Bukti 'Petaka Baru' Dunia Dimulai, Bumi Rekor Panas Mendidih

Rindi Salsabilla Putri, CNBC Indonesia
08 July 2023 14:00
Pemandangan Waduk Sierra Boyera dengan kapasitas 0,01%, di Belmez, Spanyol selatan, 26 April 2023. (REUTERS/ Guillermo Martinez)
Foto: Pemandangan Waduk Sierra Boyera dengan kapasitas 0,01%, di Belmez, Spanyol selatan, 26 April 2023. (REUTERS/GUILLERMO MARTINEZ)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bumi kembali mencatatkan rekor hari terpanas untuk ketiga kalinya dalam empat hari terakhir ini. Catatan tersebut memperdalam kekhawatiran tentang perubahan sistem Bumi akibat darurat iklim.

Melansir dari CNBC International, data tidak resmi dari para peneliti Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa suhu rata-rata harian Bumi melonjak menjadi 17,23 derajat Celsius pada Kamis (6/7/2023). Angka tersebut melampaui dua rekor panas sebelumnya yang tercatat dalam beberapa hari terakhir.

Rekor ini menjadi 'prestasi luar biasa' setelah layanan perubahan iklim Uni Eropa mengonfirmasi bahwa Bumi mengalami bulan Juni terpanas dalam catatan sejarah, yakni dengan suhu permukaan laut yang belum pernah terjadi sebelumnya dan rekor minimum es laut Antartika.

Sebelumnya, badan cuaca PBB, Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO), memperingatkan dunia terkait kombinasi emisi gas rumah kaca yang terus meningkat dan kemungkinan terburuk El Nino.

"Catatan suhu global pecah lagi kemarin," kata profesor emeritus bahaya geofisika dan iklim di University College London, Bill McGuire, melalui Twitter @ProfBillMcGuire, dikutip Sabtu (8/7/2023).

"Empat hari pertama minggu ini merupakan hari-hari terpanas yang tercatat di Planet Bumi. Saya akan mengatakan selamat datang di masa depan - kecuali masa depannya akan jauh lebih panas," imbuh McGuire dalam twitnya.

Pada Senin (3/7/2023), suhu rata-rata global tercatat naik menjadi 17,01 derajat Celsius, melampau 17 derajat Celsius untuk pertama kalinya dalam 44 tahun sejak data pertama kali dikumpulkan.

Rekor tersebut kembali terpecahkan pada Selasa (4/7/2023), yani mencapai 17,18 derajat Celsius dan tetap pada tingkat rekor tertinggi ini pada Rabu (5/7/2023).

Rekor tertinggi sebelumnya terjadi pada tahun 2016, yakni tahun terpanas yang pernah tercatat. Pada Agustus 2016, metrik menunjukkan suhu rata-rata global mencapai 16,92 derajat Celsius.

Menurut laporan CNBC International, hasil data tersebut diperoleh dari sebuah alat yang tidak resmi yang mengukur suhu udara global 2 meter di atas permukaan dari University of Maine, Climate Reanalyzer. Alat tersebut telah mencakup data bertahun-tahun sejak 1979 dan sering digunakan ilmuwan iklim sebagai referensi kondisi dunia.

"Suhu udara global terus meningkat!" kata peneliti iklim, Leon Simons melalui Twitter (@LeonSimons8), mengutip berbagai rekor panas yang diamati minggu ini.

Sebagai informasi, rekor ini mengikuti serangkaian peristiwa cuaca ekstrem yang luar biasa dalam beberapa bulan terakhir, yaitu dengan gelombang panas yang disebabkan oleh iklim tercatat di China, Afrika utara, Mediterania barat, Meksiko, dan Amerika Serikat bagian selatan.

"Kita berada di wilayah yang belum dipetakan dan kita bisa mengekspektasikan lebih banyak rekor yang terpecahkan seiring dengan perkembangan El NiƱo dan dampak ini akan berlanjut hingga 2024," kata direktur layanan iklim Organisasi Meteorologi Dunia, Chris Hewitt, dalam laporan yang diterbitkan pada Kamis.

"Ini adalah kabar yang mengkhawatirkan bagi Bumi," tegasnya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Petaka Baru' di Bumi Resmi Dimulai, Begini Peringatan PBB

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular