
Balas Dendam Putin Sadis, 'Kiamat' Makanan Segera Hantam Bumi

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman "kiamat" makanan makin dekat mengancam bumi. Bukan dari perubahan iklim tapi dari perang Rusia-Ukraina.
Hal ini menyangkut Black Sea Grain Initiatives (kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam) yang akan selesai 17 Juli, yang memungkinkan ekspor tetap dilakukan Ukraina. Jika tidak, dipastikan blokade akan kembali terjadi dan membuat pasokan makanan dunia menipis serta harga pakan meroket.
Dalam laporan terbaru organisasi pelacakan data ekspor yang didukung PBB, saat ini tidak ada kapal yang meninggalkan pelabuhan Ukraina di bawah Inisiatif tersebut. Total sudah tiga hari terakhir ekspor mandek.
Rusia sendiri sepertinya semakin serius keluar dari perjanjian. Hal ini disampaikan Sekretaris Pers Kremlin Dmitri Peskov yang menegaskan "tak ada peluang" diperpanjang".
"Rusia telah menunjukkan itikad baik beberapa kali, membuat konsesi," katanya sebagaimana dimuat RT, dikutip Kamis (13/7/2023).
"Apa yang dijanjikan ke Moskow sebagai bagian dari kesepakatan masih belum terpenuhi," tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres disebut telah meminta secara khusus agar Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memperpanjang kesepakatan itu. Bahkan PBB akan memfasilitasi dibukanya SWIFT, jaringan pesan keuangan, ke Bank Pertanian Rusia.
"Guterres telah mengusulkan kepada Putin agar Rusia mengizinkan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam berlanjut selama beberapa bulan," ujar tiga sumber yang akrab dengan masalah tersebut kepada Reuters.
"UE saat ini sedang mempertimbangkan untuk menghubungkan SWIFT dengan anak perusahaan Rosselkhozbank agar dapat mengizinkan transaksi biji-bijian dan pupuk secara khusus," sebut sumber lagi.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric juga membenarkan. Ia mengatakan Guterres telah mengirim surat kepada Putin pada hari Selasa.
Dalam surat itu, ia mengusulkan jalan ke depan untuk lebih memfasilitasi ekspor makanan dan pupuk Rusia. Termasuk memastikan kelanjutan pengiriman biji-bijian Ukraina via Laut Hitam.
"Tujuannya adalah untuk menghilangkan rintangan yang mempengaruhi transaksi keuangan melalui bank pertanian Rusia," katanya.
"Perhatian utama yang diungkapkan oleh Federasi Rusia, dan secara bersamaan memungkinkan aliran lanjutan biji-bijian Ukraina melalui Laut Hitam," pungkasnya.
Ukraina dan Rusia diketahui merupakan salah satu lumbung pangan dunia. Kedua negara yang saling bertempur itu memproduksi biji-bijian seperti gandum dan jagung.
Peperangan keduanya pun telah mengganggu jalur distribusi pangan bagi dunia, utamanya negara-negara seperti Timur Tengah dan Afrika. Pasalnya, wilayah itu cukup bergantung dari pasokan kedua negara.
Kesepakatan yang ditengahi oleh PBB dan Turki ditandatangani pada Juli 2022 itu menyediakan jalur pengiriman biji-bijian Ukraina yang aman melalui koridor Laut Hitam. Sebagai imbalan Amerika Serikat (AS) dan UE menghilangkan hambatan ekspor produk makanan dan pupuk Rusia di pasar luar negeri.
Perjanjian awal berlangsung selama 120 hari. Namun diperpanjang beberapa kali sejak saat itu.
Sementara ekspor makanan dan pupuk Rusia tidak tunduk pada sanksi Barat, Moskow juga mengatakan pembatasan pembayaran, logistik dan asuransi telah menjadi penghalang pengiriman. Ketika serangan dilakukan Februari 2022 oleh Rusia, ekspor Ukraina mandek dan membuat harga pangan naik ke tingkat rekor sepanjang massa.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Balas Dendam, Dunia Siap-Siap 'Kiamat' Makanan
