NEWSLETTER

Pekan Genting: BI Umumkan Suku Bunga, Pemerintah Bocorkan Target 2026

mae, CNBC Indonesia
19 May 2025 06:23
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo (ketiga kiri) saat menyampaikan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Januari 2025 dengan Cakupan Triwulanan pada Rabu (15/1/2025). (REUTERS/Willy Kurniawan)
Foto: Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo (ketiga kiri) saat menyampaikan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Januari 2025 dengan Cakupan Triwulanan pada Rabu (15/1/2025). (REUTERS/Willy Kurniawan)

Pekan ini baik pasar saham, mata uang dan SBN akan menjalani perdagangan selama lima hari penuh. Hal ini berbeda dengan pekan-pekan sebelumnya yang berlangsung tiga atau empat hari akrenna ada libur panjang.

Sejumlah sentimen penting akan menggerakkan pasar pada pekan ini, baik dari dalam negeri ataupun luar negeri.

Meredanya perang dagang dan koreksi rating pemerintah AS akan menjadi salah satu penggerak sentimen. Dari dalam negeri, pelaku pasar menunggu kebijakan suku bunga Indonesia yang diumumkan pada Rabu pekan ini.

Moody's Pangkas Rating AS


Lembaga pemeringkat utang, Moody's Investors Service resmi menurunkan peringkat kredit pemerintah Amerika Serikat dari AAA menjadi AA1 pada Jumat (17/5/2025) waktu AS.

Penurunan ini menandai berakhirnya status "triple-A" dari Moody's, yang sebelumnya masih bertahan dibanding dua lembaga lainnya, Standard & Poor's dan Fitch Ratings. 

Moody's menilai lonjakan beban utang dan meningkatnya biaya bunga sebagai penyebab utama koreksi peringkat.

Defisit Amerika SerikatFoto: Bipartisan Policy
Defisit Amerika Serikat

 

"Penurunan satu tingkat ini mencerminkan tren jangka panjang peningkatan rasio utang dan pembayaran bunga ke level yang jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara dengan profil kredit serupa," tulis Moody's dalam pernyataan resminya. 

Dalam proyeksinya, Moody's memperkirakan bahwa rasio defisit anggaran terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) AS akan meningkat dari 6,4% pada 2024 menjadi hampir 9% pada 2035. 

Kenaikan ini terutama dipicu oleh melonjaknya pembayaran bunga atas utang, belanja jaminan sosial yang terus naik, serta proyeksi pendapatan negara yang relatif stagnan. Di sisi lain, rasio utang pemerintah terhadap PDB juga diproyeksikan meningkat tajam, dari 98% pada tahun ini menjadi sekitar 134% pada 2035.

Moody's menilai tidak ada sinyal kuat dari Kongres maupun Pemerintah AS untuk mengubah arah fiskal ini secara signifikan dalam waktu dekat.

Dengan langkah Moody's, maka seluruh lembaga pemeringkat utama global kini telah menurunkan rating utang jangka panjang AS dari posisi tertinggi.

Sebelumnya, S&P menurunkan rating AS ke AA+ pada Agustus 2011, disusul oleh Fitch yang melakukan hal serupa pada Agustus 2023. Moody's selama ini menjadi satu-satunya yang masih mempertahankan rating triple A, sebelum akhirnya ikut menyesuaikan.


Kebijakan Suku Bunga Indonesia

Bank Indonesia (BI) juga akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Mei 2025 yang berlangsung pada Selasa dan Rabu pekan ini (20-21/5/2025). Salah satu yang paling ditunggu-tunggu pelaku pasar adalah soal keputusan suku bunga acuan.

Pelaku pasar menunggu apakah BI akan memangaks suku bunga di tengah melambatnya perekonomian Indonesia.
Sebagai catatan, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,87% (year on year/yoy) pada kuartal I-2025, terendah sejak kuartal III-2021 saat era pandemi Covid-19.

Pelaku pasar saat ini masih melihat BI menahan suku bunag di leve 5,75%. Namun, ada potensi pemangkasan jika melihat kebutuhan untuk mendongkrak pertumbuhan.

Ppada April lalu, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 5,75%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Keputusan ini mencerminkan komitmen BI dalam menjaga stabilitas harga agar tetap berada dalam rentang target inflasi 2,5% ±1% untuk tahun 2025 dan 2026, sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang meningkat dan mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.

Selain suku bunga acuan, tingkat suku bunga fasilitas simpanan (deposit facility) dan fasilitas pinjaman (lending facility) juga tetap dipertahankan masing-masing pada level 5,00% dan 6,50%.

Neraca Pembayaran Indonesia dan Transaksi Berjalan Kuartal I-2025

Pada Kamis (22/5/2025), BI akan rilis perihal Neraca Pembayaran Indonesia kuartal I-2025 bersamaan dengan data transaksi berjalannya.

Pada kuartal IV-2024 silam, defisit transaksi berjalan Indonesia menyusut menjadi US$ 1,15 miliar, turun dari US$ 1,38 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Ini merupakan defisit selama tujuh kuartal berturut-turut, namun menjadi yang terkecil dalam rangkaian tersebut, setara dengan 0,3% dari PDB nasional.

Secara tahunan, defisit transaksi berjalan melebar tajam sepanjang 2024 menjadi US$ 8,86 miliar (setara 0,6% PDB), dari US$ 2,04 miliar (0,1% PDB) pada 2023. Penyebab utama pelebaran defisit adalah penurunan surplus perdagangan akibat permintaan eksternal yang lemah, sementara permintaan domestik tetap kuat. Meskipun demikian, angka tersebut masih berada dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia, yaitu antara 0,1% hingga 0,9% dari PDB.

Uang Beredar

Pada Jumat (23/5/2025), BI kembali akan merilis data uang beredar (M2) untuk periode April 2025. 

Sebelumnya, jumlah M2 Maret 2025 tumbuh 6,1% yoy menjadi Rp 9.436,4 triliun. Pertumbuhan ini sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,2% YoY.

Dengan lebih banyak uang beredar, masyarakat dan bisnis memiliki akses lebih besar terhadap kredit dan likuiditas. Ini dapat mendorong investasi, konsumsi, dan ekspansi bisnis, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.     

Kisi-kisi Kebijakan Prabowo 2026


Pemerintah akan menyerahkan dokumen KEM PPKF atau Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal untuk 2026 pada Selasa (20/5/2025). Kebijakan fiskal ini sangat penting untuk menjadi gambaran belanja prioritas pada tahun depan serta target-target pemerintah, mulai dari pertumbuhan hingga inflasi.

Dokumen ini akan menjadi dasar dari penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan mengatakan jika penyusunan KEM-PPKF ini akan mengacu pada tema utama yang selaras dengan visi pembangunan dalam Astacita.

Salah satu prioritas kebijakan ke depan adalah makan bergizi gratis untuk anak sekolah, penguatan koperasi melalui program Koperasi Merah Putih, serta investasi pada pengembangan human capital akan menjadi bagian inti dari strategi fiskal tahun 2026.

Suku Bunga China

Pada Selasa (20/5/2025), akan ada rilis suku bunga acuan di China untuk LPR (Loan Prime Rate) satu dan lima tahun.

Bank Sentral China (PBoC) dijadwalkan mengumumkan suku bunga acuan pinjaman (Loan Prime Rates/LPR) pekan depan, dengan ekspektasi penurunan sebesar 10 basis poin (bps). Saat ini, LPR 1 tahun, yang menjadi acuan sebagian besar pinjaman baru, berada di 3,10%, sedangkan LPR 5 tahun, yang digunakan sebagai referensi suku bunga hipotek, berada di 3,60%.

Prediksi penurunan ini tidak mengejutkan karena sebelumnya Gubernur PBoC, Pan Gongsheng, telah mengumumkan langkah-langkah pelonggaran kebijakan besar-besaran awal bulan ini.


(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular