
Hari Libur & Cuti 2024 Diumumkan Hari Ini, Pasar RI Happy?

Mengawali pekan kedua September, bursa wall street ditutup kompak menghijau. Indeks Dow Jones menguat 87,13 poin atau 0,25% ke posisi 34.663,72. Indeks Nasdaq terbang 1,14% atau 156,37 poin ke 13.917,89 dan indeks S&P 500 menguat 0,67% atau 29,97 poin ke posisi 4.487,46.
Penguatan ketiga bursa secara bersamaan jarang sekali terjadi pada September karena biasanya bursa ditutup beragam atau lebih kerap berakhir di zona merah.
Salah satu saham yang melambung tinggi adalah Tesla. Saham emiten milik Elon Musk tersebut terbang 10% setelah Morgan Stanley menaikkan penilaian terhadap emiten tersebut dan memperkirakan adanya potensi rally ke depan karena pembaharuan pada software otomatis di mobil mereka.
Penguatan Wall street semalam terjadi karena sikap pasar di tengah penantian inflasi yang akan mengimplikasi suku bunga. Akan tetapi implikasinya beralih pada pemikiran seberapa besar suku bunga akan naik menjadi seberapa lama bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan menahan suku bunga
Hal ini juga semakin didukung dengan data yang ditunjukan CME Fedwatch Tool yang mengukur peluang suku bunga akan ditahan pada level 5,25% - 5,50% sudah semakin dominan, mencapai 93%.
Kendati demikian, data inflasi diperkirakan bisa meningkat lagi karena efek harga minyak mentah dunia yang sempat melonjak hingga ke level US$ 90 per barrel. Oleh karena itu, perlu diantisipasi apabila tekanan inflasi masih bisa menahan laju gerak indeks bursa AS dalam pekan ini.
Data Inflasi AS untuk periode Agustus 2023 dijadwalkan rilis pada Rabu (13/9/2023) pukul 19.30 WIB. Melansir platform penghimpun data, trading economic inflasi umum AS diperkirakan akan melonjak ke 3,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 3,2% yoy.
Apabila inflasi umum naik sesuai perkiraan ini bakal menjadi kenaikan kedua yang terjadi setelah mencapai titik terendah 3% yoy pada Juni lalu.
Sementara dari inflasi inti diperkirakan akan melandai ke 4,3% yoy dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 4,7% yoy. Kendati melandai, secara keseluruhan nilai inflasi umum dan inti masih jauh dari target bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) di sekitar 2%.
Bagai pedang bermata dua, ketika inflasi naik sikap bank sentral AS pada pertemuan pekan ketiga bulan ini potensi bisa lebih ketat atau menaikkan suku bunga lagi. Sebaliknya, jika kembali melandai ada potensi sikap The Fed bisa lebih melunak.
Tak hanya itu, perang dagang antara China-AS masih potensi berlanjut sebab kebijakan Xi Jinping melarang PNS China menggunakan Iphone ditengah antusiasme pasar menanti launching seri baru Iphone 15 pada 12 September 2023. Oleh karena itu, perlu diantisipasi pasar saham AS yang potensi masih bisa bergejolak.
(tsn/tsn)