Dari bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street berpesta pora pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (16/5/2025), Indeks S&P 500 naik pada Jumat untuk sesi kelima berturut-turut dan mencatat kenaikan mingguan yang tajam. Lonjakan harga saham ditopang sikap investor yang mengabaikan data sentimen konsumen yang mengecewakan dan kekhawatiran inflasi yang terus berlanjut. Investor kini lebih melihat sentimen perang dagang yang mereda.
Pada Jumat pekan lalu, indeks S&P menguat 0,70% dan ditutup di 5.958,38, sementara Nasdaq Composite naik 0,52% dan berakhir di 19.211,10. Dow Jones Industrial Average menanjak 331,99 poin atau 0,78%, menetap di 42.654,74. Kenaikan hari Jumat membuat indeks yang terdiri dari 30 saham unggulan ini akhirnya berada di wilayah positif sepanjang 2025.
Secara mingguan, S&P 500 melonjak 5,3%, dan Dow naik 3,4%. Nasdaq Composite melonjak 7,2% dalam pekan lalu. Saham-saham teknologi juga mencatat kinerja yang kuat. Saham Nvidia naik sekitar 16%, sementara Meta Platforms menguat 8%. Saham Apple naik 6%, sedangkan Microsoft melonjak 3%.
Kenaikan pasar saham tetap terjadi meskipun indeks sentimen konsumen dari Universitas Michigan mencatat level terendah kedua dalam sejarah. Konsumen juga memperkirakan harga akan naik 7,3% dalam setahun ke depan, naik dari 6,5% pada bulan sebelumnya.
Saham-saham mencatat pemulihan kuat sejak pejabat AS dan China awal pekan lalu sepakat untuk memberlakukan gencatan senjata tarif selama 90 hari, yang meredakan kekhawatiran investor atas ketegangan perdagangan global yang meningkat dan risiko terhadap perekonomian.
"Pasar saat ini sedang menyesuaikan kembali penilaian atas risiko stagflasi - yang sebelumnya menjadi skenario utama bagi mereka yang yakin tarif akan langsung mendorong inflasi melonjak, namun hal tersebut tidak benar-benar didukung oleh data," ujar Jamie Cox, mitra pengelola di Harris Financial Group, kepada CNBC International.
"Konsumen AS mungkin berkata bahwa mereka khawatir, tapi pola belanja mereka tidak mencerminkan hal itu. Konsumsi tetap jadi faktor utama setelah semua kebisingan disaring." imbuhnya.
Wall Street juga berharap akan ada kejelasan lebih lanjut mengenai isu perdagangan dalam beberapa minggu ke depan.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Jumat bahwa pemerintahannya akan mengirim surat kepada banyak negara yang merinci tarif baru, kemungkinan dalam dua hingga tiga minggu ke depan. Surat-surat tersebut akan menggantikan negosiasi perdagangan dengan negara-negara yang tidak sempat ditemui oleh AS.
Pekan ini baik pasar saham, mata uang dan SBN akan menjalani perdagangan selama lima hari penuh. Hal ini berbeda dengan pekan-pekan sebelumnya yang berlangsung tiga atau empat hari akrenna ada libur panjang.
Sejumlah sentimen penting akan menggerakkan pasar pada pekan ini, baik dari dalam negeri ataupun luar negeri.
Meredanya perang dagang dan koreksi rating pemerintah AS akan menjadi salah satu penggerak sentimen. Dari dalam negeri, pelaku pasar menunggu kebijakan suku bunga Indonesia yang diumumkan pada Rabu pekan ini.
Moody's Pangkas Rating AS
Lembaga pemeringkat utang, Moody's Investors Service resmi menurunkan peringkat kredit pemerintah Amerika Serikat dari AAA menjadi AA1 pada Jumat (17/5/2025) waktu AS.
Penurunan ini menandai berakhirnya status "triple-A" dari Moody's, yang sebelumnya masih bertahan dibanding dua lembaga lainnya, Standard & Poor's dan Fitch Ratings.
