Fundamental Pundit
Proyek IKN Untungkan Industri Semen, INTP Belum Layak Beli?

- Tren jangka pendek yang positif membuat saham INTP sekilas menarik
- Namun, dilihat lebih dalam, ada risiko untuk menahan saham ini lebih lama
- Berkat sejumlah katalis, industri semen ke depan masih memiliki ruang untuk pertumbuhan
Jakarta, CNBC Indonesia - Tren kenaikan harga saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) di awal tahun ini menjadi angin segar untuk investor, terutama jangka pendek. Hanya saja, holder jangka panjang perlu menimbang lebih lanjut soal emiten semen ini.
Hingga penutupan perdaganganĀ Rabu (8/3/2023) sesi I, harga saham INTPĀ ditutup di Rp11.450/saham, menguat lebih dari 15% secara year to date (YtD), usai sempat merosot ke level Rp9.000-an pada Oktober tahun lalu.
Percobaan memantul lagi ke atas tersebut tentu merupakan kabar baik bagi pemegang sahamnya lantaran saham ini sudah anjlok 52,25% dalam 5 tahun terakhir di tengah loyonya sektor saham semen dan termasuk konstruksi di bursa.
Namun, kinerja keuangan INTP memang tidak begitu mengesankan akhir-akhir ini.
Laba bersih INTP tercatat sebesar Rp946,85 miliar selama 9 bulan 2022. Laba tersebut turun 21,63% secara tahunan (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2021.
Ini seiring pertumbuhan penjualan bersih yang sebesar 9,92% yoy menjadi Rp11,66 triliun per 30 September 2022 dibarengi pembengkakan beban pokok yang sebesar 17,13% yoy menjadi Rp8,21 triliun.
Bengkaknya beban pokok INTP salah satunya seiring bahan baku dan bahan bakar, termasuk batu bara, yang melesat seiring fluktuasi harga komoditas hingga nilai tukar mata uang asing (dollar AS/USD).
Belum lagi, penjualan semen masih lesu dan belum menunjukan tanda-tanda pemulihan saat ini. Sebagai gambaran, volume semen domestik anjlok ke 4,9 juta ton pada Januari, turun 7% yoy.
Ditilik secara rasio profitabilitas, margin laba (GPM hingga NPM) INTP sejatinya tidak terpaut terlalu jauh dengan pesaing terdekat PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).
Hanya saja, angka imbal hasil yang dicetak perusahaan untuk pemegang saham, yakni ROE, INTP terbilang 'jomplang' dengan SMGR. (Cek tabel di bawah ini)
SMGR, plus anak usahanya PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) eks Holcim, merupakan perusahaan semen dengan kapasitas terbesar di RI. Indocement sendiri, yang dikenal dengan semen Tiga Roda, berada di peringkat kedua.
Sementara, dari sisi valuasi, baik menggunakan rasio multiples maupun metode proyeksi keuangan ke depan, saham INTP terbilang sudah mahal (overvalued).
Rasio multiples yang populer, yakni rasio harga saham dibandingkan laba (PER) INTP tercatat di angka 32,66 kali. Dengan rasio profitabilitas head-to-head dengan emiten semen BUMN (SMGR) di atas yang so-so saja, angka PER 32,66 kali terbilang mahal.
Apalagi, SMGR memiliki PER 22,09%, di bawah rerata industri yang sebesar 20,47 kali.
Demikian pula, rasio harga saham dibandingkan dengan nilai buku perusahaan (PBV) INTP juga di atas rerata industri dan SMGR.
Lebih lanjut, rasio multiples EV/EBITDA INTP yang mencapai 13,7 kali juga di atas SMGR (8,5 kali). Walaupun, angka tersebut masih di bawah rerata industri yang sebesar 18,3 kali.
Sementara, dengan mempertimbangkan proyeksi laba per saham (EPS), dividen dan sejumlah metrik keuangan lainnya di masa depan, harga wajar (fair value) saham INTP berada di Rp10.205/saham atau lebih rendah dari harga sekarang.
Dengan harga saat ini di posisi Rp11.125/saham per penutupan Kamis (2/3), margin keamanan berinvestasi atau dalam istilah Ben Graham margin of safety (MOS) saham INTP minus 0,09%.
MOS adalah perbedaan antara harga saham dan nilai intrinsiknya; semakin besar angkanya semakin baik untuk berinvestasi jangka panjang.
Kabar baiknya, INTP mendapat skor 7 dalam Piotroski F-Score. F-score secara sederhana adalah kriteria untuk melihat kondisi 'jeroan' perusahaan dengan mendaftar 9 pertanyaan khusus, mulai dari soal laba bersih, ROA, hingga asset turnover.
Skor 8 hingga 9 biasa disebut menandakan suatu perusahaan yang solid.
Sebaliknya, skor 1-2 bukan pertanda yang bagus untuk keuangan suatu perusahaan. Jadi, angka 7 INTP bukan skor yang buruk.
Prospek Industri Semen
Masih lesunya penjualan semen domestik, seperti disinggung di atas, tentu bukan hal baik untuk industri semen. Angka volume penjualan semen SMGR turun 6% yoy, sedangkan INTP merosot hingga 8% yoy selama Januari 2023.
Apabila ditarik ke belakang, mandegnya pembangunan infrastruktur saat pandemi Covid-19 pada 2020 turut berimbas ke industri semen.
Namun, upaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengalokasikan Rp392 triliun untuk belanja infrastruktur selama 2023 akan menjadi salah satu sentimen positif untuk emiten semen tahun ini. Koreksi harga batu bara juga menjadi tambahan kabar baik untuk perusahaan semen di 2023.
Selain itu, dalam jangka panjang, megaproyek Jokowi soal Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke Nusantara di Kalimantan Timur bisa menjadi titik balik untuk industri semen (termasuk konstruksi). Semen Indonesia, misalnya, memproyeksikan pembangunan IKN akan menciptakan permintaan potensial hingga 21,5 juta ton semen dalam 20 tahun ke depan.
Hanya saja, risiko permintaan yang lemah bertahun-tahun serta implementasi kebijakan over-dimension and overload (ODOL) anyar bisa menjadi sentimen negatif ke depan.
Kebijakan nol-ODOL di tol akan berdampak besar ke industri lantaran distribusi semen banyak menggunakan truk dan pada gilirannya berpengaruh ke beban transportasi perusahaan.
Kembali ke pembahasan awal, saham INTP mungkin bisa mendatangkan cuan dalam waktu dekat seiring tren kenaikan harga sejak awal tahun. Namun, bagi investor yang memiliki horizon yang lebih panjang, ada baiknya menunggu valuasi saham ini murah demi keamanan berinvestasi ke depan.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Saham MAPI Naik 106% Pada 2022, Layak Beli Tapi Ada Syaratnya
(pap/pap)