IPO Watch

Bioskop XXI Mau IPO di Agustus, Simak Prospeknya Disini!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
14 July 2023 13:47
Kicauan Dennis Adhiswara soal tempat game Arcade XXI Pondok Indah Mall tutup. (Twitter @OmDennis)
Foto: Kicauan Dennis Adhiswara soal tempat game Arcade XXI Pondok Indah Mall tutup. (Twitter @OmDennis)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan yang menggeluti bisnis bioskop dengan nama beken "Cinema XXI" atau PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk berencana melantai di pasar saham RI pada Agustus mendatang. Calon emiten ini nanti nya bakal listing dengan kode saham CNMA.

Berdasarkan jadwal yang ditetapkan pada prospektus hari ini, Jumat (14/7/2023) menjadi masa terakhir penawaran awal. Akan tetapi masih ada masa penawaran umum yang akan berlangsung pada 27 - 31 Juli 2023 apabila ingin mengantri saham baru dari gelaran aksi Initial Public Offering (IPO). Secara lebih lengkap untuk jadwal proses IPO sebagai berikut :

Penawaran Awal : 10 - 14 Juli 2023
Tanggal Efektif : 25 Juli 2023
Penawaran Umum Perdana Saham ; 27 - 31 Juli 2023
Tanggal Penjatahan : 31 Juli 2023
Tanggal Distribusi Saham : 1 Agustus 2023
Tanggal Pencatatan Pada BEI : 2 Agustus 2023 .

Melalui penawaran umum perdana saham ini, CNMA bakal mengeluarkan saham baru sebanyak-banyaknya 8,33 miliar lembar saham yang setara kepemilikan publik atau free float sebesar 10% dari total modal yang ditempatkan dan disetor. Harga saham batu yang ditawarkan dalam rentang Rp270 - 288/saham, dengan begitu raihan dana segar yang potensi dicapai jika berhasil diserap penuh mencapai Rp2,2 triliun - Rp2,4 triliun dan potensi kapitalisasi pasar mencapai Rp22,5 - 24 triliun.

Target perolehan dana tersebut rencananya mayoritas bakal digunakan untuk ekspansi dengan rincian sekitar 65% untuk pendanaan pengembangan dan ekspansi jejaring Cinema XXI di Indonesia melalui pembangunan bioskop baru untuk menambah jumlah layar, pembelian alat proyek gambar, suara dengan teknologi baru, dan alat lainnya.

Melalui ekspansi ini Cinema XXI berencana menambah jumlah layar sekitar 10% per tahun sampai lima tahun mendatang yang tersebar di kota Tier 1, Tier 2, dan Tier 3. Pada tahun 2023 dan 2024, penambahan layar akan dilakukan di 37 kota yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Sulawesi, serta Kepulauan Riau,

Selanjutnya, 15% dari dana IPO akan digunakan untuk modal kerja bisa dalam pembelian barang dan jasa yang mendukung kegiatan usaha. Terakhir, sekitar 20% akan digunakan untuk membayar sebagian pokok utang lebih awal kepada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan total pokok pinjaman sebesar Rp1,39 triliun per 12 Mei 2023. Harapannya, dengan pembayaran utang lebih awal, saldo kewajiban bisa menyusut menjadi Rp917,10 miliar.

Bagaimana Ketahanan Neracanya?
Berdasarkan data prospektus, laporan posisi keuangan yang terbaru tercatat hingga periode tiga bulan pertama 2023. Pada sisi aset lancar bagian kas dan setara kas sebesar Rp2,04 triliun, menyusut tipis -0,23% secara tahunan (year-on-year/yoy). Apabila dibandingkan dengan kewajiban lancar pada periode yang sama sebesar Rp3,03 triliun bisa mengimplikasi cash ratio sebesar 67,84%. Angka ini menyusut cukup dalam dibandingkan cash ratio akhir tahun lalu yang mencapai 83,08%, ini menunjukkan ketahanan perusahaan dalam membayar utang jangka pendek masih belum terlalu optimal.

Kendati begitu, dengan aksi IPO yang rencananya menggunakan 20% untuk pembayaran sebagian pokok utang diharapkan bisa memperbaiki kesehatan neraca dan kemampuan perusahaan dalam membayar utang ke depan.

Sementara untuk total utang terpantau naik 13,13% yoy, dari Rp4,10 triliun pada akhir 2022 menjadi Rp4,64 triliun pada kuartal I-2023. Sedangkan total modal atau ekuitas malah tergerus -23,58% yoy menjadi Rp2,02 triliun. Perbandingan kedua akun tersebut mengimplikasi pada rasio debt to equity ratio (DER) naik dari 154,82% menjadi 229,20%, ini menunjukkan tingkat utang yang masih terlampaui tinggi, sehingga tak heran Cinema XXI ini membutuhkan suntikan dana segar agar struktur modal lebih terjaga.

