
Harga Batubara Makin Anjlok, SMGR-INTP Full Senyum!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas batubara menjadi salah satu yang paling ambles tahun ini. Melansir dari data trading economic harga acuan batubara Newcastle coal futures hingga perdagangan kemarin, Selasa (11/7/2023) susut -2,02% secara harian menjadi US$ 131 per ton, pelemahan ini semakin memperparah terpuruk nya harga batubara sejak awal tahun sebesar -67,59%.
Turunnya harga batubara menjadi katalis negatif bagi emiten yang menggeluti bisnis di bidang pasir hitam tersebut karena akan mengurangi penjualan yang berimbas pada menyusut nya laba bersih. Kendati begitu, ternyata ada emiten yang dapat berkah dari kondisi tersebut yakni di sektor semen.
Produsen semen menggunakan batubara sebagai energi pemanas dalam kegiatan produksinya terutama di sistem pembakaran-nya. Selain itu, juga digunakan untuk menghasilkan karbon sebagai bahan baku pembuatan semen.
Dengan begitu, kebutuhan akan pasir hitam tersebut dicatatkan menjadi salah satu beban pokok penjualan dengan kontribusi yang cukup signifikan. Oleh karena itu, ketika harga batubara turun tentu saja akan menguntungkan karena beban produksi jadi lebih ringan dan margin keuntungan bisa meningkat.
Duo emiten produsen semen RI yakni PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) nampaknya merespon baik penurunan harga batubara, hal ini ditunjukkan harga saham kedua emiten tersebut yang mulai menggeliat selama satu bulan terakhir.
Tercatat secara bulanan hingga perdagangan Rabu (12/7/2023) pukul 15.11, INTP telah menguat sebesar 6,23%, sementara SMGR harga sahamnya melonjak 10,55%.
Bila menelisik lebih dalam pada porsi beban batubara sebagai bahan bakar dan energi dari kedua emiten semen tersebut ternyata jumlahnya mencapai lebih dari sepertiga dari total beban produksi , terlampir lebih jelas pada grafik berikut :
Menariknya duo pabrik semen ini telah mengamankan batubara di harga domestic market obligation (DMO) di sekitar US$ 40 - 45 per ton dengan pasokan yang mencukupi hingga akhir 2023. Hal ini menunjukkan bahwa sektor semen dalam menghadapi fluktuasi harga batubara punya risiko yang relatif kecil.
Sentimen lain yang potensi menjadi penopang selanjutnya adalah pemulihan sektor konstruksi dan properti karena proyek infrastruktur dan rumah komersial baik untuk pembangunan baru atau renovasi yang kembali berlanjut sejalan dengan aktivitas masyarakat yang sudah normal.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(tsn/tsn)