Pidato Powell: The Fed Siap Naikkan Suku Bunga Lanjutan

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
26 August 2023 11:15
Federal Reserve Board Chair Jerome Powell speaks during a news conference at the Federal Reserve in Washington, DC, on May 3, 2023. - The Fed has been on an aggressive campaign of interest-rate hikes since March last year, rapidly raising rates to help target high inflation, which remains above its long-term target of two percent. (Photo by SAUL LOEB / AFP)
Foto: Ketua The Fed Jerome Powell. (AFP/SAUL LOEB)
  • The Fed "bersiap" untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut "jika diperlukan"
  • Powell menyampaikan tugas the Fed adalah menurunkan inflasi mencapai sasaran di 2℅, tidak berubah dari target sebelumnya.
  • Pelaku pasar mengantisipasi potensi kenaikan suku bunga sebesar 25.bps pada FOMC mendatang.

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan ketat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) nampaknya masih akan berlanjut, sesuai dengan titah Jerome Powell pada Symposium Jackson Hole.

Para pejabat The Fed, termasuk Ketua The Fed Jerome Powell, berkumpul untuk Simposium Ekonomi Jackson Hole, di Wyoming, selama tiga hari, sejak Kamis lalu, yang diselenggarakan setiap tahun oleh The Fed wilayah Kansas City sejak 1981.

Simposium Jackson Hole adalah acara di mana para gubernur bank sentral, menteri keuangan, ekonom, dan akademisi dari seluruh dunia berkumpul untuk membahas masalah ekonomi yang paling mendesak saat ini.

Simposium tahun ini berjudul "Pergeseran Struktural dalam Ekonomi Dunia". Dalam acara tersebut, pada pukul 10.05 waktu AS atau 21.05 WIB, Jumat (25/8/2023) Jerome Powell menyampaikan pidato yang memberikan pandangan terbaru terkait kebijakan moneter the Fed ke depan.

Masih sama seperti rencana sebelumnya atau tak ada perubahan, dalam pidatonya Powell menyatakan The Fed "siap" menaikkan suku bunga lebih lanjut apabila "diperlukan". Pernyataan tersebut merujuk pada kesiapan bank sentral yang potensi melanjutkan kebijakan ketat guna mengendalikan inflasi capai target 2%.

"Tugas The Fed adalah menurunkan inflasi hingga mencapai target 2%, dan kami akan melakukannya. Kami telah memperketat kebijakan secara signifikan selama setahun terakhir. Meskipun inflasi telah turun dari puncaknya-suatu perkembangan yang menggembirakan-namun inflasi masih terlalu tinggi" Kata Powell lebih lanjut.

Inflasi negeri paman sam sejak 2021 telah mengalami tren penurunan, hanya saja pada Juli lalu sempat terjadi kenaikan 3,2% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari bulan sebelumnya yang naik 3,0% yoy. Kendati begitu, nilai inflasi inti kembali melandai ke 4,70% yoy dari bulan sebelumnya yang tumbuh 4,80% yoy.

Salah satu perhatian tertuju pada inflasi inti yang sudah turun tajam, tetapi nilainya masih lebih tinggi dibandingkan inflasi umum. Dinamika terjadi pada inflasi barang inti secara keseluruhan.

Terutama untuk barang-barang tahan lama inflasi inti telah turun tajam, karena kebijakan moneter yang lebih ketat dan lambatnya pelepasan dislokasi penawaran dan permintaan. Sektor kendaraan bermotor sejak awal pandemi juga memberikan ilustrasi yang baik, di mana permintaan meningkat, didukung suku bunga rendah pada waktu itu, transfer fiskal, pembatasan belanja layanan tatap muka, dan pergeseran preferensi untuk tidak menggunakan transportasi umum dan tinggal di perkotaan.

Namun karena kekurangan semikonduktor masih terjadi, pasokan kendaraan justru anjlok. Harga kendaraan melonjak, dan sejumlah besar permintaan yang terpendam pun muncul. Seiring dengan berkurangnya pandemi dan dampaknya, produksi dan inventaris meningkat, dan pasokan pun meningkat.

Pada saat yang sama, suku bunga yang lebih tinggi membebani permintaan. Suku bunga pinjaman mobil meningkat hampir dua kali lipat sejak awal tahun lalu, dan pelanggan sudah melaporkan merasakan dampak suku bunga yang lebih tinggi karena terbebani untuk pembayaran angsuran-nya.

Di sektor perumahan yang sangat sensitif terhadap suku bunga, dampak kebijakan moneter mulai terlihat. Suku bunga hipotek meningkat dua kali lipat selama tahun 2022, menyebabkan pembangunan perumahan dan penjualan turun serta pertumbuhan harga rumah anjlok.

Terakhir, pada kategori jasa non perumahan yang menyumbang lebih dari separuh indeks inflasi inti dan mencakup berbagai jasa, seperti layanan kesehatan, jasa makanan, transportasi, dan akomodasi dalam dua belas bulan terakhir tren nya masih sideways. Tetapi

inflasi umum terkait kategori menunjukkan adanya penurunan selama enam bulan terakhir dan hal ini merupakan hal yang menggembirakan. Salah satu alasan rendahnya penurunan inflasi jasa non-perumahan sejauh ini adalah karena banyak dari jasa-jasa tersebut tidak terlalu terpengaruh hambatan rantai pasokan global dan secara umum dianggap kurang sensitif terhadap kepentingan dibandingkan sektor-sektor lain seperti perumahan atau barang tahan lama.

Menilai dari inflasi inti yang tinggi tersebut kebijakan moneter yang ketat potensi diperlukan untuk mencapai kemajuan tersebut. Kendati demikian, Powell juga menegaskan kembali komitmen bank sentral bisa melanjutkan kebijakan ketat, akan tetap disertai pendekatan yang hati-hati apakah pengetatan memang perlu dilakukan atau sudah harus mempertahankan suku bunga.

Dengan itu, The Fed akan menilai lebih banyak data yang masuk beserta prospek dan risiko yang bekembang sebagai bahan pertimbangan keputusan kebijakan September mendatang.

Melansir dari CME Fedwatch Tool, probabilitas mempertahankan suku bunga kembali masih menjadi mayoritas, berada di angka 80%, turun dibandingkan seminggu lalu yang sempat mencapai 89%. Sementara sisanya, 20% masih tetap pada pertimbangan potensi menaikkan suku bunga lagi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected] 

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation