MACRO INSIGHT

Tanda Bahaya! Ini 7 Fakta Bukti China Hadapi Petaka Ekonomi

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
10 September 2023 09:15
Ilustrasi bendera China. AP/
Foto: Ilustrasi bendera China. AP/
  • Ekonomi Negeri Tirai Bambu tengah menjadi sorotan dunia karena lesunya berbagai data ekonomi.
  • Semenjak dihantam Covid-19 China belum juga menunjukan tanda-tanda pulih.
  • Berbagai data seperti PMI, deflasi, pertumbuhan ekonomi, mata uang yuan belum juga memperlihatkan kabar positif.

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Negeri Tirai Bambu tengah menjadi sorotan dunia karena lesunya berbagai data ekonomi. China dinilai telah kehilangan momentum pertumbuhan ekonominya. Setelah data aktivitas bisnis, kali ini data ekspor-impor yang menjadi sorotan pasalnya tren penurunan terus terjadi.

Sebagaimana diketahui, China telah lama menjadi mesin pertumbuhan global. Namun dalam beberapa waktu terakhir, ekonomi salah satu negara adidaya ini melambat, membuat khawatir banyak pihak.

PMI China

Industri manufaktur dan jasa secara global sempat mencatatkan kinerja yang melambat di tengah suramnya prospek ekonomi global. Termasuk China.

Sebuah survei sektor swasta menunjukkan pada Jumat (1/9/2023), aktivitas pabrik di China secara mengejutkan kembali mengalami ekspansi pada bulan Agustus ini, dengan pasokan permintaan domestik dan lapangan kerja meningkat, menunjukkan bahwa upaya resmi untuk menghidupkan kembali pertumbuhan.

Indeks manajer pembelian manufaktur global (PMI) Caixin/S&P naik menjadi 51,0 pada bulan Agustus dari 49,2 pada bulan Juli, mengalahkan perkiraan analis sebesar 49,3 dan menandai angka tertinggi sejak Februari. Tanda indeks 50 poin memisahkan pertumbuhan dari kontraksi.

Data tersebut juga merupakan gambaran ekonomi manufaktur yang luas, memberikan kejutan positif namun memberikan gambaran yang beragam mengenai sektor ini, sehari setelah survei resmi menunjukkan aktivitas manufaktur mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut.

PMI manufaktur Caixin mensurvei sekitar 650 perusahaan manufaktur swasta dan milik negara dan lebih berfokus pada perusahaan berorientasi ekspor di wilayah pesisir, sedangkan PMI resmi mensurvei 3.200 perusahaan di seluruh Tiongkok.

Di sisi lain, aktivitas jasa Tiongkok berkembang pada laju paling lambat dalam delapan bulan pada bulan Agustus, sebuah survei sektor swasta menunjukkan pada Selasa (5/9/2023), karena lemahnya permintaan terus membebani perekonomian terbesar kedua di dunia dan stimulus gagal menghidupkan kembali konsumsi secara berarti.

Para analis mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apakah negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini telah pulih secara signifikan karena memburuknya penurunan properti dan lemahnya konsumsi rumah tangga mendorong ekspektasi akan lebih banyak stimulus.

Survei Caixin menunjukkan bahwa produsen melaporkan peningkatan output dan total penerimaan pesanan berkat permintaan pasar yang lebih kuat.

Eskpor-Impor China

Data bea cukai menunjukkan pada Kamis (7/9/2023), ekspor dilaporkan turun 8,8% pada bulan Agustus secara year-on-year (yoy), angka ini mengalahkan perkiraan sebesar 9,2% dalam jajak pendapat Reuters dan turun dari penurunan 14,5% pada Juli.

Sementara itu, impor mengalami kontraksi sebesar 7,3%, lebih lambat dari perkiraan penurunan sebesar 9,0% dan penurunan bulan lalu sebesar 12,4%.

Ekspor dan impor China terus mengalami penurunan di bulan Agustus karena dua tekanan yakni karena menurunnya permintaan luar negeri dan lemahnya belanja konsumen di dalam negeri yang menekan dunia usaha di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut, meskipun penurunan tersebut lebih lambat dari perkiraan.

Meskipun angka-angka perdagangan tersebut mengikuti serangkaian indikator lain yang menunjukkan kemungkinan stabilisasi dalam pelemahan perekonomian China, angka-angka tersebut masih jauh dari pertumbuhan yang diantisipasi para ekonom pada awal tahun ini ketika pemerintah mengabaikan pembatasan ketat terkait Covid-19.

Pertumbuhan Ekonomi

Beijing telah mengumumkan serangkaian langkah dalam beberapa bulan terakhir untuk menopang pertumbuhan, dengan pelonggaran beberapa aturan pinjaman pada minggu lalu oleh bank sentral dan regulator keuangan utama untuk membantu pembeli rumah.

Perekonomian Negeri Tirai Bambu ini berisiko kehilangan target pertumbuhan tahunan sebesar 5% karena para pejabat bergulat dengan memburuknya kemerosotan properti, lemahnya belanja konsumen dan jatuhnya pertumbuhan kredit, yang menyebabkan para analis menurunkan perkiraan untuk tahun ini.

Laporan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun 2023 dari Biro Pusat Statistik China menunjukkan ekonomi China hanya bertumbuh 0,8% pada April-Juni 2023 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi China sebesar 6,3%.

Data ini menunjukkan performa ekonomi China belum benar-benar pulih dari masa pandemi Covid-19. Pada periode 2010-2019, rata-rata pertumbuhan ekonomi China berada di atas 7%, meski memang sejak tahun 2012 menunjukkan tren penurunan dan tidak pernah kembali pada pertumbuhan double digit seperti pada dekade sebelumnya.

Deflasi

Para ekonom menyebut perekonomian China saat ini telah meningkatkan tekanan deflasi, dan situasi ini kemungkinan akan semakin cepat terjadi pada beberapa kuartal mendatang. Dari sisi, indeks harga konsumen (consumer price index/CPI)mengalami deflasi sebesar 0,3% (year on year/yoy) pada Juli. Ini adalah deflasi yang pertama sejak Februari 2021.

Sementara itu, Indeks Harga Produsen (Producer Price Index/PPI) mengalami deflasi 4,4% (yoy). Dengan demikian, PPI sudah mengalami deflasi sepanjang 10 bulan beruntun.

Ini merupakan kali pertama IHK dan PPI China kompak mengalami deflasi sejak 2009. Pada saat itu, dunia tengah diguncang krisis keuangan global. PPI mencerminkan pergerakan harga di tingkat produsen dan di awal produksi. Melemahnya PPI mengindikasikan jika harga akhir barang juga melemah sehingga deflasi bisa berlanjut.

Deflasi China tentu saja memperkuat bahwa sinyal jika ekonomi Negeri Tirai Bambu sedang tidak baik-baik saja.

Pengangguran

Biro Statistik Nasional menyatakan bahwa tingkat pengangguran untuk kaum usia 16 hingga 24 tahun naik menjadi 20,8% pada Mei 2023, melonjak dari bulan sebelumnya. Tingkat pengangguran untuk orang-orang dari segala usia di perkotaan adalah 5,2% di bulan yang sama.

Pada 15 Agustus lalu, Biro Statistik Chia mengatakan bahwa pihaknya telah menangguhkan publikasi data pengangguran kaum muda, mengutip kebutuhan untuk meningkatkan metodologi dalam cara mengukur pengangguran di kalangan kaum muda, yang telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa bulan terakhir.

Keputusan yang diumumkan tak lama setelah rilis data pabrik dan penjualan ritel yang lebih lemah dari perkiraan memicu reaksi yang jarang terjadi di media sosial di tengah meningkatnya rasa frustrasi tentang prospek pekerjaan di negara tersebut.

Sebagaimana diketahui, Kaum muda Cina menghadapi musim pencarian pekerjaan musim panas terberat mereka setelah pengetatan peraturan dalam beberapa tahun terakhir merusak sumber pekerjaan lulusan - termasuk sektor properti, teknologi, dan pendidikan.

Yuan China

uan China terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) selama 2023. Bank sentral China (PBoC) pun melakukan banyak intervensi agar pelemahan ini tidak semakin parah.

Dilansir dariĀ Refinitiv,nilai tukar yuan China terhadap dolar AS berada di CNY 7,3287/US$ pada Jumat (8/9/2023). Posisi ini merupakan yang terendah sejak krisis finansial global pada 2008 silam.

Secara year to date/ytd, yuan China telah melemah sebesar 5,88% dengan basis yuan China terhadap dolar AS.Alhasil, PBoC melakukan berbagai cara untuk menjaga stabilitas nilai tukar yuan dengan kebijakan moneternya.

Sejak pelemahan nilai tukar yuan China terhadap dolar AS pada pertengahan Mei 2023, China akan dengan tegas mengekang fluktuasi besar dalam nilai tukar dan mempelajari penguatan pengaturan mandiri simpanan dolar.

Pada 6 Juni 2023, sebuah badan regulasi mandiri China yang diawasi oleh bank sentral meminta bank-bank besar milik negara untuk menurunkan suku bunga deposito dolar, dalam upaya untuk menopang pelemahan mata uang yuan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(aum/aum)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation