CNBC Indonesia Research

PBB Serukan 'Petaka Baru', Pertanian & Pangan Dunia Terancam?

CNBC Indonesia Research, CNBC Indonesia
08 July 2023 19:30
Ilustrasi El Nino (AP/Muhammed Muheisen)
Foto: (AP/Muhammed Muheisen)
  • El Nino diramal bakal menghampiri dunia pada Agustus hingga Oktober 2023 di berbagai wilayah dunia, termasuk Indonesia.
  • Kekeringan, penurunan produksi produk hasi usaha tani menjadi suatu hal yang tak bisa dihindari.
  • Ini tentu bakal mempengaruhi harga! Sehingga 'momok' inflasi yang kembali melonjak datang menghampiri.

Jakarta, CNBC IndonesiaPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mulai menyerukan adanya 'Petaka baru' yang akan menghampiri dunia, terutama negara-negara yang dekat dengan Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

'Petaka baru' itu terkait dengan permulaan fenomena El Nino di dunia. PBB melalui Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) telah mengeluarkan laporan pemantauan terbaru mengenai peluang terjadinya El Nino pada tahun 2023. Tim peneliti dari WMO memprediksi El Nino yang bakal terjadi dalam kategori kuat sehingga dampaknya bisa lebih besar.

Ancaman El Nino kembali datang ke Indonesia. Kenaikan suku permukaan laut di bagian timur Samudra Pasifik ini akan berpotensi menurunkan produksi padi dan mengganggu stabilitas harga pangan. Alhasil, harga beras berpotensi mengalami kenaikan.

Potensi kenaikan harga beras ini terjadi di tengah melandainya hampir sebagian bahan pangan dunia. Indeks harga pangan FAO turun ke level 124,3 poin pada Mei 2023. Angka ini melandai dibandingkan yang tercatat pada April 2023 yakni 127,7 poin.

Sebagai informasi, El Nino atau El Niño-Southern Oscillation (ENSO) adalah fenomena laut-atmosfer yang terjadi secara berkala dan tidak teratur yang melibatkan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik timur laut. Kondisi ini sangat mempengaruhisebagian besar daerah tropis dan subtropis.

El Nino kali ini muncul ketika osilasi permukaan laut di Samudra Hindia memasuki periode menghangat. Perubahan ini merupakan fase positif dari fenomena yang disebut Dipol Samudra Hindia (IOD).

Dalam situs BMKG, IOD merupakan fenomena cuaca ketika terjadiperbedaan suhu permukaan laut antara dua wilayah, yaitu di Laut Arab (Samudra Hindia bagian barat) dan Samudra Hindia bagian timur di selatan Indonesia.

Indonesia terakhir kali menghadapi El Nino dan IOD secara bersamaan pada 2019. Menurut Dwikorita, El Nino yang lemah dan IOD yang kuat saat itu bermuara ke jumlah kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang tinggi.

Kekeringan & Produksi Padi Diramal Menyusut

Berdasarkan perkiraan Kementerian Pertanian, KondisiEl Nino dan IOD yang akan berlangsung secara bersamaandapatmenyebabkan kekeringan yang melanda antara 560 ribu hingga870 ribu hektare (ha) lahan. Luas lahan yang mengalami kekeringan ini jauh lebih besar dari biasanya di 200 ribu hektare.

El Nino kembali ke Indonesia di tengah kemandekan produktivitas padi yang telah terlihat sejak 2018. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produktivitas padi cenderung mandek di level 52 kuintal per hektare antara 2018 dan 2022. Dalam periode ini, luas panen dan produksi sama-sama menyusut.

Fenomena El Nino diperkirakan akan memangkas produksi padi pada 2023 setidaknya 5% dari tahun sebelumnya. Berdasarkan data BPS, laju penurunan itu setara dengan 2,7 juta ton gabah kering giling (GKG). Dengan demikian, produksi padi bisa turun ke 52 juta ton GKG pada 2023.

Ketika Indonesia menghadapi El Nino dan IOD pada 2019, BPS memperkirakan produksi padi turun 7,7% ke 54,6 juta ton GKG dari tahun sebelumnya. Penurunan terjadi di tengah cuaca ekstrem. Sawah menghadapi banjir pada awal tahun dan kekeringan selama paruh tahun kedua.

Padahal produksi padi pada musim panen di Maret 2023 telah naik tipis.Berdasarkan data BPS, produksinya diperkirakan hanya tumbuh 0,53% ke 23,9 juta ton GKG pada periode Januarihingga April 2023 dibandingkantahun sebelumnya.

Inflasi Bakal Menghantui RI Lagi

Penurunan produksi padi diperkirakan akan bermuara ke tekanan inflasi yang lebih tinggi karena mendorong harga pangan ke atas. Tren ini terefleksikan dalam inflasi pada 2019.

Pada 2019, BPS melaporkan laju inflasi tahunan untuk komoditas bahan makanan mencapai 4,28% setelah kekeringan yang terjadi di tengah El Nino. Tingkat inflasi itu lebih tinggi dari yang terlihat pada tahun sebelumnya, yaitu 3,41%.

Sementara itu per Juni 2023, inflasi tahunan Indonesia mencapai 3,52%, sedangkan inflasi inti Indonesia per Juni 2023 mencapai 2,58%.

Harga pangan termasuk beras telah meningkat sejak awal tahun. Pada Mei 2023, indeks harga konsumen (IHK) untuk makanan, minuman, dan tembakau telah naik 4,27% dari tahun sebelumnya. Berdasarkan laporan BPS, beras menjadi salah satu komoditas yang berkontribusi dominan ke inflasi tahunan secara keseluruhan pada Mei 2023.

Dari Harga beras yang dijual di pasar tradisional di masing-masing provinsi per hari ini 8 Juli 2023, Kalimantan Tengah menjadi yang termahal harga rata-ratanya yakni hampir menyentuh Rp 20.000, tepatnya Rp 18.500. Sedangkan Nusa Tenggara Barat menjadi yang paling murah.


Bakal Berdampak Pada Komoditas Andalam RI: Sawit!

Berkaca pada 2015, El Nino menyebabkan kekeringan panjang di wilayah selatan khatulistiwa Indonesia. Defisit air akibat kemarau panjang dapat mempengaruhi performa tanaman kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak El Niño 2015 terhadap kondisi defisit air lahan dan deret hari terpanjang tidak hujan  serta pengaruhnya terhadap performa tanaman kelapa sawit.

Cekaman kekeringan dan gangguan asap juga mempengaruhi performa tanaman kelapa sawit. Hal ini karena tanaman kelapa sawit memerlukan curah hujan sebagai sumber air untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan, dan produktivitasnya.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyampaikan bahwa ancaman El Nino dapat memicu kekeringan dan kemarau panjang di beberapa wilayah tentu akan berdampak kepada komoditas pangan, salah satunya produk sawit.

Adapun kelanjutan dari dampak El Nino, adalah kepada antisipasi pergerakan harga terutama minyak goreng. Oleh sebab itu, pemerintah telah menetapkan kebijakan, khusus untuk minyak goreng dengan besaran yang telah diputuskan, yaitu baik dari rasio ekspor, maupun insentif untuk produk minyak goreng kemasan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular