
Hari Libur & Cuti 2024 Diumumkan Hari Ini, Pasar RI Happy?

Indikator pasar hari ini cenderung sepi karena tak banyak yang rilis tetapi dari eksternal terutama dari AS dan China masih menjadi fokus yang akan mewarnai gerak pasar keuangan Tanah Air hari ini.
Kompaknya pergerakan Wall Street bisa menjadi sentimen positif pada bursa saham Indonesia hari ini. Wall Street yang selama September ini lebih sering bergerak di zona merah akhirnya kompak menguat. Optimisme pelaku pasar di Wall Street pun diharapkan menular ke Indonesia.
Fokus pasar terutama pada data Inflasi AS untuk periode Agustus 2023 yang dijadwalkan rilis pada Rabu (13/9/2023) pukul 19.30 WIB. Melansir platform penghimpun data, trading economic inflasi umum AS diperkirakan akan melonjak ke 3,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 3,2% yoy.
Apabila inflasi umum naik sesuai perkiraan ini bakal menjadi kenaikan kedua yang terjadi setelah mencapai titik terendah 3% yoy pada Juni lalu.
Sementara dari inflasi inti diperkirakan akan melandai ke 4,3% yoy dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 4,7% yoy. Kendati melandai, secara keseluruhan nilai inflasi umum dan inti masih jauh dari target bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) di sekitar 2%.
Target inflasi tersebut nampaknya masih sulit untuk dicapai the Fed tahun ini, mengingat harga minyak mentah global yang masih lanjut naik akibat supply minyak yang ketat.
Selama sebulan terakhir hingga perdagangan yang berakhir 11 September 2023, Brent crude futures melesat 6,26% ke US$ 90,94 per barel, sementara WTI crude futures naik 6,42% ke US$ 87,27per barel.
Kenaikan harga minyak terjadi karena ketatnya pasokan akibat Saudi Arabia, salah satu negara produsen minyak terbesar dunia yang tergabung dalam OPEC+ menyatakan akan melanjutkan pemangkasan produksi sekitar 1 juta barel per hari hingga akhir 2023.
Tak hanya itu, Rusia juga memangkas sekitar 300.000 barel per hari hingga periode yang sama. Data Energy Information Administration (EIA) juga menunjukkan adanya penyusutan persediaan minyak AS sebanyak 6,3 juta barel minggu lalu, nilai tersebut bahkan melampaui ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan turun sekitar 2,1 juta barel.
Pasokan ketat juga masih diwarnai kekhawatiran dari sisi permintaan, mengingat sikap bank sentral yang masih akan mengetatkan kebijakan dan kondisi ekonomi China masih lesu.
Beralih ke China ada sentimen dari antusiasme pelaku pasar yang menanti rilis Iphone baru seri 15 pada hari ini, Selasa (12/9/2023).
Namun, di tengah antusiasme pasar menanti seri teranyar ponsel terbitan Apple tersebut kebijakan Xi Jinping malah membuat AS bisa ketar-ketir. Pasalnya, Presiden Naga Asia tersebut malah menetapkan kebijakan PNS China dilarang menggunakan Iphone di lingkungan kerja, hal tersebut pertama kali dilaporkan Wall Street Journal.
Meski tak diblokir secara nasional, tetapi kebijakan ini diramal akan berpengaruh pada penjualan iPhone. Sebab, China merupakan salah satu pasar yang berkontribusi paling besar ke bisnis Apple.
Dilaporkan Reuters, penjualan iPhone bisa anjlok hingga 10 juta unit gara-gara aksi pemerintah China. Erik W. Woodring, analis dari Morgan Stanley, memperkirakan pendapatan Apple bisa jatuh 4% akibat larangan di China. Adapun, profit Apple bisa merosot 3%..
"China faktor penentu kesuksesan Apple, tetapi Apple juga unsur penting dari ekonomi China. Meskipun ada potensi Apple dan China berpisah di dunia yang multi-kutub, kami tidak yakin berita ini bisa membuat skenario terburuk terjadi," kata Woodring.
Aksi perang dagang antara dua negara adidaya tersebut masih menjadi persoalan sengit yang akan berlanjut pada pekan ini dan perlu diwaspadai investor karena bisa memicu capital outflow berlanjut di wall street, terutama di tengah penantian indikator ekonomi terkait inflasi yang bakal mempengaruhi kebijakan the Fed pada pertemuan minggu ketiga bulan ini.
Beralih ke dalam negeri, kemarin ada rilis data penjualan ritel periode Juli 2023 oleh Bank Indonesia (BI).
Bank Indonesia melaporkan data penjualan ritel pada Juli 2023 tumbuh 1,6% yoy, melambat signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang bisa tumbuh mencapai 7,9% yoy. Perlambatan penjualan ritel secara tahunan disebabkan pertumbuhan yang turun tajam secara bulanan.
Pada basis bulanan periode yang sama, penjualan ritel turun 8,8%. Nilai ini merupakan penurunan paling tajam sejak Juni 2022, setelah turun 0,3% di bulan Juni.
Berdasarkan segmen yang menyebabkan turun ada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta kelompok bahan bakar kendaraan bermotor. Padahal Juli merupakan bulan yang tak ada hari besar signifikan untuk dirayakan.
Dengan terjadinya perlambatan penjualan ritel ini menunjukkan daya beli masyarakat belum terlalu atraktif di kondisi ekonomi yang normal.
Sebagai informasi, pada hari ini Selasa (12/9/2023) akan ada lelang Surat Utang Negara (SUN) dengan target indikatif hanya Rp6 triliun saja. Nilai ini terbilang menjadi target terendah sepanjang tahun dan tak sampai setengah dari serapan lelang sebelumnya yang mencapai Rp13,20 triliun.
Target rendah yang dipasang pemerintah sepertinya sejalan dengan sikap konservatif di tengah ketidakpastian eksternal, serta minat asing yang masih sepi mengingat pada lelang 5 September 2023 incoming bids asing yang masuk hanya mencapai Rp1,69 triliun, merupakan terendah sejak awal tahun.
Pemerintah Umumkan Libur Nasional
Dari dalam negeri, pengumuman hari libur nasional bisa menjadi sentimen positif pada hari ini. Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan KebudayaanMuhadjir Effendy hari ini akan memimpin rapat dan konferensi pers "Penetapan SKB 3 Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2024.
Pengumuman ini tentu saja sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia, termasuk pasar keuangan Indonesia.
Jumlah libur akan mempengaruhi jumlah hari efektif kerja serta aktivitas masyarakat mulai dari belanja, bekerja, hingga bepergian.
Menarik ditunggu apakah pemerintah akan memperpanjang libur bila ada hari libur nasional yang berdekatan dengan weekend atau masyarakat biasa menyebutnya dengan hari kejepit nasional.
Jika nantinya hari libur ini diperpanjang maka akan ada long weekend. Menarik juga ditunggu berapa lama cuti bersama terutama untuk Hari Raya Idul Fitri dan Natal.
Jika nantinya banyak long weekend ataupun cuti bersama yang lebih panjang maka hal ini bisa berdampak besar terhadap pergerakan belanja dan aktivitas travelling masyarakat Indonesia.
Ada banyak perusahaan yang akan diuntungkan oleh adanya libur panjang, termasuk di sektor transportasi, ritel, jasa hotel, serta consumer goods.
Perusahaan-perusahaan seperti PT Garuda Indonesia (GIAA), PT Jasa Marga (JSMR), PT Unilever Indonesia (UNTR), Indofood Group, emiten Pakuwon Jati (PWON) yang memiliki banyak mall akan sangat diuntungkan.
Sebagai catatan, pemerintah menambah jatah cuti bersama pada tahun ini pada Hari Raya Idul Adha. Dampaknya sangat terlihat pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2023 yang melambung ke 5,23%.
Sebagai catatan, ada total cuti bersama sebanyak 11 hari sepanjang 2023 sehingga jumlah libur menjadi 24 hari. Jumlah libur pada 2022 lebih banyak dibandingkan pada 2022 yang hanya sekitar 20 hari.
(tsn/tsn)