Moody's menilai lonjakan beban utang dan meningkatnya biaya bunga sebagai penyebab utama koreksi peringkat.
 Foto: Bipartisan Policy Defisit Amerika Serikat |
"Penurunan satu tingkat ini mencerminkan tren jangka panjang peningkatan rasio utang dan pembayaran bunga ke level yang jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara dengan profil kredit serupa," tulis Moody's dalam pernyataan resminya.
Dalam proyeksinya, Moody's memperkirakan bahwa rasio defisit anggaran terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) AS akan meningkat dari 6,4% pada 2024 menjadi hampir 9% pada 2035.
Kenaikan ini terutama dipicu oleh melonjaknya pembayaran bunga atas utang, belanja jaminan sosial yang terus naik, serta proyeksi pendapatan negara yang relatif stagnan. Di sisi lain, rasio utang pemerintah terhadap PDB juga diproyeksikan meningkat tajam, dari 98% pada tahun ini menjadi sekitar 134% pada 2035.
Moody's menilai tidak ada sinyal kuat dari Kongres maupun Pemerintah AS untuk mengubah arah fiskal ini secara signifikan dalam waktu dekat.
Dengan langkah Moody's, maka seluruh lembaga pemeringkat utama global kini telah menurunkan rating utang jangka panjang AS dari posisi tertinggi.
Sebelumnya, S&P menurunkan rating AS ke AA+ pada Agustus 2011, disusul oleh Fitch yang melakukan hal serupa pada Agustus 2023. Moody's selama ini menjadi satu-satunya yang masih mempertahankan rating triple A, sebelum akhirnya ikut menyesuaikan.
Kebijakan Suku Bunga Indonesia
Bank Indonesia (BI) juga akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Mei 2025 yang berlangsung pada Selasa dan Rabu pekan ini (20-21/5/2025). Salah satu yang paling ditunggu-tunggu pelaku pasar adalah soal keputusan suku bunga acuan.
Pelaku pasar menunggu apakah BI akan memangaks suku bunga di tengah melambatnya perekonomian Indonesia.
Sebagai catatan, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,87% (year on year/yoy) pada kuartal I-2025, terendah sejak kuartal III-2021 saat era pandemi Covid-19.
Pelaku pasar saat ini masih melihat BI menahan suku bunag di leve 5,75%. Namun, ada potensi pemangkasan jika melihat kebutuhan untuk mendongkrak pertumbuhan.
Ppada April lalu, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 5,75%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Keputusan ini mencerminkan komitmen BI dalam menjaga stabilitas harga agar tetap berada dalam rentang target inflasi 2,5% ±1% untuk tahun 2025 dan 2026, sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang meningkat dan mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.
Selain suku bunga acuan, tingkat suku bunga fasilitas simpanan (deposit facility) dan fasilitas pinjaman (lending facility) juga tetap dipertahankan masing-masing pada level 5,00% dan 6,50%.
Neraca Pembayaran Indonesia dan Transaksi Berjalan Kuartal I-2025
Pada Kamis (22/5/2025), BI akan rilis perihal Neraca Pembayaran Indonesia kuartal I-2025 bersamaan dengan data transaksi berjalannya.
Pada kuartal IV-2024 silam, defisit transaksi berjalan Indonesia menyusut menjadi US$ 1,15 miliar, turun dari US$ 1,38 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Ini merupakan defisit selama tujuh kuartal berturut-turut, namun menjadi yang terkecil dalam rangkaian tersebut, setara dengan 0,3% dari PDB nasional.
Secara tahunan, defisit transaksi berjalan melebar tajam sepanjang 2024 menjadi US$ 8,86 miliar (setara 0,6% PDB), dari US$ 2,04 miliar (0,1% PDB) pada 2023. Penyebab utama pelebaran defisit adalah penurunan surplus perdagangan akibat permintaan eksternal yang lemah, sementara permintaan domestik tetap kuat. Meskipun demikian, angka tersebut masih berada dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia, yaitu antara 0,1% hingga 0,9% dari PDB.
