pengaruh AS dalam perekonomian global.
Pertemuan The Fed berlangsung sejak Selasa kemarin waktu AS dan akan berlangsung selama dua hari hingga hari ini Rabu waktu AS. Kemudian, hasil pertemuan The Fed ini akan diumumkan pada hari ini, Rabu siang waktu AS, atau Kamis dini hari waktu Indonesia sekitar pukul 01:00 WIB.
Pelaku pasar memperkirakan The Fed tidak akan menaikkan suku bunga ketika mengumumkan keputusannya. Hal ini dibuktikan dengan prediksi pasar dalam CME FedWatch Tool yang mencapai probabilitas 99%, nyaris 100%.
Selain itu, peluang The Fed menaikkan kembali suku bunga acuannya di pertemuan November hanya sebesar 29%. Apalagi, batas The Fed untuk menaikkan kembali suku bunga acuannya hanya sekali saja pada tahun ini.
Selain suku bunga, investor juga akan mengamati komentar seputar jalur inflasi dan jalur suku bunga di masa depan.
Terlebih, data ekonomi AS terus-menerus memberikan kejutan positif, yang berarti para pejabat The Fed perlu mengubah pandangan mereka yang melihat pertumbuhan hampir mati, terutama meningkatnya pengangguran dan hanya sedikit perbaikan dalam inflasi.
Mengingat gambaran yang lebih cerah tersebut, para pengambil kebijakan The Fed mungkin tidak akan menaikkan suku bunga kebijakan lebih jauh. Mereka hanya belum siap untuk mengatakannya.
Seperti diketahui, AS mengeluarkan sejumlah data penting pekan lalu mulai dari inflasi konsumen (consumer price index/CPI) dan inflasi produsen (producer price index/PPI) periode Agustus Agustus serta data klaim pengangguran mingguan.
AS mengumumkan CPI sebesar 3,7% (yoy) pada Agustus lalu, naik dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,2% (yoy). Inflasi tersebut adalah yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir dan hampir dua kali lipat lebih tinggi dari target The Fed.
Sementara itu data PPI AS periode Agustus 2023 naik 1,2% (yoy), lebih panas dibandingkan konsensus sebesar 1,2% dan bulan sebelumnya sebesar 0,8%.
Selain itu, data klaim pengangguran AS untuk pekan yang berakhir 9 September 2023 naik ke 220.000 dibandingkan minggu sebelumnya sebesar 217.000. Nilai tersebut masih berada di bawah ekspektasi pasar yang proyeksi bisa naik ke 225.000.
Kemudian ada data penjualan ritel AS untuk periode Agustus 2023 tumbuh 0,6% secara bulanan (month-to-month/mtm) dibandingkan sebelumnya sebesar 0,5% (mtm).
Banyak ekonom lain juga memperkirakan para pengambil kebijakan The Fed akan memberikan sinyal penurunan suku bunga yang lebih sedikit pada tahun depan. Pasar keuangan saat ini memperkirakan suku bunga akan turun menjadi 4,4% pada akhir tahun 2024 dan 3,8% pada akhir tahun 2025.
Tujuh gubernur The Fed dan 12 presiden bank The Fed akan berbagi proyeksi mereka satu sama lain dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada pertengahan pekan ini.
Selain The Fed, pada pekan ini setidaknya ada tujuh bank sentral di luar Indonesia yang juga akan mengumumkan suku bunga acuannya.
Di antaranya adalah bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) pada hari ini. Kemudian puncaknya yakni Kamis, selain The Fed, ada bank sentral Brasil, Turki, Afrika Selatan, Inggris, Arab Saudi. Kemudian pada Jumat pekan ini, ada bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ).
Adapun di Indonesia sendiri, Bank Indonesia (BI) juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuannya pada pekan ini, tepatnya pada Kamis. BI akan menggelar rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Agustus pada hari ini dan berakhir besok, Kamis (21/9/2023).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksi bank sentral RI akan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Dari 11 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, semuanya memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 5,75%.
Banyaknya bank yang akan merilis data pada Kamis inilah yang membuat fenomena 'super Thursday' akan kembali menghantui pasar keuangan global, termasuk di Indonesia.
Pasar dikhawatirkan bergerak sangat volatile pada hari ini karena menjelang Kamis karena banyaknya bank sentral yang akan mengumumkan suku bunga.
Sementara itu dari China, PBoC diperkirakan akan menahan suku bunga pinjaman acuannya (loan prime rate/LPR) pada hari ini, meski bank sentral Negeri Panda juga akan memberikan banyak stimulus untuk mendongkrak perekonomian.
Adapun suku bunga pinjaman acuan (loan prime rate/LPR) tenor 1 tahun diprediksi masih tetap di level 3,45%. Sedangkan LPR tenor 5 tahun juga akan ditahan di level 4,2%.
Selain itu, PBoC juga akan memberikan stimulus untuk mendongkrak beberapa sektor usaha, terutama sektor properti di China, mengingat sektor ini sebagai penyumbang besar Produk Domestik Bruto (PDB) China yakni mencapai 30%.
PBoC bakal memangkas jumlah rasio cadangan perbankan atau reserve requirement ratio (RRR) kedua kalinya pada tahun ini.
PBoC diketahui akan menurunkan rasio cadangan perbankan sebesar 25 bp menjadi 7,4%. Langkah ini dilakukan untuk membantu bank-bank bisa menstimulasi ekonomi yang melambat. Stimulus ini akan menambah likuduitas di pasar hingga US$ 69 miliar atau sekitar Rp 1.059 triliun.
Selain dari China, beberapa data ekonomi penting juga akan dirilis pada hari ini, terutama data inflasi Inggris periode Agustus 2023.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan inflasi Negeri Big Ben pada bulan lalu akan kembali naik menjadi 7% (yoy), dari sebelumnya pada Juli lalu sebesar 6,8%.
Sedangkan inflasi inti diperkirakan turun 6,8% pada Agustus 2023, dari sebelumnya sebesar 6,9% pada Juli lalu. Kenaikan diperkirakan pengaruh dari harga energi yang terlihat di zona Eropa dan AS di Agustus.
Data inflasi Inggris yang akan dirilis sehari sebelum pertemuan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) akan menjadi masukkan akhir dalam pengumuman BoE. Tetapi bukan untuk keputusan suku bunga bulan ini karena pasar sudah memperkirakan probabilitas 75% untuk kenaikan 25 bp di pertemuan September.
Selain itu, pelaku pasar di Inggris juga memperkirakan 40% kenaikan lebih lanjut pasca pertemuan BoE edisi September.
(chd/chd)