5 'Senjata' Rahasia ASEAN, RI Wajib Bangga Punya Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Acara puncak dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) tahun 2023 sudah dimulai sejak Selasa (5/9/2023) dan akan berakhir pada hari ini, Kamis (7/9/2023).
Acara tersebut akan dihadiri oleh 11 pemimpin negara ASEAN, 9 pemimpin atau perwakilan negara mitra wicara ASEAN, dan 9 pemimpin perwakilan organisasi internasional.
ASEAN kini tak bisa dipandang sebelah mata saja. Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, terutama big five juga tak mau kalah bersaing dengan organisasi kelompok di dunia dan kedepannya dapat bersaing di kancah global.
Terlepas dari keunggulan ASEAN yang sudah mulai terlihat eksis di global, ada berbagai cara atau kebijakan yang dapat membuat ASEAN dapat bersaing dengan organisasi global.
Cara-cara tersebut tentunya menjadi tolok-ukur untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di ASEAN terhadap global. Tentunya, beberapa negara ASEAN mempunyai sektor atau kegiatan yang berbeda-beda dan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi.
Memang, sebagian besar sektor yang dapat menumbuhkan perekonomian ASEAN masih didominasi oleh sektor pertanian. Tetapi, beberapa sudah merambah ke sektor jasa dan pariwisata.
Setidaknya ada lima sumber pertumbuhan di kawasan ASEAN yang bisa menjadi senjata untuk membawa ASEAN terbang tinggi. Berikut sektor yang menjadi pusat pertumbuhan di beberapa negara ASEAN, terutama di Thailand, Indonesia, Vietnam, Singapura, dan Filipina.
1. Thailand (Pariwisata/Turis)
Sektor pariwisata di Thailand kini tidak bisa dianggap remeh, karena sektor ini menjadi salah satu penggerak ekonomi terbesar Thailand saat ini.
Tercatat, Sebanyak 9,47 juta turis asing tercatat mengunjungi Thailand sepanjang tahun berjalan 2023. Dilansir dari Bloomberg pada Minggu (20/5/2023), juru bicara pemerintah menyatakan kunjungan turis asing tersebut menyumbang pendapatan sekitar US$11 miliar atau 391 miliar baht.
Di tahun 2022 saja, Thailand menerima 11,15 juta turis asing selama tahun 2022. Dalam periode bulanan, per Juli 2023 mencapai 2,49 juta turis asing. Pendapatan Thailand di sektor pariwisata pada 2022 nyaris tembus US$ 16 miliar atau sekitar Rp 249,47 triliun.
Turis-turis asing yang berwisata ke Negara Gajah Putih tersebut didominasi oleh wisatawan negara-negara Asia.
Sementara itu, sebelumnya data terbaru dari Airbnb menunjukkan jumlah reservasi melalui Airbnb di seluruh Asia Tenggara mengalami peningkatan dua kali lipat pada 2022 dibandingkan dengan 2021.
Hal ini dinilai sebagai pertanda baik dari pemulihan yang sedang berlangsung di kawasan Asia Tenggara, mengingat aktivitas perjalanan yang terus meningkat seperti pra-pandemi pada 2019.
Di Airbnb, Thailand adalah negara yang paling banyak dikunjungi di Asia Tenggara pada tahun 2022. Turis Amerika Serikat (AS) menempati peringkat pertama yang mengunjungi Asia Tenggara pada tahun 2022, diikuti Australia, Inggris, Jerman, dan Korea Selatan.
Namun, pusat pariwisata Thailand hanya berfokus pada Ibu kota yakni Bangkok saja. Meski berfokus hanya pada kota Bangkok, tetapi dari segi infrastruktur dan aksesibilitas, kota Bangkok layak disandingkan dengan kota wisata global.
Di Bangkok, infrastruktur dan aksesibilitas sudah mumpuni, terutama akses ke wilayah-wilayah lain seperti Chiang Mai dan Phuket masih bisa dibilang tidak sulit. Bentuk negara Thailand juga daratan, sehingga mempermudah bagi para turis untuk berwisata.
Sarana transportasi publik di Thailand juga sudah lebih maju dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya dan menjadi saingan bagi Singapura. Thailand telah jauh lebih dulu mengenal sistem transportasi serupa MRT maupun LRT. Hal ini tentu memudahkan turis asing saat bepergian di kota tujuan wisata mereka.
Faktor amenitas yang berhubungan dengan ketersediaan hotel dan transportasi lokal di daerah-daerah tujuan wisata juga sudah tersedia dengan baik, sehingga wisatawan asing tak kesulitan mengaksesnya.
2. Indonesia (Konsumsi)
Indonesia mungkin dikenal sebagai negara dengan pertumbuhan konsumsi sangat tinggi. Hal ini karena memang perilaku sebagian besar masyarakat Indonesia lebih mengarah ke konsumsi serta besarnya kontribusi konsumsi kepada Produk Domestik Bruto (PDB).
Secara historis, pertumbuhan konsumsi masyarakat mencapai 5% dan menyumbang 53-56% kepada nilai PDB nasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga pada pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2023 mencapai 53,31%.
Bahkan, konsumsi rumah tangga menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal II-2023, yakni mencapai 5,23% atau di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat 5,17%.
![]() Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Produk Domestik Bruto) Triwulan II 2023. (Tangkapan Layar Youtube BPS Statisics) |
Selain pertumbuhan konsumsi rumah tangga, komponen lain yang menyumbang pertumbuhan ekonomi adalah pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi yang tumbuh 4,63% secara tahunan dengan sumbangan pada PDB kuartal II 2023 sebesar 27,9%.
Konsumsi pemerintah pada kuartal II-2023 juga memberi kontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi. Adapun konsumsi pemerintah tumbuh 10,52% secara tahunan dengan sumbangan pada PDB sebesar 7,51%.
Dengan jumlah penduduk mencapai 275 juta dan pertumbuhan kelas menengah yang sangat pesat maka tak heran jika konsumsi menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia.
Pola konsumsi masyarakat RI cenderung tinggi saat libur besar nasional berlangsung seperti bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri yang turut diikuti oleh Mudik, libur anak sekolah, dan libur Natal dan Tahun Baru.
Di tahun ini saja, berdasarkan kajian BPS terhadap dampak mudik lebaran ke pertumbuhan ekonomi memanfaatkan analisis dampak keterkaitan dan pengganda, di mana besarannya mencapai 1,5%.
Oleh sebab itu, dua kali lebaran dan libur panjang menjadi alasan terbesar ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 tumbuh di atas 5%. Hal ini terlihat dari konsumsi rumah tangga yang berhasil mencapai pertumbuhan 5,23% secara tahunan.
Konsumsi Rumah Tangga pada periode itu masih tumbuh positif didorong oleh perayaan hari besar keagamaan seperti Bulan Ramadhan, Perayaan Idulfitri, dan Iduladha, serta adanya pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan Gaji ke-13 bagi PNS.
Dorongan konsumsi rumah tangga tercermin dari peningkatan mobilitas masyarakat selama periode libur hari besar keagamaan dan libur sekolah. Kelompok konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi antara lain, Transportasi dan Komunikasi; Pakaian, Alas Kaki dan Jasa Perawatannya; serta Restoran dan Hotel.
3. Singapura (Jasa)
Singapura menjadi satu-satunya negara maju di Asia Tenggara. Namun, Singapura juga menjadi negara terkecil di ASEAN berdasarkan luas wilayahnya.
Meski menjadi negara terkecil di ASEAN, tetapi karena sumber daya manusia (SDM) yang sangat mumpuni, maka tak heran Singapura menjadi negara paling maju di antara negara-negara ASEAN lainnya.
Dilansir dari situs World Bank, Sumber Daya Manusia (SDM) Singapura menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Hal ini, secara langsung maupun tidak, memengaruhi kualitas individu juga kemajuan sektor perekonomian Singapura.
Salah satu alasan mengapa Singapura menjadi negara maju, yakni karena pemerintah setempat menciptakan lingkungan peraturan yang ramah bisnis untuk pengusaha lokal.
Dampaknya, pengusaha lokal lebih berani menciptakan peluang usaha, juga mampu bersaing dengan pengusaha internasional lainnya.
Dikutip dari situs Guide Me in Singapore, kegiatan ekonomi utama penduduk Singapura adalah industri dan jasa. Hampir sebagian besar penduduk negara ini bekerja di sektor industri, baik manufaktur maupun mesin, juga jasa pariwisata dan keuangan.