Uang Beredar
Pada Jumat (23/5/2025), BI kembali akan merilis data uang beredar (M2) untuk periode April 2025.
Sebelumnya, jumlah M2 Maret 2025 tumbuh 6,1% yoy menjadi Rp 9.436,4 triliun. Pertumbuhan ini sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,2% YoY.
Dengan lebih banyak uang beredar, masyarakat dan bisnis memiliki akses lebih besar terhadap kredit dan likuiditas. Ini dapat mendorong investasi, konsumsi, dan ekspansi bisnis, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Kisi-kisi Kebijakan Prabowo 2026
Pemerintah akan menyerahkan dokumen KEM PPKF atau Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal untuk 2026 pada Selasa (20/5/2025). Kebijakan fiskal ini sangat penting untuk menjadi gambaran belanja prioritas pada tahun depan serta target-target pemerintah, mulai dari pertumbuhan hingga inflasi.
Dokumen ini akan menjadi dasar dari penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan mengatakan jika penyusunan KEM-PPKF ini akan mengacu pada tema utama yang selaras dengan visi pembangunan dalam Astacita.
Salah satu prioritas kebijakan ke depan adalah makan bergizi gratis untuk anak sekolah, penguatan koperasi melalui program Koperasi Merah Putih, serta investasi pada pengembangan human capital akan menjadi bagian inti dari strategi fiskal tahun 2026.
Suku Bunga China
Pada Selasa (20/5/2025), akan ada rilis suku bunga acuan di China untuk LPR (Loan Prime Rate) satu dan lima tahun.
Bank Sentral China (PBoC) dijadwalkan mengumumkan suku bunga acuan pinjaman (Loan Prime Rates/LPR) pekan depan, dengan ekspektasi penurunan sebesar 10 basis poin (bps). Saat ini, LPR 1 tahun, yang menjadi acuan sebagian besar pinjaman baru, berada di 3,10%, sedangkan LPR 5 tahun, yang digunakan sebagai referensi suku bunga hipotek, berada di 3,60%.
Prediksi penurunan ini tidak mengejutkan karena sebelumnya Gubernur PBoC, Pan Gongsheng, telah mengumumkan langkah-langkah pelonggaran kebijakan besar-besaran awal bulan ini.
Agenda Ekonomi Hari Ini
- Mandiri Macro and Market Brief 2Q25 Indonesia Economic Outlook : Building Resillience in the Midst of Global Turbulence dengan narasumber antara lain Chief Economist Bank Mandiri dan Head of Mandiri Institute.
- Rapat Koordinasi Koperasi Merah Putih dengan pembahasan peran BUMN dalam percepatan pembentukan KMP di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta Pusat.
- Public expose insidentil oleh PT PAM Mineral (NICL) via zoom meeting.
- Menteri Perdagangan akan menghadiri Kick Off Astra Export Champion: UMKM "BISA" Ekspor di Auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat.
- China akan mengumumkan data produksi industry, penjualan ritel dan pengangguran April 2025
Agenda korporasi
Rapat Umum Pemegang Saham T Cikarang Listrindo Tbk (POWR)
Rapat Umum Pemegang Saham PT Buana Finance Tbk (BBLD)
Rapat Umum Pemegang Saham PT Armada Berjaya Trans Tbk (JAYA)
Rapat Umum Pemegang Saham PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP)
Rapat Umum Pemegang Saham PT Prima Globalindo Logistik Tbk
Rapat Umum Pemegang Saham PT Sumber Mineral Global Abadi Tbk
Tanggal cum Dividen Tunai PT Informasi Teknologi Indonesia Tbk (JATI)
Tanggal cum Dividen Tunai PT Paperocks Indonesia Tbk.
Tanggal cum Dividen Tunai PT Lautan Luas Tbk
Tanggal DPS Dividen Tunai PT Superior Prima Sukses Tbk
Tanggal DPS Dividen Tunai Indika Energy Tbk
Tanggal DPS Dividen Tunai PT Sumber Global Energy Tbk.
Tanggal cum Dividen Tunai PT Jasa Marga Tbk
Data dan Indikator Ekonomi