Tentang PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNMA)

Sekilas tentang PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNMA) merupakan perusahaan pengelola bioskop terbesar di Indonesia dengan nama "Cinema XXI" yang sudah berdiri sejak 1988. Kegiatan utama perusahaan selain menayangkan film di bioskop juga memiliki bisnis penjualan makanan dan minuman melalui gerai XXI Cafe, The Premier CAfe, XXI Lounge, gerai restoran Hello Sunday dan XXI Cafe Box. Selain itu, pendapatan didapatkan dari iklan yang berbasis offline dan online melalui situs web, serta melalui digital platform m.tix dan tix.id dari imbalan atas layanan.

Berdasarkan data prospektus, kegiatan usaha perusahaan di atas secara konsolidasi sukses menyumbang pendapatan mencapai Rp4,40 triliun hingga akhir 2022. Bioskop menjadi penopang terbesar mencapai Rp2,70 triliun, kemudian disusul makanan dan minuman sebesar Rp1,43 triliun. Lalu dari digital platform senilai Rp116,84 miliar, serta melalui acara dan pendapatan lain sebesar Rp21,8 miliar.

Sebagai informasi, peningkatan pendapatan terjadi karena peningkatan harga rata-rata tiket bioskop secara tahunan dari Rp41.212/tiket menjadi Rp44.704/tiket. Selain itu, efektivitas kinerja juga naik terlihat dari persentase pendapatan makanan dan minuman terhadap bioskop meningkat dari 48,9% menjadi 53%. Kenaikan dua hal tersebut juga disertai dengan jumlah pengunjung yang melesat lebih dari tiga kali lipat dari 22,34 juta orang menjadi 67,05 juta. Ini menunjukkan setengah pengunjung bioskop bisa dipastikan membeli makanan dan minuman sebagai pelengkap sembari menonton film.

Kinerja pendapatan yang solid berhasil menopang beban-beban perusahaan sehingga laba bersih yang dihasilkan sepanjang 2022 berhasil turnaround dibandingkan tahun lalu sebelumnya, dari rugi -Rp365,80 miliar menjadi laba Rp594,53 miliar. Pada kinerja terbaru tiga bulan pertama 2023, secara konsolidasi raihan pendapatan mencapai Rp883,25 miliar. Penopang terbesar masih dari bioskop sebesar Rp530,27 miliar atau setara dengan 60% dari total pendapatan.

Sayangnya raihan ini tidak bisa mengkompensasi beban-beban yang tinggi seperti total beban dan biaya operasi yang mencapai Rp866 miliar, ditambah beban keuangan neto Rp31,92 miliar, serta beban lainnya. Hal ini membuat Cinema XXI harus menghadapi kerugian bersih sebesar -Rp25,58 miliar di tiga bulan pertama 2023.

Prospek Bisnis dan Industri
Sebagai perusahaan pengelola bioskop menjadikan industri hiburan film sebagai faktor utama keberlangsungan bisnis Cinema XXI. Performa film box office sangat ditentukan oleh ketersediaan film, ditambah dengan daya tarik masyarakat yang sangat bervariasi tergantung dari tren, alur cerita, partisipasi sutradara dan aktor terkenal, durasi waktu pemutaran di bioskop, bahkan jadwal rilis yang bersaingan dengan film lainnya.

Efek pandemi pada 2020 yang masih terasa membuat beberapa produksi film tertunda menyebabkan penurunan jumlah film yang ditayangkan. Data prospektus menyebutkan hasil pendapatan XXI pada 2020 turun 82,3% karena film yang diputar hanya 79 sedangkan tahun sebelumnya bisa mencapai 254.

Kendati demikian pada 2023 sudah berbeda cerita, beberapa negara sudah menerapkan kebijakan longgar yang membuat mobilitas kembali normal. Oleh karena itu produksi film baik dalam dan luar negeri sudah semakin digencarkan yang harapkan bisa meningkatkan jumlah film yang diputar.

Bagi Cinema XXI pendapatan dari bioskop masih menjadi penopang utama oleh karena itu jika film yang diputar meningkat disertai dengan mobilitas normal yang bisa meningkatkan pengunjung tentu ke depan akan berdampak optimal bagi pendapatan perusahaan.

Bagaimana Valuasi-nya?

Menilai secara valuasi karena bisnis bioskop berkaitan erat dengan aset tetap seperti layar, sound, kursi, dll yang nilainya mengalami terdepresiasi setelah dipakai bertahun-tahun, maka metrik yang kami rasa cocok menggunakan Enterprise Value (EV)/EBITDA. Menggunakan perhitungan total saham beredar diperkirakan sebanyak 83,3 miliar, potensi valuasi EV/EBITDA CNMA berdasarkan harga saham pada rentang Rp270 - 288/saham yang dihasilkan sebesar 14,6 kali sampai 15,5 kali.

Membandingkan dengan kompetitor regional seperti PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ), PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA), PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA) dan PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE) sebagai berikut :

Berdasarkan data diatas terlihat nilai EV/EBITDA CNMA di kisaran 14,6 - 15,5 kali masih terbilang dibawah rata-rata industri sebesar 17,07 kali yang menunjukkan secara teoritis valuasi-nya masih murah atau terdiskon sekitar 9,19% sampai dengan 14,46%.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected] 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation