
Siaga Warga Bumi, "Kiamat" Makanan Makin Dekat Gegara Putin

Jakarta, CNBC Indonesia - Black Sea Grain Initiatives (Kesepakatan Biji-Bijian Laut Hitam) akan berakhir Senin (17/7/2023) ini. Namun, hingga kini belum ada tanda-tanda perpanjangan dilakukan.
Padahal kelanjutan perjanjian yang ditengahi PBB dan Turki dengan Rusia serta Ukraina itu, diperlukan demi melindungi ekspor pertanian Kyiv dari blokade tentara Moskow, di tengah perang yang terjadi antara dua negeri bekas Uni Soviet. Hal itu pun penting guna mengontrol harga pangan dunia agar tetap stabil dan memenuhi pasokan makanan sejumlah negara.
"Kesepakatan biji-bijian akan berakhir pada tengah malam 17 Juli," kata kepala media dan petugas komunikasi PBB untuk , Ismini Palla, dikutip CNN International, Minggu.
"Kapal terakhir yang melakukan perjalanan di bawah kesepakatan itu meninggalkan pelabuhan Odesa pada Minggu pagi, tambahnya.
Sebenarnya Kesepakatan Biji-Bijian Laut Hitam memungkinkan Ukraina mengekspor gandum, jagung, jelai serta minyak bunga matahari. Ini juga mengesampingkan produk pertanian Rusia termasuk pupuk dari sanksi barat sehingga bisa berbinsis seperti biasa.
Namun Juni lalu, pemerintah Presiden Vladimir Putin berujar perjanjian itu hanya mendukung produk pertanian Ukraina dan bukan ekspor pupuk Rusia ke tujuan global. Ekspor Ukraina pun tak disalurkan ke negara miskin seperti isi kesepakatan, melainkan negara maju seperti Eropa.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dilaporkan sudah mengirim surat kepada Putin terkait proposal baru untuk menyelamatkan kesepakatan. Pada hari Jumat, juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan kepada wartawan bahwa percakapan dengan Kremlin melalui Signal dan WhatsApp juga dilakukan.
"Tujuannya adalah untuk menghilangkan rintangan yang mempengaruhi transaksi keuangan melalui bank pertanian Rusia- perhatian utama yang diungkapkan oleh Federasi Rusia- dan secara bersamaan memungkinkan aliran lanjutan biji-bijian Ukraina melalui Laut Hitam," jelasnya.
PBB disebut-sebut akan mengupayakan penyambungan kembali bank pertanian Rusia Rosselkhozbank ke jaringan pembayaran internasional SWIFT. Diketahui, Uni Eropa (UE) telah memotong akses tersebut sejak Moskow menyerang Ukraina.
"Guterres telah mengusulkan kepada Putin agar Rusia mengizinkan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam berlanjut selama beberapa bulan, memberikan waktu kepada UE untuk menghubungkan anak perusahaan Rosselkhozbank dengan SWIFT," ujar seorang sumber kepada Reuters.
Sebelum pasukan Rusia menyerbu perbatasan Ukraina pada akhir Februari 2022. Kedua negara diketahui merupakan salah satu lumbung pangan dunia.
Peperangan Rusia dan Ukraina pun telah mengganggu jalur distribusi pangan bagi dunia, utamanya negara-negara seperti Timur Tengah dan Afrika. Pasalnya, wilayah itu cukup bergantung dari pasokan keduanya.
Pengiriman produk pertanian tersebut sempat terhenti selama hampir enam bulan sampai perwakilan dari Ukraina, Rusia, PBB, dan Turki setuju untuk membangun koridor laut kemanusiaan. Kesepakatan itu, yang ditengahi Juli tahun lalu, meredakan blokade laut Rusia dengan pembukaan kembali tiga pelabuhan utama Ukraina.
Di bawah kesepakatan itu, lebih dari 1.000 kapal yang membawa hampir 33 juta metrik ton produk pertanian telah berangkat dari pelabuhan Odessa, Chornomorsk, dan Yuzhny-Pivdennyi di Ukraina yang dilanda perang. Perjanjian tersebut juga mengawasi pengangkutan 725.167 ton gandum untuk berlayar dengan kapal Program Pangan Dunia ke beberapa negara paling rawan pangan di dunia, seperti Afghanistan, Ethiopia, Somalia, Sudan dan Yaman.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Balas Dendam, Dunia Siap-Siap 'Kiamat' Makanan
