Ekonomi China Mulai Menggeliat, RI Bisa Untung Apa dari Sang Naga?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
01 April 2024 17:05
Jokowi Bertemu Xi Jinping, Ini 10 Kesepakatan RI-China!
Foto: Infografis/ Jokowi Bertemu Xi Jinping, Ini 10 Kesepakatan RI-China!/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi China mulai menggeliat. Aktivitas manufaktur Sang Naga  meningkat untuk pertama kalinya dalam enam bulan pada Maret 2023.

Pada Minggu (31/3/2024), China resmi merilis data aktivitas manufaktur yang tergambar pada Purchasing Manager's Index (PMI) versi resmi (NBS) periode Maret 2024.

PMI manufaktur China periode Maret 2024 versi NBS dilaporkan mengalami kenaikan menjadi 50,8, dari sebelumnya di angka 49,1 pada Februari lalu. Ini menjadi yang pertama kalinya sejak September 2023 di mana PMI manufaktur China terus mencatatkan kontraksi sejak periode tersebut.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi. Hal ini menandakan bahwa sektor manufaktur China sudah kembali bergeliat, setelah lima bulan beruntun berkontraksi.

Indikator positif baru-baru ini menunjukkan bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia ini perlahan-lahan kembali ke kondisi yang lebih baik, sehingga menyebabkan para analis mulai meningkatkan perkiraan pertumbuhan mereka untuk tahun ini. Para pengambil kebijakan telah bergulat dengan kelesuan ekonomi yang terus-menerus sejak ditinggalkannya pembatasan ketat Covid-19 di China pada akhir 2022.

"Data bulan Maret menunjukkan perekonomian siap untuk mengakhiri kuartal pertama dengan kuat," menurut catatan China Beige Book, sebuah perusahaan penasihat.

Namun, kemerosotan yang mendalam di sektor properti raksasa Asia ini masih menjadi hambatan besar terhadap pertumbuhan, dan menguji kesehatan pemerintah daerah yang banyak berhutang dan neraca bank-bank milik negara.

PMI non-manufaktur resmi, yang mencakup jasa dan konstruksi, naik menjadi 53 dari 51,4 pada Februari, menandai angka tertinggi sejak September.

Perdana Menteri Li Qiang mengumumkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2024 yang ambisius sebesar sekitar 5% pada awal bulan ini pada pertemuan tahunan Kongres Rakyat Nasional, yang merupakan parlemen stempel China.

Namun para analis mengatakan para pembuat kebijakan perlu mengeluarkan lebih banyak stimulus untuk mencapai target tersebut karena mereka tidak dapat mengandalkan basis statistik yang rendah pada tahun 2022 yang sebanding dengan data pertumbuhan tahun 2023.

Citi pada hari Kamis menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China untuk tahun ini menjadi 5,0% dari 4,6%, dengan alasan "data positif dan penyampaian kebijakan terkini".

Kabinet China pada tanggal 1 Maret 2024 menyetujui rencana yang bertujuan untuk mempromosikan peningkatan peralatan skala besar dan penjualan barang-barang konsumen. Kepala perencana negara mengatakan pada konferensi pers awal bulan ini bahwa rencana tersebut dapat menghasilkan permintaan pasar lebih dari 5 triliun yuan (US$691,63 miliar) per tahun.

Banyak analis khawatir bahwa China akan mulai mengalami stagnasi seperti yang terjadi di Jepang pada akhir dekade ini, kecuali jika para pembuat kebijakan mengambil langkah-langkah untuk mengarahkan kembali perekonomian ke arah konsumsi rumah tangga dan alokasi pasar sumber daya, dan menjauhi ketergantungan besar pada investasi infrastruktur seperti yang terjadi di masa lalu.

Namun, dengan tanda perbaikan ekonomi China, tentu akan menjadi angin segar bagi pasar RI. Karena China merupakan mitra dagang terbesar untuk RI.

Ekonomi China, Apa Untungnya Buat RI?

Mulai menggeliatnya ekonomi China menjadi kabar baik bagi Indonesia. Tiongkok China merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia dan mitra dagang terbesar Indonesia.

Sebagai catatan, berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan (Kemendag), total ekspor Indonesia ke China sepanjang 2023 sebesar US$64,94 miliar yang terdiri dari ekspor migas sebesar US$2,6 miliar dan ekspor non-migas sebanyak US$62,33 miliar.

Jika dibandingkan dengan 2022, total ekspor Indonesia ke China mengalami penurunan sebesar 1,37% dengan penurunan ekspor non-migas sebesar 1,78%.

Jika perekonomian China kembali bergerak, maka ekspor Indonesia ke China pun akan bertambah dan surplus neraca perdagangan dengan China akan semakin lebar.

Untuk diketahui neraca perdagangan Indonesia dengan China pada 2023 mengalami turnover dari yang biasanya defisit sepanjang 2018-2022 menjadi surplus sebesar US$2,05 miliar.

Ekspor Indonesia ke China berpotensi akan semakin besar di tengah perbaikan permintaan yang meningkat. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi trade balance Indonesia dan khususnya perspektif investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.

Secara umum, semakin besar surplus neraca perdagangan suatu negara maka hal ini akan memberikan sentimen positif bagi investor bahwa kondisi perekonomian Indonesia berada dalam kondisi baik dan layak investasi.

Selain jalur perdagangan, bangkitnya ekonomi China akan menguntungkan Indonesia melalui investasi. Aliran modal dari China diharapkan akan meningkat jika ekonomi Sang Naga membaik.

Pada 2013, total investasi China hanya menembus US$ 297 juta yang menempatkan mereka pada posisi 12 investor terbesar di Indonesia. Pada 2015, China naik ke peringkat ke-9 dengan investasi US$ 628 juta hingga mencapai posisi ketiga pada tahun 2017.

Investasi China di Indonesia hampir selalu berada di bawah US$ 1 miliar sebelum tahun 2019. Sejak 2019, investor China gemar menanamkan modalnya di Indonesia sehingga investasi hampir selalu di atas US$ 1 miliar. Investasi mereka sempat melambat dan berada di bawah US$ 1 miliar pada kuartal II-IV 2022 atau setelah badai pandemi Covid-19 melanda dunia.

Pada 2021, investasi China menembus US$ 3,2 miliar. Jumlah tersebut hanya kalah dari Singapura dan Hong Kong. Investasi terus meningkat menjadi US$ 7,4 miliar pada 2023. Salah satu fokus investasi China adalah pengembangan smelter di Maluku Utara dan Sulawesi Tengah.

Di sektor infrastruktur, China dan Indonesia juga bekerja sama membangun mega proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Waduk Jatigede di Sumedang, Jawa Barat, dan Tol Medan-Kualanamu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation