
Resmi! Rusia Deklarasikan "Kiamat Makanan" Hantam Bumi

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia secara sah menangguhkan Black Sea Grain Initiatives (Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam), Senin (17/7/2023). Pemerintah Presiden Vladimir Putin resmi mengatakan kesepakatan itu sudah tak berlaku.
"Faktanya, perjanjian Laut Hitam tidak lagi berlaku hari ini," tegas juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan, dimuat Reuters.
"Sayangnya, bagian dari perjanjian Laut Hitam terkait Rusia sejauh ini belum diterapkan, jadi pengaruhnya dihentikan," tambahnya.
Sebenarnya Moskow telah mengancam akan meninggalkan kesepakatan selama berminggu-minggu. Pasalnya ekspor pertanian Rusia dan pupuk masih terkena sanksi.
"Segera setelah bagian Rusia (perjanjian) dipenuhi, pihak Rusia akan segera kembali ke kesepakatan biji-bijian," jelasnya.
Hal sama juga dikatakan juru bicara kementerian luar negeri Maria Zakharova. Bahkan pemberitahuan sudah diberikan ke pihak-pihak terkait dalam hal ini Turki dan PBB, sebagai mediator, termasuk Ukraina.
"Rusia hari ini secara resmi memberi tahu pihak Turki dan Ukraina, serta Sekretariat PBB tentang keberatannya terhadap perpanjangan kesepakatan itu," muat TASS mengutip Zakhatova.
Sebelumnya, pasukan Rusia menyerbu perbatasan Ukraina pada akhir Februari 2022. Kedua negara diketahui merupakan salah satu lumbung pangan dunia.
Peperangan Rusia dan Ukraina pun telah mengganggu jalur distribusi pangan bagi dunia, utamanya negara-negara seperti Timur Tengah dan Afrika. Pasalnya, wilayah itu cukup bergantung dari pasokan keduanya.
Pengiriman produk pertanian sempat terhenti selama hampir enam bulan. Ini baru terbuka setelah perwakilan dari Ukraina, Rusia, PBB, dan Turki setuju untuk membangun koridor laut kemanusiaan dengan Black Sea Grain Initiatives.
Kesepakatan itu, yang ditengahi Juli tahun lalu. Ini meredakan blokade laut Rusia dengan pembukaan kembali tiga pelabuhan utama Ukraina.
Di bawah kesepakatan itu, lebih dari 1.000 kapal yang membawa hampir 33 juta metrik ton produk pertanian telah berangkat dari pelabuhan Odessa, Chornomorsk, dan Yuzhny-Pivdennyi di Ukraina. Perjanjian tersebut juga mengawasi pengangkutan 725.167 ton gandum untuk berlayar dengan kapal Program Pangan Dunia ke beberapa negara paling rawan pangan di dunia, seperti Afghanistan, Ethiopia, Somalia, Sudan dan Yaman.
Rusia Diserang
Sementara itu, pengumuman Kremlin ini muncul beberapa jam setelah serangan Ukraina di jembatan Krimea, yang dikuasai Rusia. Dilaporkan dua warga sipil tewas.
Serangan terjadi di jembatan Krimea, yang diduduki Kremlin. Mengutip BBC International, Rusia menyalahkan Ukraina atas kejadian ini. Inggris dan Amerika Serikat (AS) diyakini Kremlin bertanggung jawab, meski Kyiv belum buka suara.
Ini adalah insiden besar kedua di jembatan Kerch dalam satu tahun terakhir. Pada Oktober 2022, jembatan itu ditutup sebagian setelah terjadi ledakan besar.
Jembatan kembali dibuka sepenuhnya pada Februari ini. Perlu diketahui jembatan ini merupakan jalur pasokan penting Rusia-Krimea.
Foto-foto yang belum diverifikasi diposting oleh administrasi militer untuk Odesa. Diperlihatkan bagaimana puing-puing di jalan yang melintasi jembatan serta pagar rusak.
Saluran Telegram Rusia yang terhubung ke grup Wagner, Grey Zone, mengatakan jembatan itu mungkin rusak oleh drone bawah air yang diluncurkan ke jembatan oleh Ukraina. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Presiden Vladimir Putin telah diberitahu tentang serangan itu.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada! Rusia Beri Sinyal 'Bencana Kelaparan' Bumi Mendekat
