
Kurangi Batu Bara & Fokus EV, Saham TOBA Menarik Dikoleksi

- Turunnya harga saham TOBA sebesar 26 persen memberikan peluang bagus di tengah valuasi yang atraktif
- Batu bara, yang saat ini harganya tertekan, masih memiliki prospek yang baik seiring permintaan domestik masih kuat.
- Mulai fokusnya perusahaan ke energi terbarukan dan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) bisa menjadi peluang untuk membuka valuasi anyar TOBA.
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menjadi salah satu yang merosot di antara emiten tambang batu bara lainnya tahun ini. Namun, penurunan tersebut membuat valuasi TOBA menjadi menarik.
Batu bara sudah melewati pesta besar-besaran tahun lalu. Pada 23 Februari 2022 harga batu bara berada di kisaran US$ 237/ton.
Sementara rekor terakhir tercipta pada 5 September 2022 di posisi US$ 463,75 per ton.
Ini ditopang sentimen kenaikan harga komoditas global, termasuk batu bara, imbas dari ketatnya pasokan seiring meletusnya perang Rusia-Ukraina pada Februari tahun lalu.
Sepanjang 2022, indeks sektor energi (IDXENERGY) memimpin kenaikan sektoral di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kenaikan luar biasa 100,05%.
Kini, harga batu bara kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$137,05/ton pada Senin (11/7). Harganya ambles 3,4%. Ini menjadi yang terendah sejak 21 Juni 2023.
Bila diukur sejak awal tahun, harga batu bara sudah terjun bebas hingga minus 64,8%.
TOBA pun terkena efek boom tersebut.
Menilik laporan keuangan pada 2022, TOBA membukukan pendapatan sebesar US$ 635,79 juta. Raihan tersebut melonjak 37,41% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari posisi akhir 2021 di US$ 462,66 juta.
Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan TOBA mencapai US$ 57,82 juta atau tumbuh 20,25% (yoy). Pada 2021, TBS Energi Utama membukukan laba bersih senilai US$ 48,08 juta (yoy).
Dengan laba tersebut, TOBA membagikan dividen senilai US$ 6,9 juta dari tahun buku 2022. Setiap pemegang saham emiten yang tengah bertransformasi menjadi perusahaan energi terintegrasi tersebut memperoleh US$ 0,00085 per saham.
Sementara, per kuartal I 2023 TOBA membukukan laba bersih US$8,61 juta, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu US$9,29 juta.
Adapun, pendapatan mencapai USD129,56 juta, tumbuh 16,82% dari kuartal I tahun sebelumnya yang mencapai USD110,91 juta.
Asal tahu saja, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yakni Luhut Binsar Panjaitan merupakan pemegang saham minoritas tidak langsung TOBA.
Per 31 Mei 2023, Luhut melalui PT Toba Sejahtera memiliki saham TOBA sebesar 804.927.244 lembar atau sekitar 9,929%.
Marjin laba kotor (GPM) TOBA 16,86%, dengan marjin laba usaha 11,30% dan marjin laba bersih (NPM) 6,65%. Metrik penting macam return on equity (ROE) dan return on assets (ROA) juga menarik, masing-masing 9,92% dan 3,80%.
Dari rasio likuiditas, debt to equity ratio (DER) TOBA 135,17%, dengan quick ratio (QR) yang baik 175,30% dan current ratio (CR) yang juga baik 196,51%.
Valuasinya Menarik
Dengan harga yang sudah turun signifikan dan fundamental yang masih solid, valuasi TOBA termasuk menarik.
Rasio populer price-to earnings (P/E, PER) TOBA 7 kali dan rasio price-to book value (PBV) yang sebesar 0,69 di bawah industri 1,84 kali.
Secara historis, PER TOBA saat ini juga berada di bawah rerata 5 tahun (9,7 kali). Demikian pula PBV yang lebih rendah dari rata-rata 5 tahun terakhir (1,33 kali).
Melihat dua metrik tersebut dan potensi kinerja ke depan, harga wajar (fair value) saham TOBA berada di angka Rp660/saham atau ada potensi kenaikan 47,32% dari harga penutupan 10 Juli 2023 (Rp448/saham).
Profil TBS Energi
TBS Energi awalnya didirikan dengan nama PT Buana Persada Gemilang pada 2007. Kemudian, PT Buana Persada Gemilang berubah nama menjadi PT Toba Bara Sejahtra pada 2010.
Perusahaan kemudian melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Juli 2012.
Pada 2020, PT Toba Bara Sejahtra Tbk mengubah namanya menjadi PT TBS Energi Utama Tbk.
Perusahaan ini merupakan salah satu produsen batubara termal di Indonesia dengan lokasi konsesi di Sangasanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur dengan luas konsesi sekitar 7.087 hektar yang terdiri dari 3 tambang. Ketiga tambang ini dikelola oleh 3 anak perusahaan, yaitu PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN), PT Indomining (IM), dan PT Trisensa Mineral Utama (TMU).
TOBA memiliki 14 juta ton cadangan batu bara dengan produksi 3 - 4 juta ton/tahun.
Pada 2013, TOBA memperluas usahanya ke bidang pengolahan minyak kelapa sawit dengan mengakuisisi PT Perkebunan Kaltim Utama I (PKU) untuk menyelesaikan tumpang tindih lahan.
Untuk memaksimalkan perkebunan kelapa sawit ini, perusahaan membangun pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton per jam untuk memproses hasil perkebunan. Pabrik kelapa sawit ini telah beroperasi sejak pertengahan 2016.
Pada tahun yang sama, perusahaan ini juga mengembangkan usaha di sektor kelistrikan sebagai bagian dari strategi menjadi perusahaan energi terintegrasi. TOBA mendirikan anak perusahaan bernama PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) untuk mengembangkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sulbagut-1 dengan kapasitas 2x50MW di Provinsi Gorontalo.
Pada 2017, perusahaan mendirikan anak perusahaan kedua di sektor kelistrikan yaitu PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL). MCL fokus pada pengembangan proyek PLTU Sulut-3 dengan kapasitas 2x50MW di Provinsi Sulawesi Utara.
Kemudian, pada selam 3 tahun kemudian, perusahaan melalui entitas anaknya, PT Toba Bara Energi (TBAE), juga memperluas portofolio bisnis di sektor kelistrikan dengan mengakuisisi 49% saham PT Adimitra Energi Hidro (AEH) yang bergerak di bidang pengembangan pembangkit listrik tenaga air, serta mengakuisisi PT Bayu Alam Sejahtera (BAS) yang bergerak di bidang pengembangan pembangkit listrik tenaga angin.
Sebelumnya, pada 2017, AEH ditetapkan oleh PLN sebagai calon pengembang proyek Pembangkit Tenaga Listrik Minihidro (PLTM) 2x3MW yang terletak di Sungai Way Besay, Kecamatan Sumber Jaya, Provinsi Lampung. AEH telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) dengan PLN pada 22 Februari 2021 yang mulai berlaku efektif pada 22 Maret 2021.
Selain pengembangan pembangkit listrik energi terbarukan, perusahaan juga melihat potensi pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV), terutama sepeda motor listrik. Ekosistem sepeda motor listrik meliputi industri sepeda motor listrik dan baterai dalam negeri, jaringan penjualan dan layanan purna jual, serta infrastruktur stasiun penukaran baterai.
TOBA pun memutuskan untuk masuk ke bisnis sepeda motor listrik sebagai salah satu pengembangan lanskap bisnis baru yang sejalan dengan peta jalan pengembangan bisnis energi bersih dan terbarukan 2021-2030.
Akhirnya, pada 2021, perusahaan berkolaborasi dengan Grup GoTo (kode ticker: GOTO) untuk mendirikan perusahaan patungan bernama PT Energi Kreasi Bersama dengan merek dagang "Electrum", yang berfokus untuk mengembangkan bisnis sepeda motor listrik secara terintegrasi.
