Macro Insight

Bank Sentral Eropa Kompak Naikkan Bunga, Lawan Malapetaka Ini

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
23 June 2023 08:55
FILE PHOTO: A sculpture showing the Euro currency sign is seen in front of the European Central Bank (ECB) headquarters in Frankfurt, December 8, 2011. REUTERS/Alex Domanski/File Photo
Foto: Bank Sentral Eropa (REUTERS/Alex Domanski)
  • Malapetaka bak tiada habisnya mengancam negara-negara di Eropa
  • Suku bunga tinggi masih menjadi 'momok' mengerikan bagi negara di wilayah ini.
  • Bank sentral negara-negara Eropa kompak mengambil jalan untuk kembali menaikkan suku bunga saat The Fed memutuskan untuk 'ambil nafas'.

Jakarta, CNBC Indonesia - Risiko krisis semakin menjadi-jadi di negara Eropa. Setelah invasi Rusia-Ukraina, negara bagian ini memang di landa krisis pasokan energi, biaya hidup, tingginya inflasi, krisis pasokan makanan, hingga serangan siber pada infrastruktur penting. Hingga kini, suku bunga tinggi masih menjadi 'momok' mengerikan.

Kenaikan suku bunga selalu membawa masalah baru bagi berbagai pihak, mulai dari perseorangan, perusahaan hingga negara. Tren kenaikan suku bunga tidak bisa dihindari sekarang ini mengingat inflasi membandel dimana-mana.

Sebagaimana diketahui, pekan lalu bank Sentral Eropa (ECB) kembali menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 22 tahun pada Kamis (15/6/2023) dan tetap membuka peluang untuk kenaikan lebih lanjut demi menjinakkan inflasi.

ECB meningkatkan suku bunga utamanya untuk kedelapan kalinya berturut-turut, sebesar 25 basis poin menjadi 3,5%, level tertinggi sejak 2001.

Bank sentral untuk 20 negara yang menggunakan mata uang euro itu juga mengatakan pihaknya memperkirakan inflasi akan tetap di atas target 2% hingga 2025 dan sekali lagi mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih banyak dalam beberapa bulan mendatang.

"Keputusan di masa depan akan memastikan bahwa suku bunga utama ECB akan dibawa ke level yang cukup ketat untuk mencapai pengembalian inflasi tepat waktu ke target jangka menengah 2% dan akan dipertahankan pada level tersebut selama diperlukan," kata ECB, dilansir Reuters.

Sebelumnya, bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed)  menghentikan tren kenaikan suku bunga yang telah berjalan 10 kali berturut-turut. Namun, The Fed mengisyaratkan jika mereka masih akan menaikkan suku bunga dua kali lagi tahun ini.
Kondisi ini bisa
 membuat ECB bisa semakin agresif ke depan.

Terlebih, inflasi di zona euro masih terlalu tinggi untuk ECB, yakni sebesar 6,1% dan pertumbuhan harga dasar, yang biasanya tidak termasuk makanan dan energi, baru mulai melambat.

Sementara itu, ECB menaikkan prakiraan inflasi untuk tahun ini, tahun depan, dan 2025, dengan masih diperkirakan akan tetap di atas target bank sentral, yakni sebesar 2,2%.

Inflasi Meninggi, Bank-bank di Eropa Tak Punya Cara Lain

Itulah sebabnya, bank-bank di negara Eropa turut mengambil langkah yang sejalan dengan ECB untuk meredam 'derita' inflasi yang belum juga mereda. Inilah bank-bank di Eropa yang ikut naikkan suku bunga.

Bank Sentral Inggris (BoE)

Bank sentral Inggris (BoE) memutuskan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps menjadi 5,0% pada Kamis (22/6/2023). Ini adalah ke-13 kalinya secara berturut-turut pasca dirilisnya data inflasi yang masih menggila. Suku bunga acuan sudah melompat dari 0,1% pada November 2021 menjadi 5% pada Juni 2023.

Kenaikan suku bunga sebesar 50 bps tidak hanya mengejutkan tetapi juga bakal membuat warga Inggris makin sengsara. Pasalnya, bunga pinjaman akan naik drastis sehingga mereka bisa mengerem konsumsi.

Inggris mencatatkan inflasi Mei 2023 sebesar 8,7% secara tahunan (year-on-year/YoY), tak berubah dari posisi pada bulan sebelumnya.
Realisasi inflasi yang dirilis Kantor Statistik Nasional Inggris, Rabu (21/6/2023), juga berada di atas ekspektasi dan konsensus para ekonomi sebesar 8,4% YoY.

 

Angka tersebut masih jauh di atas target Bank of England sebesar 2% sehingga memberikan tekanan kepada bank sentral untuk tetap mempertahankan kebijakan moneter yang ketat.

Naiknya harga perjalanan udara, barang dan jasa, rekreasi dan budaya, serta mobil bekas cukup mengimbangi perlambatan inflasi makanan dan penurunan harga bahan bakar motor.
Sementara itu, tingkat inflasi inti, tidak termasuk barang-barang volatil seperti energi, makanan, alkohol, dan tembakau, naik menjadi 7,1%, tertinggi sejak Maret 1992.

Adapun, inflasi Mei 2023 secara bulanan (month-to-month/MtM) tercatat sebesar 0,7%, turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 1,2%. Namun, realisasi tersebut berada di atas ekspektasi para ekonom sebesar 0,5%.

Tentu saja, ini akan menjadi pertimbangan bank sentralnya untuk kembali mengerek suku buka untuk meredam inflasi.

Pasar memperkirakan suku bunga akan mencapai puncak hingga 6%. . Laporan pasar tenaga kerja yang kuat pada 13 Juni 2023 mengirim ekspektasi suku bunga lebih tinggi, di mana Bank of England akan mengumumkan keputusan suku bunga terbaru pada Kamis setelah memberlakukan kenaikan 12 kali berturut-turut pada Mei.

Ditanya tentang dukungan untuk rumah tangga yang kesulitan, Perdana Menteri Rishi Sunak pada Senin sempat mengatakan bahwa prioritas pemerintah adalah mengurangi separuh inflasi dan perlu berpegang pada rencana.

 

Warga Inggris menghadapi krisis hipotek akibat kenaikan suku bunga pinjaman. Para ahli menyebut fenomena ini menjadi jurang yang dapat merusak perekonomian negara tersebut.

Data terbaru perusahaan informasi keuangan Moneyfacts menunjukkan rata-rata hipotek suku bunga tetap dua tahun pada properti residensial di Inggris naik dari 5,98% menjadi 6,01% pada Jumat, level tertinggi sejak 1 Desember.

Lonjakan pada akhir 2022 ini terjadi setelah anggaran mini pemerintah yang menggetarkan pasar. Sebelumnya, Moneyfacts mengatakan suku bunga tetap dua tahun terakhir di atas 6% pada November 2008.

Bank Sentral Kanada (BoC)

Bank sentral Kanda (BoC) saat ini sudah menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 4,57%. Angka ini menjadi yang tertinggi dalam 22 tahun terakhir.

Ini membuktikan bahwa kebijakan moneter tidak cukup ketat untuk mengembalikan penawaran dan permintaan ke keseimbangan serta mengembalikan inflasi secara berkelanjutan ke target 2%.

Untuk diketahui, BoC sudah delapan kali menaikkan suku bunga berturut-turut sejak Maret 2022. Menambahkan total 425 basis poin (bp) untuk mengatasi inflasi.

Inflasi indeks harga konsumen (IHK) naik pada April menjadi 4,4 persen, kenaikan pertama dalam 10 bulan, dengan harga untuk berbagai barang dan jasa datang lebih tinggi dari yang diharapkan. Inflasi harga barang meningkat, meskipun biaya energi lebih rendah. Inflasi harga jasa-jasa tetap tinggi, mencerminkan permintaan yang kuat dan pasar tenaga kerja yang ketat.

 

Bank Sentral Norwegia

Bank sentral Norwegia pada Kamis (22/6/2023) mengungkapkan bahwa mereka telah menaikkan suku bunga setengah persentase poin dalam upaya untuk menurunkan inflasi ke target yang telah ditentukan.

Norges Bank mengatakan pertumbuhan upah yang lebih tinggi dan krone yang lebih lemah dari yang diproyeksikan akan meningkatkan inflasi dan bahwa "suku bunga internasional telah meningkat lebih dari yang diantisipasi."

Negara Skandinavia yang bukan bagian dari Uni Eropa itu memiliki tingkat inflasi di bulan Mei sebesar 6,7%. Itu jauh di atas target bank sentral sebesar 2%.

"Jika kita tidak menaikkan suku bunga kebijakan, harga dan upah bisa terus naik dengan cepat dan inflasi akan mengakar. Mungkin kemudian menjadi lebih mahal untuk menurunkan inflasi lagi," kata Gubernur bank Ida Wolden Bache dalam sebuah pernyataan.

Namun, bank mengatakan, "tekanan dalam ekonomi Norwegia mereda." Menyusul kenaikan Kamis menjadi 3,75%, tingkat kebijakan kemungkinan besar akan dinaikkan lebih lanjut pada Agustus, kata Norges Bank.

Itu terjadi pada hari yang sibuk untuk tindakan bank sentral di Eropa, termasuk keputusan suku bunga dari Inggris, Turki, dan Swiss. Bank-bank sentral di seluruh dunia dengan cepat menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi tinggi yang menekan rumah tangga dan bisnis.

Bank Sentral Swiss

Bak tak mau kalah dengan negara Eropa lainnya, Bank Nasional Swiss juga ikut menaikkan suku bunga ke level 1,75%.

Kenaikan ini merupakan kenaikan keempat berturut-turut sejak Bank Sentral mengetatkan moneter untuk menghadapi inflasi. Namun, inflasi tetap tidak turun ke sasaran 0% sampai 2%. Saat ini inflasi Swiss masih 3,4%. Tanpa kebijakan kenaikan hari ini, inflasi mungkin akan lebih tinggi.

DilansirReuters, kebijakan yang diambil ini telah menahan krisis, Bank Sentral Swiss menyediakan bantuan likuiditas dalam jumlah besar, baik dalam mata uang Swiss juga mata uang asing.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi, Bank Nasional Swiss memproyeksikan ekonomi akan tumbuh 1% tahun ini. Naik dari proyeksi bulan Desember yang sebesar 0,5%. Inflasi diproyeksikan 2,6% pada 2023 dan 2% pada 2024 dan 2025.

Ekonomi Zona Eropa Terpukul

Kondisi ekonomi Eropa masih merana sepanjang kuartal I-2023 ini. Setidaknya dua raksasa ekonomi Eropa memperlihatkan angka pertumbuhan ekonomi yang masih rendah pada tiga bulan pertama di 2023.
Pertumbuhan ekonomi Prancis pada kuartal I-2023 hanya 0,2%. Namun, pemerintah Prancis mengatakan kinerja ini sudah cukup baik dan solid.

Angka pertumbuhan ekonomi Prancis ini lebih tinggi dari kuartal IV-2022 yang hanya 0% alias stagnan. Belanja masyarakat yang menjadi penopang ekonomi tercatat 0%, setelah di kuartal IV-2022 minus 1%.
Inflasi yang terjadi akibat perang Rusia-Ukraina, menghantam daya beli masyarakat dan menghantam perekonomian.

Pada periode tersebut, konsumsi makanan turun minus 2,3%, karena inflasi pangan meroket di atas 10%. Ini merupakan penurunan lima kuartal berturut-turut. 
Aksi mogok kerja yang banyak terjadi sepanjang kuartal I-2023 disebutkan hanya sedikit dampaknya ke perekonomian.

Sektor industri manufaktur di Prancis hanya tumbuh 0,7%. Pembukaan kembali pembangkit listrik tenaga nuklir di Prancis membuat pasokan energi bertambah 3,1%.

Tak hanya Prancis, ekonomi Jerman mengalami stagnasi. Artinya, ekonomi raksasa Eropa tidak tumbuh alias 0% di kuartal I-2023.
Namun, pertumbuhan ekonomi yang stagnan ini membuat ekonomi Jerman selamat dari resesi. Pada kuartal IV-2022 lalu, ekonomi Jerman minus 0,5%. Bila di kuartal I-2023 ekonomi Jerman kembali negatif, maka secara teknikal masuk dalam kategori resesi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(aum/aum)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation