
Malapetaka Benar - Benar Ancam Bumi, Dunia Rugi Rp37 Ribu T

- Malapetaka baru kini tengah mengintai negara-negara di dunia yang dampaknya tak bisa dianggap sepele.
- Gelombang panas yang kini banyak menerpa negara di Asia telah menerjang Eropa. Anomali cuaca terjadi di Spanyol yang menyebabkan kekeringan panjang.
- Selain dampaknya terhadap manusia, potensi kerugian ekonomi akibat suku bak 'neraka' ini semakin serius.
Jakarta, CNBC Indonesia - Petaka mengerikan kini tengah mengintai bumi. Bukan tanpa alasan, rekor terpanas bumi belakangan di beberapa wilayah dampaknya serius dan begitu mengerikan. Gelombang panas menjadi salah satu dampak berat dari perubahan iklim yang sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Bumi dilaporkan memecahkan rekor tidak resmi untuk hari terpanas dalam 120.000 tahun pekan lalu. Hal ini disampaikan oleh laporan beberapa analis iklim.
Dalam catatan proyek reanalyzer iklim Universitas Maine misalnya, rekor dipecahkan pada hari Senin, Selasa, dan Kamis pekan lalu. Laporan institusi itu, mengutip The Hills pada Kamis (13/7/2023), menambahkan untuk periode tujuh hari yang berakhir Rabu lalu, suhu rata-rata harian adalah 0,04C, lebih tinggi daripada minggu mana pun dalam 44 tahun pencatatan.
Laporan Nature juga mengamini gelombang panas menyerang bumi. Meski tak spesifik mengeluarkan data 2023, data 2022 menunjukkan hal tersebut.
Sebagaimana diketahui, musim panas 2022 di Eropa menjadi saksi rekor terpanas di benua itu.Bahkan 61.000 orang tewas, dengan dominasi perempuan. Para peneliti menganalisisnya data dari database kematian Eurostat untuk 35 negara. Dilaporkan ada 61.672 orang meninggal akibat penyakit terkait panas antara 30 Mei dan 4 September.
Memang pada dasarnya gelombang panas ini sudah menjadi langganan setiap tahunnya. Memang suhu yang terjadi berbeda beda. Berikut rincian gelombang panas yang dirangkum Tim Riset sejak tahun 2016 hingga 2022 sebagai gambaran bahwa gelombang panas nyatanya terus mengancam negara di dunia.
Sampai di pertengahan tahun 2023 ini, gelombang panas yang kini banyak menerpa negara di Asia telah menerjang Eropa. Sebelumnya, kabar suhu bak 'neraka' ini menyerang India, China dan negara-negara Asia lainnya.
Cuaca ekstrem di India membuat 90% negara itu rentan terhadap risiko kesehatan masyarakat seperti sengatan panas, kekurangan makanan, dan bahkan kematian. Temperatur yang melonjak juga dapat memperlambat ekonomi negara dan menghambat tujuan pembangunannya.
China juga mengalami hal serupa, Cuaca terik berkelanjutan selama bulan Mei, menyebabkan China dihadapkan gelombang panas yang tak henti. Konsumsi listrik dalam tekanan akibat permintaan AC yang melonjak di kota-kota besar, seperti Shanghai.
Diketahui bahwa Shanghai dilaporkan mengalami suhu terpanas selama 100 tahun di 23 Mei 2023 lalu. Dan kondisi serupa ini juga dilaporkan terjadi di wilayah lain di Asia, seiring dengan bakal dimulainya musim panas di belahan bumi utara.
Akibat kondisi ini, konsumsi listrik di pusat-pusat industri di selatan China, termasuk Guangdong dilaporkan melonjak dalam beberapa hari terakhir. Salah satu operator jaringan listrik, China Southern Power Grid, bahkan melaporkan beban puncak telah melampaui 200 juta kilowatt, mendekati rekor tertinggi dalam sejarah.
Kian Mengerikan, Eropa Mengikuti Jejak Negara Asia!
Lebih dari 230 orang di Provinsi British Columbia, Kanada, dilaporkan meninggal dunia akibat gelombang panas yang memicu peningkatan suhu ekstrem. Eropa tengah menghadapi cobaan luar biasa. Ancaman Cerberus mengintai negara-negara di Eropa.
Apa itu Cerberus? Ini diartika sebagai monster berkepala tiga yang muncul di puisi epik Romani, Inferno, sebagai penjaga gerbang neraka. Peristiwa alam ini Siberia nama monster karena dampaknya sangat dahsyat.
Cerberus itu diyakini bakal membuat rekor şuhu di Italia hingga melewati 45 derajat celcius. "Bumi mengalami demam tinggi dan Italia merasakannya secara langsung," kata Kepala Masyarakat Meteorologi Italia, Luca Mercalli yang dikutip dari CNN International.
Gelombang panas di Eropa ini disebabkan olehheat dome(kubah panas). Ini tercipta akibat area bertekanan tinggi yang tetap berada di tempat sama untuk waktu lama, sehingga menjebak udara panas di bawahnya.
Jumat lalu, suhu sangat tinggi juga terjadi di Italia tengah dan selatan. Ibu kota Italia pun rekor antara 40 dan 45 derajat Celcius.
Kondisi ini telah merenggut satu nyawa yakni pekerja konstruksi jalan yang usianya sudah 44 tahun.
Sejak itu, mucul petisi soal aturan melindungi pekerja selama gelombang panas. Panas yang ekstrem ini pada akhirnya bisa memicu korban-korban berikutnya yang tak terduga. Belajar saja dari India saat itu, rumah sakit chaos dan pada akhirnya banyak yang tak tertolong.
PBB Sudah Wanti-wanti 'Malapetaka' Ini
Sebenarnya, PBB juga mengamini "petaka" baru bumi ini. Pekan lalu, Badan Meteorologi Dunia (WMO) mengumumkan permulaan fenomena El Niño di dunia.
WMO memperingatkan seluruh pemerintahan di dunia untuk bersiap menghadapi cuaca ekstrem dan suhu tertinggi dalam waktu beberapa bulan mendatang. El Nino adalah pola iklim alami di Samudra Pasifik tropis yang membawa suhu permukaan laut yang lebih hangat dari rata-rata dan berpengaruh besar terhadap cuaca di Bumi.
Organisasi Meteorologi Dunia memperkirakan bahwa ada kemungkinan 90% dari peristiwa El Nino bertahan hingga paruh kedua tahun ini dan diperkirakan "setidaknya dengan kekuatan sedang".
Ini mendesak pemerintah di seluruh dunia untuk menanggapi deklarasinya dengan mengambil langkah segera untuk membantu melindungi kehidupan makhluk hidup dan mata pencaharian.
"Permulaan El Nino akan sangat meningkatkan kemungkinan memecahkan rekor suhu dan memicu panas yang lebih ekstrem di banyak bagian dunia dan di lautan," kata Petteri Taalas, sekretaris jenderal WMO dikutip CNBC International.
"Deklarasi El Nino oleh WMO adalah sinyal bagi pemerintah di seluruh dunia untuk memobilisasi persiapan guna membatasi dampak terhadap kesehatan kita, ekosistem kita, dan ekonomi kita," katanya.
Peringatan dini dan tindakan antisipatif dari peristiwa cuaca ekstrem yang terkait dengan fenomena iklim besar ini sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian.
Pembaruan mengikuti laporan dari National Oceanic and Atmospheric Administration pada awal Juni, yang mengatakan bahwa kondisi El Nino hadir dan diperkirakan secara bertahap menguat hingga musim dingin di Belahan Bumi Utara.
WMO juga memperingatkan ada 66% kemungkinan bahwa rata-rata tahunan suhu global dekat permukaan antara tahun 2023 dan 2027 akan secara singkat melampaui 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri untuk setidaknya 1,5 derajat Celcius. setidaknya satu tahun.
Ambang batas 1,5 derajat Celcius adalah batas suhu global aspirasional yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris 2015 yang penting.
Pentingnya diakui secara luas karena apa yang disebut titik kritis menjadi lebih mungkin melampaui tingkat ini. Titik kritis adalah ambang di mana perubahan kecil dapat menyebabkan perubahan dramatis pada seluruh sistem pendukung kehidupan Bumi.
Banyak ilmuwan iklim telah memproyeksikan cuaca ekstrem terjadi setiap 30 tahun sekali atau lebih di Asia Selatan. Namun tak sesuai dugaan, perubahan iklim mempercepat terjadinya cuaca ekstrim di sejumlah belahan Bumi.
Perubahan iklim menjadi pemicunya! PBB juga menyebutkan bahwa bahan bakar fosil seperti batubara, minyak, dan gas, adalah penyumbang terbesar perubahan iklim, lebih dari 75% emisi gas rumah kaca dan hampir 90 persen dari seluruh emisi karbon dioksida.
Maka, saat emisi gas rumah kaca menyelimuti Bumi, sinar matahari akan terperangkap.
Tak Main-main! Ini Dampaknya Bagi Manusia
Sudah jelas, dampak bagi manusia yakni kematian! Itu memang dampak terparahnya. Namun seminimal mungkin dampaknya bagi manusia adalah potensi kecelakaan, kelelahan, banyak aktifitas yang terganggu karena kekeringan.
Lingkungan kerja pas
ti lebih menantang. Hal ini bisa menciptakan masalah yang berkaitan dengan produktivitas juga berlaku untuk peralatan, fasilitas, dan bangunan.
Kepanasan pada akhirnya mengakibatkan hilangnya produktivitas ekonomi, hal ini berdampak pada ekonomi nasional dan internasional.
Selain itu, dampaknya nyata bakal berpengaruh kepada sektor pertanian hal ini tentu erat kaitannya dengan pangan.
El Nino ini merupakan fenomena alam yang dapat memiliki dampak signifikan terhadap sektor pertanian. Dalam sektor pertanian, El Nino dapat menjadi tantangan besar karena dapat mengganggu pola cuaca yang berdampak pada produksi pertanian dan kesejahteraan petani.
Dampak signifikannya mulai dari kekeringan, gangguan musim tanam, munculnya hama dan penyakit, penurunan kualitas tanaman sehingga memunculkan ketidakstabilan pasar hingga krisis pangan.
Oleh karena itu, pemantauan dan pemahaman yang baik tentang El Nino sangat penting agar dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dan penyesuaian yang tepat untuk mengurangi dampaknya.
Awas! Proyeksi Kerugian Bisa Mencapai US$ 2.400 Miliar Pada 2070
Eropa sudah dicengkram gelombang panas mengerikan pada musim panas 2022 lalu, ini memunculkan dampak yang tak 'main-main'. Misalnya kebakaran hutan, kekeringan, hingga kematian. Dampak ini sebetulnya sudah banyak diketahui orang di seluruh dunia. Cuaca ekstrem dapat menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan.
Kantor Met Inggris memproyeksikan bahwa musim panas di negara Eropa akan lebih hangat antara 1 dan 6 derajat Celcius pada tahun 2070, dan sebanyak 60% lebih kering.
Ia menambahkan bahwa gelombang panas global yang terkait dengan perubahan iklim cenderung meningkat. Baru minggu ini dikatakan bulan lalu adalah Juni terpanas di Inggris dalam catatan.
Gambaran keseluruhannya menantang. Pada Mei 2023, Organisasi Meteorologi Dunia mengatakan "ada kemungkinan 98% bahwa setidaknya satu dari lima tahun ke depan, dan periode lima tahun secara keseluruhan, akan menjadi rekor terpanas."
Sebuah laporan baru-baru ini dari Institution of Mechanical Engineers (IMechE) menggambarkan bagaimana karyawan dapat terpengaruh saat suhu naik.
"Kenyamanan termal sangat penting di tempat kerja dan jika tidak tercapai, moral, produktivitas, kesehatan, dan keselamatan kemungkinan besar akan memburuk," kata analisis tersebut.
Menurut mereka yang terlibat dalam produksi laporan tersebut, lingkungan kerja yang lebih hangat dapat menciptakan beberapa skenario yang sangat menantang.
"Ada banyak hal selain hanya orang-orang yang menjadi lelah dan kelelahan dan tidak dapat fokus pada tugas-tugas industri yang mereka coba lakukan," kata Tim Fox, penulis utamanya, kepada CNBC International.
Itu termasuk "peningkatan potensi kecelakaan, karena pemikiran kognitif orang tidak setajam biasanya".
Masalah yang berkaitan dengan produktivitas juga berlaku untuk peralatan, fasilitas, dan bangunan. Sehingga, kepanasan pada akhirnya mengakibatkan hilangnya produktivitas ekonomi, hal ini berdampak pada ekonomi nasional dan internasional.
Fox dan rekan penulisnya tidak sendirian dalam menyoroti kesulitan dunia yang lebih panas. Pada tahun 2019, Organisasi Perburuhan Internasional menerbitkan sebuah laporan yang berisi beberapa detail serius.
"Kerugian ekonomi akibat tekanan panas di tempat kerja diperkirakan mencapai US$ 280 miliar pada tahun 1995, kemudian diproyeksikan meningkat menjadi US$2.400 miliar pada tahun 2030, dengan dampak tekanan panas yang paling terasa di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah dan rendah" kata badan PBB tersebut.
Bila dihitung dengan rupiah kerugian mencapai Rp 37.462 triliun.
London School of Economics and Political Science ((LSE) bahkan memperkirakan kerugian akibat perubahan iklim bisa menembus US$ 1-1,8 triliun pada 2050.
Laporan ILO juga menyoroti sektor mana yang kemungkinan akan menanggung beban kenaikan suhu rata-rata.
Akibat suhu panas ini, mereka yang bekerja di bidang konstruksi dan pertanian diperkirakan akan terkena dampak terburuk masing-masing menyumbang 60% dan 19% dari jam kerja yang hilang akibat tekanan panas pada tahun 2030.
Maka dari itu, perubahan iklim seperti ini adalah masalah serius. ILO menggambarkannya sebagai mengacu pada "panas yang diterima melebihi apa yang dapat ditoleransi tubuh tanpa gangguan fisiologis."
Pekerjaan luar ruangan lainnya mungkin juga terpengaruh. Dalam wawancaranya dengan CNBC, Fox menyoroti potensi tantangan yang dihadapi para pekerja di kilang minyak, pabrik gas, dan pekerjaan kimia.
Situasi keseluruhan tampak serius. Bagi banyak orang, persiapan dan adaptasi akan menjadi sangat penting.
IMechE mengatakan ini akan melibatkan perubahan pada desain bangunan, infrastruktur, dan aset serta sistem fisik lainnya, baik yang berkaitan dengan yang sudah ada maupun yang belum dibangun atau diproduksi, serta pekerjaan, pendidikan, rekreasi. dan kegiatan lain yang dilakukan manusia.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan bersamaan dengan laporannya pada bulan April, organisasi tersebut mengatakan bahwa mereka juga menginginkan pembaruan mendesak untuk "panduan terkait dampak panas pada tenaga kerja" sehingga perusahaan dapat membuat rencana dan membuat perubahan di lingkungan kerja mereka.
Apa yang bisa dilakukan?
Untuk mengurangi dampak El Nino, penting bagi petani dan pemangku kepentingan dalam sektor pertanian untuk memantau perkembangan cuaca dan mengambil langkah-langkah tindakan pencegahan yang tepat, utamanya bagi negara kita.
Pertama, penting untuk terus melakukan pemantauan cuaca dan memperhatikan peringatan dini terkait El Nino. Dengan memahami perubahan pola cuaca yang terkait dengan El Nino, petani dapat mengatur jadwal penanaman, irigasi, dan pemeliharaan tanaman secara lebih efektif.
Kedua, mengingat El Nino ini bisa menyebabkan kekeringan, konservasi air menjadi sangat penting. Dalam sektor pertanian, petani perlu mengadopsi teknik irigasi yang efisien, seperti tetes air atau irigasi berkebun yang tepat sasaran, untuk menghemat air.
Ketiga, pertanian yang lebih beragam dapat membantu mengurangi risiko terhadap gangguan iklim. Petani dapat mempertimbangkan menanam varietas tanaman yang lebih tahan terhadap kondisi kering atau panas. Diversifikasi tanaman juga dapat membantu mengurangi risiko kegagalan panen total jika satu jenis tanaman terpengaruh oleh El Nino.
Keempat, dukungan Pemerintah dan Lembaga Terkait: Penting bagi pemerintah dan lembaga terkait untuk memberikan dukungan kepada petani dalam menghadapi dampak El Nino. Ini dapat meliputi penyediaan informasi, bantuan keuangan, pelatihan, atau bantuan teknis dalam pengelolaan pertanian yang berkelanjutan.
Kelima, untuk meminimalisir dampak bagi manusianya, jika panas ekstrem benar-benar terjadi ada baiknya meminimalisir keluar ruangan untuk menghindari serangan panas tiba-tiba dalam tubuh, perbanyak konsumsi air putih, serta istirahatkan tubuh bila mulai lelah.
Besarnya dampak perubahan iklim ke sektor pertanian tergambar dari banjir bandang di Pakistan pada 2022.
Hitungan Asian Development Bank (ADB), bencana banjir tersebut menimbulkan kerugian sebesar Rp 40 miliar atau sekitar Rp 599,4 triliun.
Kerugian terbesar salah satunya ke produksi beras Pakistan yang anjlok 31% pada tahun lalu. Padahal, Pakistan menyumbang 7,6% beras dunia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(aum/aum)