Prospek TOBA
Pada 2023, perekonomian global dihadapkan pada tantangan yang berat, bahkan ancaman resesi yang mengintai di segala sudut.
Bank Dunia dalam laporan World Bank Global Economic Prospects pada Januari 2023 memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi global akan melambat menjadi 1,7% pada 2023. Pertumbuhan ini akan menjadi yang paling rendah dalam hampir tiga dekade.
Terdapat sejumlah faktor yang akan membebani pertumbuhan ekonomi global, seperti kebijakan moneter yang ketat di beberapa negara, konflik berkelanjutan antara Rusia dan Ukraina, tingkat suku bunga yang tinggi, efek tersisa dari inflasi akibat kenaikan harga energi dan bahan pangan, serta melambatnya perdagangan global.
Meskipun pertumbuhan melambat, volume perdagangan batu bara termal diperkirakan akan meningkat tahun ini karena peningkatan permintaan dari China, India, dan Asia Tenggara.
El Nino diperkirakan akan terjadi pada 2023 sehingga akan membatasi produksi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), sementara pertumbuhan ekonomi yang kuat di negara dan wilayah tersebut akan meningkatkan kebutuhan listrik.
Meskipun pada awal tahun permintaan di Eropa diperkirakan terbatas karena pasokan gas dan batu bara yang cukup setelah musim dingin yang moderat, masih ada ancaman kekurangan bahan bakar. Pasokan diperkirakan akan pulih seiring dengan permintaan, tetapi gangguan cuaca tetap menjadi tantangan.
Dalam jangka panjang, pertumbuhan permintaan domestik yang kuat akan terus mendukung permintaan batu bara. Peristiwa tahun 2022 membuktikan bahwa batu bara merupakan sumber energi yang dapat diandalkan untuk menghindari krisis energi di tengah ketidakpastian.
Selain itu, pembangkit listrik baru sedang direncanakan untuk dibangun di Asia pada dekade ini demi keberlanjutan energi.
Faktor-faktor tersebut akan mendukung kebutuhan batu bara termal dalam jangka panjang dan juga harga, karena pasokan diperkirakan akan stabil akibat kurangnya investasi, hambatan infrastruktur, dan peraturan pemerintah di berbagai negara.
Sementara itu, perkembangan energi terbarukan masih berlangsung dengan lambat. Penambahan energi terbarukan hanya mencapai 0,55% per tahun dalam beberapa tahun terakhir.
Untuk mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 23% dari energi primer pada tahun 2025, diperlukan pertumbuhan sekitar 2-3% per tahun.
Kecepatan penambahan kapasitas energi terbarukan terhambat oleh keterlambatan pelaksanaan sejumlah proyek energi terbarukan yang tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) akibat tertundanya beberapa proses tender.
Namun, terdapat beberapa faktor positif yang dapat mempengaruhi prospek pertumbuhan energi terbarukan pada 2023.
Komitmen pemerintah untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan semakin kuat dalam upaya mencapai target 23% pada 2025. Salah satu contohnya adalah Just Transition Partnership (JETP) yang disepakati dalam pertemuan G20 di Bali pada tahun 2022, yang menargetkan puncak emisi sebesar 290 juta ton CO2e dan target bauran energi terbarukan sebesar 34% pada 2030.
JETP adalah program kerja sama antara International Partners Group (IPG), pemerintah Indonesia, Denmark, dan Norwegia, yang dipimpin bersama oleh Jepang dan Amerika Serikat.
IPG akan mengalokasikan dana sebesar 20 miliar dolar AS selama 3-5 tahun ke depan untuk membantu Indonesia beralih dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan.
Dengan dukungan JETP, pemerintah, Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan pemilik wilayah usaha kelistrikan akan mendapatkan sumber pendanaan yang murah untuk mempercepat pembangunan pembangkit energi terbarukan.
Namun, peningkatan bauran energi terbarukan masih sangat bergantung pada PLN. Bagaimana PLN mengatasi surplus pasokan, melakukan lelang pembangkit secara berkala dan terjadwal, serta memberikan kelonggaran izin PLTS Atap akan menentukan penambahan pembangkit energi terbarukan.
Dalam 10 tahun terakhir, popularitas kendaraan listrik telah meningkat pesat. Penjualan kendaraan listrik dari tahun ke tahun menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.
Menurut laporan Bloomberg New Energy Finance (BNEF), hingga akhir 2021, hampir 20 juta kendaraan listrik telah beroperasi di seluruh dunia. Kendaraan listrik telah menjadi pilihan yang menarik bagi masyarakat global untuk meningkatkan efisiensi energi, mengurangi emisi gas buang, dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak.
Indonesia telah menyatakan kesiapannya untuk memasuki era kendaraan listrik. Hal ini diperkuat oleh Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) untuk Transportasi Jalan.
Peraturan ini diikuti oleh berbagai peraturan turunan di tingkat Kementerian, seperti Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi, Peta Jalan Pengembangan, dan Ketentuan Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
Regulasi ini berfungsi sebagai panduan bagi pemangku kepentingan industri otomotif dalam mengembangkan strategi, kebijakan, dan program untuk mencapai target Indonesia sebagai basis produksi dan pusat ekspor kendaraan listrik.
Percepatan program kendaraan listrik akan membantu mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) dan meningkatkan ketahanan energi nasional. Tujuan untuk menghentikan impor BBM, terutama bensin, diharapkan dapat tercapai sebelum 2030.
Di masa depan, penggunaan kendaraan listrik di Indonesia diharapkan meningkat secara signifikan, sambil mendukung target nol emisi pada 2060.
Pemerintah menargetkan produksi KBLBB mencapai 600 ribu unit mobil roda empat atau lebih dan 2,45 juta unit sepeda motor roda dua pada 2030.
Pada tahun yang sama, pemerintah juga berencana menyediakan sekitar 30 ribu unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan sekitar 67 ribu unit Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik (SPBKLU).
Produksi kendaraan listrik diharapkan dapat mengurangi emisi CO2 sebesar 2,7 juta ton untuk kendaraan roda empat atau lebih dan 1,1 juta ton untuk kendaraan roda dua.
Kebutuhan yang meningkat akan baterai kendaraan listrik juga dipandang memiliki peran strategis dalam rantai pasok global industri kendaraan listrik. Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dan juga cadangan bahan baku utama seperti kobalt, mangan, dan aluminium.
Saat ini, terdapat sembilan perusahaan yang mendukung industri baterai, termasuk perusahaan penyedia bahan baku dan produsen baterai.
Dengan demikian, Indonesia dapat mendukung rantai pasokan baterai kendaraan listrik mulai dari bahan baku, kilang, manufaktur sel baterai, perakitan kendaraan listrik, hingga daur ulang baterai.
Untuk rencana ke depan, prioritas TOBA pada 2023 adalah memastikan kelancaran operasional tambang dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), serta menjamin proyek pembangkit listrik tenaga matahari (PLTM) di Lampung yang sedang dalam tahap konstruksi berjalan sesuai jadwal.
Perseroan juga akan terus mendorong pertumbuhan portofolio energi terbarukan dan pengembangan ekosistem sepeda motor listrik sebagai bagian dari komitmen TBS2030, yang bertujuan untuk memberikan akses masyarakat kepada energi bersih dan transportasi dengan emisi karbon yang rendah.
Setelah menyelesaikan tahap uji coba komersial dengan mitra pengemudi Gojek dengan jarak tempuh sekitar 4,5 juta kilometer pada akhir tahun 2022, pada tahun 2023, Electrum akan menghadirkan prototipe sepeda motor listrik dan baterai yang disesuaikan dengan harapan dan kebutuhan pengguna.
Melihat peluang dan tantangan, baik untuk segmen batu bara dan masa depan EV, serta valuasi saham yang terbilang menarik saat ini, TOBA bisa menjadi salah satu portofolio menarik.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(trp/trp)