Adapun sektor utama kegiatan ekonomi penduduk Singapura adalah industri manufaktur. Sektor ini mencakup industri elektronik, bahan kimia, ilmu biomedis, logistik, dan teknik transportasi.
Di lain sisi, nilai perdagangan barang dan jasa Singapura setara dengan 185% dari Produk Domestik Bruto (PDB), berdasarkan data dari World Bank.
Ekspor barang Singapura mencapai SG$ 969,1 miliar pada 2020, turun dibandingkan SG$ 1,022 miliar pada 2019. Dari sisi produksi, sektor jasa memegang peranan sekitar 75% dalam perekonomian, termasuk jasa yang terkait ekspor.
4. Vietnam (Investasi)
Vietnam menjadi salah satu negara yang berhasil masuk 20 besar tujuan investasi asing pada 2020. Dari tahun 1986 sampai sebelum COVID-19, total proyek Penanaman Modal Asing (PMA) di Vietnam nyaris menyentuh angka 27 ribu dengan PMA terdaftar sebanyak US$ 334 miliar.
Adapun investasi asing (foreign direct investment/FDI) Vietnam pada 2022 mencapai US$ 14,9 juta. Pada 2019, FDI Vietnam pun mencetak rekor tertingginya hingga mencapai US$ 19,9 juta.
Keberhasilan Vietnam menarik investasi asing tidak bisa dilepaskan dari kebijakan-kebijakan pemerintah. Ada beberapa alasan mengapa Vietnam berhasil menjadi negara 'surga' bagi investasi asing di dunia.
Pertama, Vietnam sangat menjaga dan memperhatikan kestabilan sosio-politik. Keberhasilan pemerintah menjaga kestabilan ini yang membuat pertumbuhan ekonomi Vietnam terus bertumbuh di kisaran 7% setiap tahun.
Kedua, Vietnam memiliki banyak kerja sama perdagangan bebas dengan negara-negara sekawasan ataupun di luar kawasan.
Selain sebagai bagian dari Asean Free Trade Area (AFTA) dan World Trade Organization, Vietnam juga memiliki perjanjian dagang bilateral dengan AS dan perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa yang membuat investor semakin tertarik untuk berinvestasi di Vietnam.
Ketiga, Vietnam juga terus meng-update dengan merubah atau menyesuaikan peraturan hukum yang semakin menjamin dan menguntungkan investor asing sebagai wujud dari komitmen pemerintah melindungi kepentingan investor asing.
Keempat, pemerintah Vietnam memiliki framework yang digunakan sebagai langkah untuk terus merevitalisasi dan memperbaiki iklim usaha, framework ini dinamakan dengan "tiga terobosan", yakni menempatkan lembaga ekonomi pasar dan kerangka hukum yang kuat sebagai pengontrol; membangun infrastruktur yang maju dan terintegrasi sehingga memudahkan kegiatan usaha terutama di segi transportasi; dan meningkatkan kualitas tenaga kerja.
5. Myanmar (Pertanian)
Myanmar memiliki total luas wilayah sekitar 676.578 kilometer persegi. Negara ini terletak di sebelah timur India, dan sebelah selatan Cina.
Sama seperti Negara ASEAN pada umumnya, Myanmar merupakan negara agraris, di mana sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor agraris.
Dilansir dari Food and Agriculture Organization (FAO), sektor pertanian menjadi tulang punggung perekonomian negara ini. Sekitar 37,8% Produk Domestik Bruto (PDB) Myanmar berasal dari pertanian.
Sektor ini juga menyumbang lebih dari 25% pendapatan ekspor. Diperkirakan 70% penduduk Myanmar bekerja sebagai petani atau yang berkaitan dengan pengolahan lahan pertanian.
Dikutip dari situs International Trade Administration, hasil pertanian merupakan komoditas ekspor terbesar kedua Myanmar. Beras merupakan hasil pertanian utama negara Myanmar yang menyumbang hampir 43% dari total nilai produksi pertaniannya.
Hasil pertanian Myanmar lainnya adalah buncis, wijen, bawang, olahan karet mentah, sayuran, dan buah-buahan. Sebagian besar hasil tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Ada pula yang diekspor ke berbagai negara di dunia, seperti Thailand, Cina, Filipina, Vietnam, dan India.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)