
IHSG & Rupiah Terbang Asal Dibantu Inflasi RI-Pengangguran AS

- IHSG menguat sementara rupiah melemah pada pekan lalu di tengah meningkatnya ketidakpastian global
- Wall street semringah didorong keyakinan investor bahwa sikap The Fed segera melunak soal suku bunga
- Data inflasi dan laju manufaktur global pekan ini menjadi sentimen pergerakan utama bagi IHSG dan rupiah
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada pekan kemarin bergerak beragam. Pasar saham mampu menorehkan performa yang prima, sedangkan rupiah keok di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Pasar keuangan Indonesia diharapkan bisa kompak mencatatkan kinerja positif hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca apda halaman 3 artikel ini.
Berdasarkan kinerja sepekan IHSG telah mengalami kenaikan 0,52% dan ditutup di 6.895,44.Kenaikan IHSG dalam sepekan di dorong oleh beberapa saham yang mengalami kenaikan signifikan, salah satunya perusahaan BUMN keenam yakni PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA).
Akan tetapi sikap para investor masih diselimuti sentimen negatif dari kebijakan suku bunga acuab bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve atau The Fed.
Jerome Powell, Chairman The Fed, menyatakan "siap" menaikkan suku bunga lebih lanjut apabila "diperlukan". Pernyataan tersebut merujuk pada kesiapan bank sentral yang potensi melanjutkan kebijakan ketat guna mengendalikan inflasi capai target 2% saat Symposium Jackson Hole pada Jumat (25/8/2023).
Powell menyatakan The Fed "siap" menaikkan suku bunga lebih lanjut apabila "diperlukan". Pernyataan tersebut merujuk pada kesiapan bank sentral yang potensi melanjutkan kebijakan ketat guna mengendalikan inflasi capai target 2%.
"Tugas The Fed adalah menurunkan inflasi hingga mencapai target 2%, dan kami akan melakukannya. Kami telah memperketat kebijakan secara signifikan selama setahun terakhir. Meskipun inflasi telah turun dari puncaknya-suatu perkembangan yang menggembirakan-namun inflasi masih terlalu tinggi" Kata Powell lebih lanjut.
Kendati demikian, Powell juga menegaskan kembali komitmen bank sentral bisa melanjutkan kebijakan ketat, akan tetap disertai pendekatan yang hati-hati apakah pengetatan memang perlu dilakukan atau sudah harus mempertahankan suku bunga.
Dengan itu, The Fed akan menilai lebih banyak data yang masuk beserta prospek dan risiko yang berkembang sebagai bahan pertimbangan keputusan kebijakan September mendatang.
Sikap hawkish The Fed tersebut selain membuat investor ragu untuk memberli saham, juga membuat dolar makin perkasa terhadap rupiah.
Dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS), mata uang Garuda masih berada dekat dengan level psikologis Rp15.300/US$ dan selama lima pekan ini masih melemah.
Mengutip dari Refinitiv, pada perdagangan Jumat (25/8/2023) rupiah ditutup di Rp15.290/US$, secara mingguan melemah tipis 0,07%.
Sementara itu, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) menguat tajam pekan lalu akibat ketidakpastian global menunggu pidato Powell. Imbal hasil SBN tenor 10 tahun ditutup di posisi 6,528% pada Jumat pekan lalu. Imbal hasil bahkan sempat menyentuh 6,68% pada Selasa (22/8/2023)yang merupakan rekor tertinggi sejak awal April 2023.
Imbal hasil berkebalikan dengan harga. Saat imbal hasil meningkat maka artinya ada tekanan jual dari investor sehingga harganya jatuh.
Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, kompak rebound pada perdagangan Jumat (25/8/2023) seiring investor mencerna pidato bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell di simposium ekonomi Jackson Hole dan op
Indeks S&P 500 naik 29,40, atau 0,7%, menjadi 4,405.71. Dow Jones Industrial Average naik 247,48 poin, atau 0,7%, menjadi 34,348.90, dan komposit Nasdaq naik 126,67, atau 0,9%, menjadi 13,590.65.
Optimisme tersebut sebagian dipicu oleh keyakinan Powell terhadap berlanjutnya pertumbuhan ekonomi di AS, ketika ia menyebutkan belanja konsumen yang "sangat kuat" dan tanda-tanda awal pemulihan di pasar perumahan. Dia menegaskan kembali komitmen bank sentral untuk menurunkan inflasi kembali ke target 2%.
"Perekonomian mungkin tidak melambat seperti yang diharapkan. Sepanjang tahun ini, pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) telah melampaui ekspektasi dan melampaui tren jangka panjang, dan data belanja konsumen baru-baru ini sangat kuat," kata Powell.
