FUNDAMENTAL PUNDIT

2 Misteri di Balik Kenaikan Saham TOBA, Apa Saja?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
22 July 2025 13:25
TBS Energi Utama. (Dok. TBS Energi Utama)
Foto: TBS Energi Utama. (Dok. TBS Energi Utama)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik bagi sektor pemulihan material sampah. Pemerintah tengah merampungkan revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang percepatan pembangunan instalasi pengelolaan sampah menjadi energi listrik (PSEL) berbasis teknologi ramah lingkungan. Revisi ini bertujuan menyederhanakan proses perizinan serta pengelolaan dan mekanisme pembayaran.

Revisi ini sudah mencapai tahap finalisasi, tinggal menanti untuk disahkan. Pemerintah daerah nantinya akan bertanggung jawab menyediakan pasokan sampah dan lokasi pengelolaan sampah terpadu (TPST).

Dalam Perpres tersebut, pemerintah daerah dapat menjamin ketersediaan sampah 1.000 ton per hari dan menyediakan lahan.

Pengelolaan sampah berpotensi menghasilkan tiga produk yakni bahan bakar minyak (BBM) terbarukan, bioenergi, dan listrik.

Hal ini pun menguntungkan salah satu saham yang baru saja masuk ke dalam industri material sampah yakni PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA). Emiten ini merupakan perusahaan energi terintegrasi yang bergerak di berbagai bidang, termasuk energi terbarukan, pertambangan, perkebunan, dan kendaraan listrik. Kini TOBA sedang bertransformasi menuju bisnis yang lebih berkelanjutan dengan fokus pada energi hijau.

Untuk bisnis batu bara, PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) memastikan cadangan batu bara dari tiga tambang batu baranya akan berakhir pada rentang 2025 sampai dengan 2027. Hal ini sejalan dengan rencana perseroan untuk mencapai netralitas karbon pada 2030 melalui inisiatif TBS 2030.

Keputusan ini disebabkan karena cadangan batu bara atau coal reserve sudah habis meski izin eksplorasinya masih ada. Pihaknya pun tidak berniat untuk melanjutkan demi menekan emisi karbon perusahaan.

TOBA merinci tiga tambang yang operasionalnya tidak akan dilanjutkan kembali antara lain PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN), PT Indomining (IM) dan PT Trisensa Mineral Utama (TMU).

Penghabisan masa tambang ini tentu akan berpengaruh ke pendapatan perseoan. Namun, perusahaan TOBA sudah menyiapkan strategi untuk menambal EBITDA perusahaan usai aksi ini.

Adapun akuisisi yang disebutkan mengacu kepada proses pengambilalihan mengakuisisi seluruh saham Sembcorp Industries (Sembcorp) di anak usahanya, Sembcorp Environment Pte. Ltd, berbasis di Singapura.

Langkah akuisisi ini adalah bagian dari strategi TOBA, dalam membangun platform pengelolaan limbah terintegrasi di Asia Tenggara.

Selain itu, TOBA juga menyiapkan dana segar hasil divestasi dua Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) miliknya di Sulawesi Utara (Sulut) yakni PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) sebesar US$144,8 juta atau sekitar Rp2,28 triliun untuk mengembangkan bisnis baru terbarukan.

Melalui divestasi MCL, TOBA akan mengurangi eksposur terhadap aset energi berbasis fosil secara signifikan, sekaligus mempercepat upaya dekarbonisasi perusahaan menuju netralitas karbon. Langkah strategis ini diperkirakan akan memangkas lebih dari 750.000 ton emisi karbon dioksida ekuivalen (CO₂ ekuivalen) per tahun, setara dengan lebih dari 45% total emisi karbon TOBA pada 2024.

Kabar Danantara yang akan berfokus pada investasi di bidang pengelolaan sampah, khususnya proyek "waste to energy" (sampah menjadi energi) pun akan menguntungkan TOBA.

Danantara akan berinvestasi dalam pembangunan fasilitas pengolahan sampah menjadi energi listrik. Proyek ini akan dijalankan melalui kerja sama dengan pemerintah daerah dan melibatkan pihak swasta sebagai investor.

Fasilitas pengolahan sampah akan dibangun di berbagai daerah yang membutuhkan, dimulai di Bantargebang, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) terbesar di Indonesia, dan bahkan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara.

Dari sisi target, Danantara ingin mempercepat pengembangan proyek "waste to energy" dan mendukung target pemerintah dalam menyelesaikan masalah sampah nasional pada tahun 2029.

Hal-hal tersebut yang pada akhirnya mendorong kenaikan saham TOBA hingga 100% hanya dalam waktu dua bulan terakhir. Sepanjang tahun ini, saham TOBA bahkan telah melejit 183% hingga perdagangan Senin (21/7/2025) di level Rp1.125 per lembar saham.

Akan tetapi anehnya pergerakan saham TOBA terjadi di tengah penurunan kinerja keuangan pada tiga bulan pertama tahun 2025.

TOBA masih mencatatkan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih sebesar US$60,05 juta pada kuartal I 2025, berbalik dari posisi sebelumnya laba bersih US$11,52 juta.

Kerugian didorong oleh pendapatan dari kontrak dengan pelanggan US$71,51 juta, turun 42,47% dari periode yang sama tahun lalu US$124,32 juta. Beban pokok pendapatan US$64,44 juta, merosot dari US$104,42 juta. Laba kotor tercatat US$7,07 juta, melorot dari US$19,89 juta.

Beban penjualan US$70,72 ribu, terjun dari US$634,44 ribu. Beban umum dan administrasi US$10,5 juta, bengkak dari US$8,84 juta. Pendapatan operasi lain US$9,65 juta, turun dari US$19,14 juta. Beban operasi lain US$1,92 juta, naik dari US$168,06 ribu. Laba usaha US$4,22 juta, drop dari US$29,39 juta.

Rugi atas divestasi entitas anak US$50,97 juta, muncul dari nihil. Penghasilan keuangan US$539,4 ribu, susut dari US$802,88 ribu. Beban keuangan US$13,02 juta, bengkak dari US$9,24 juta. Bagian atas rugi entitas asosiasi dan ventura bersama US$8,81 ribu, susut dari US$51,3 ribu. Rugi sebelum pajak penghasilan US$59,25 juta, anjlok dari US$20,89 juta.

Meskipun secara kinerja keuangan kurang baik, akan tetapi saham TOBA yang telah melesat signifikan nyatanya masih mencatatkan valuasi murah.

tobaFoto: toba

Harga wajar saham TOBA berada di level Rp1.679, sementara pada penutupan perdagangan saham TOBA kemarin masih berada di level Rp1.125. Sehingga masih memiliki upside hingga 49%.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Most Popular
Recommendation