"Selain itu, setelah mengalami perlambatan tajam selama 18 bulan terakhir, sektor perumahan menunjukkan tanda-tanda peningkatan kembali."
Namun, mengingat Powell tidak memberikan indikasi yang jelas mengenai arah suku bunganya, kepala strategi global LPL Financial Quincy Krosby mengatakan bahwa kenaikan imbal hasil Treasury akan menjadi kunci yang mendasari arah pasar.
"Terlepas dari alasan imbal hasil naik lebih tinggi, yang mereka lakukan adalah memperketat kondisi keuangan karena biaya modal naik," kata Krosby. Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun yang menjadi acuan
berakhir pada hari Jumat lebih rendah di 4,233%, setelah mencapai level tertinggi di awal minggu.
Beberapa investor menyatakan optimisme bahwa The Fed mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunganya.
"Mungkin masih ada satu atau dua yang tersisa," kata Alex Petrone, direktur pendapatan tetap Rockefeller Asset Management, merujuk pada kenaikan suku bunga pinjaman acuan The Fed.
Demikian pula, Timothy Chubb, CIO Girard, melihat komentar pejabat Fed pada hari Jumat mulai memberikan kepercayaan pasar bahwa kenaikan suku bunga di masa depan mungkin tidak diperlukan.
"Kami mendapatkan data yang perlu kami lihat seiring dengan pergerakan inflasi dari tingkat 9% menjadi 3%. Dan saya pikir pada titik ini, pertanyaannya sebenarnya hanya berkisar pada seberapa besar penderitaan yang ingin ditimpakan oleh The Fed pada perekonomian untuk meningkatkan inflasi dari 3% menjadi 2%," katanya.
Powell menyampaikan pidatonya, mengatakan, bank sentral siap menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk memerangi inflasi di simposium ekonomi Jackson Hole.
"Meskipun inflasi telah turun dari puncaknya - sebuah perkembangan yang menggembirakan - namun inflasi masih terlalu tinggi," kata Powell dalam sambutannya, dikutip CNBC International, Jumat (25/8).
"Kami siap untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut jika diperlukan, dan bermaksud untuk mempertahankan kebijakan [suku bunga] pada tingkat yang ketat sampai kami yakin bahwa inflasi akan bergerak turun secara berkelanjutan menuju tujuan kami," imbuh Powell.
Pekan ini, pasar keuangan Indonesia akan digerakkan oleh beberapa sentimen penting dari dalam dan luar negeri.
Data penting yang akan dirilis pekan ini diantaranya data lowongan kerja AS untuk Juli, cadangan stok minyak AS per 25 Agustus, inflasi tahunan Uni Eropa bulan Agustus, pengeluaran dan pendapatan bulanan warga AS bulan Juli, indeks manufaktur China bulan Agustus, Inflasi tahunan Indonesia untuk Agustus, dan tingkat pengangguran AS periode Agustus.
Sentimen penggerak utama akan datang dari rilis data tingkat inflasi tahunan Indonesia Agustus pada hari Jumat (1/9/2023). Indeks harga konsumen (IHK) Agustus diperkirakan konsensus Trading Economics meningkat secara tahunan menjadi 3,37% dari bulan Juli di 3,08%.
Inflasi Indonesia yang memuncak pada September 2022 yang hampir menyentuh 6% menunjukkan adanya tren penurunan hingga bulan Juli 2023. Penurunan beruntun juga sudah terlihat sejak Februari 2023.
Inflasi yang terkendali akan menjadi sentimen Bank Sentral Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga, terutama jika Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) juga tidak menaikkan suku bunganya.
Suku bunga tinggi yang ditetapkan BI berhasil mengendalikan laju kenaikan harga. Sebagai informasi, BI telah menetapkan kebijakan suku bunga tinggi sejak awal tahun berada di 5,75%.
Dampak kebijakan tersebut sontak tercermin dari inflasi Indonesia yang juga turun. Walau begitu, Indonesia mampu bertahan dari goncangan perlambatan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal-II 2023 berada di 5,17%.
Indonesia telah konsisten dalam tujuh kuartal terakhir mempertahankan pertumbuhan ekonominya di atas 5%. Hal ini mengindikasikan bahwa ekonomi Indonesia mampu resilient di tengah perlambatan global dan kebijakan pengetatan keuangan Indonesia.
Volatilitas IHSG pekan ini disinyalir datang dari sentimen pidato Jerome Powell dalam pertemuan Jackson Hole yang mengindikasikan adanya kemungkinan kenaikan suku bunga. Pernyataan tersebut merujuk pada kesiapan bank sentral yang potensi melanjutkan kebijakan ketat guna mengendalikan inflasi capai target 2%.
Dengan potensi suku bunga yang kembali diketatkan, pelaku pasar mengkhawatirkan ekonomi yang melambat, sehingga kinerja perusahaan yang terdaftar di bursa tidak dapat prima.
Namun, Indonesia yang mampu bertahan di tengah perlambatan global menunjukkan fundamental perekonomian yang kuat dengan risiko rendah. Namun, sikap pelaku pasar yang tidak suka dengan kepastian menyebabkan IHSG masih akan cukup sulit untuk menembus level psikologis 7.000.
Dari pasar mata uang, kinerja rupiah diharapkan bisa ditopang oleh keluarnya instrumen operasi moneter kontraksi, yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Instrumen ini adalah instrumen pro-market dalam rangka memperkuat upaya pendalaman pasar uang, mendukung upaya menarik aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio, serta untuk optimalisasi aset SBN yang dimiliki Bank Indonesia sebagai underlying.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan instrumen ini disebut sekuritas karena ini sekuritisasi dari SBN yang dimiliki BI.
"BI punya SBN lebih dari Rp 1.000 triliun, kita sekuritisasi kita jadikan underlying, kita terbitkan SRBI ini dengan tenor jangka pendek sampai dengan 12 bulan. Yang mau kita terbitkan yang mana 6, 9 dan 12," kata Perry dalam paparan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (24/8/2023).
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Andry Asmoro berpandangan SRBI akan memberikan dampak positif terhadap pasar keuangan, khususnya menjaga stabilitas rupiah. Sebelumnya Andry memperkirakan dolar AS bisa di bawah Rp15.000 hingga 2024.
"Kami berpendapat bahwa instrumen deposito valuta asing untuk DHE dan SRBI akan memberikan dukungan yang cukup besar terhadap cadangan devisa sehingga menjamin stabilitas nilai tukar rupiah," jelas Andry, kepada CNBC Indonesia.
Dari luar negeri, sentimen pekan ini akan datang dari dampak pidato Chairman bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell pekan lalu, lau ekonomi China, serta data pengangguran AS.
Dampak pidato Powell belum sampai ke pasar keuangan Indonesia karena pidato berlangsung pada Jumat pekan lalu setelah pasar keuangan Indonesia tutup.
Powell menyampaikan tugas the Fed adalah menurunkan inflasi mencapai sasaran di 2℅, tidak berubah dari target sebelumnya. Pernyataan ini kemudian diterjemahkan market sebagai adanya potensi kenaikan suku bunga sebesar 25.bps pada rapat mendatang.
Kendati demikian, dampak pidato Powell ke bursa Wall Street sangat positif karena pasar menangkap Powell lebih lunak daripada proyeksi mereka.
Dampak positif bursa Wall Street diharapkan menular ke pasar keuangan Indonesia hari ini sehingga IHSG, rupiah, dan SBN bisa mencatat kinerja positif.
AS akan mengumumkan data pengangguran Juli pada Kamis pekan ini (31/8/2023). Tingkat pengangguran diperkirakan meningkat 3,8% pada Juli tahun ini, dari 3,5% pada Juni.
Jika pengangguran meningkat lebih besar dari ekspektasi maka itu bisa menjadi sinyal melemahnya ekonomi AS dan inflasi AS sehingga The Fed diharapkan bisa melunak.
Selain The Fed, sentimen luar negeri akan datang dari perkembangan ekonomi China. Tiongkok pada akhir pekan lalu mengumumkan jika keuntungan perusahaan industri mereka terkoreksi 6,7% (yoy0 pada Juli 2023. Artinya keuntungan sudah terkoreksi selama tujuh bulan.
China pada Jumat pekan ini akan mengumumkan data PMI Manufaktur Agustus. PMI Tiongkok sudah ada di fase kontraksi selama empat bulan beruntun. Jika PMI kembali kontraksi maka pasar keuangan global dan Indonesia bisa terganggu mengingat besarnya peran Tiongkok dalam ekonomi dunia.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data ekonomi pada hari ini:
- Presiden Jokowi meresmikan LRT Jabodebek di Stasiun LRT Cawang (08:30 WIB)
- IKK Jepaang (12.00 WIB)
Pencatatan perdana saham PT Charlie Hospital Semarang Tbk. di Main Hall BEI, Jakarta Selatan (09:00 WIB)
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
- Pencatatan perdana saham PT Charlie Hospital Semarang Tbk. di Main Hall BEI, Jakarta Selatan (09:00 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras) Next Article Batu Bara Kembali Membara, IHSG Bisa Ikutan Mendidih?
