
Simak Sentimen Pasar Pekan Ini, Ada Data Ekonomi China Hingga Inggris

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada pekan ini perdagangan pasar keuangan Indonesia hanya berlangsung selama tiga hari, karena adanya libur panjang dalam rangka Idul Adha 1445 H.
Sentimen pasar dari global baru akan terserap pada perdagangan Rabu hingga Jumat pekan ini. Saat pasar keuangan RI libur, ada beberapa sentimen dari rilis data ekonomi di China. Adapun berikut beberapa sentimen pasar yang akan menjadi penggerak pasar keuangan dalam negeri pada pekan ini.
Data Ekonomi China
Saat pasar keuangan RI libur, ada beberapa data ekonomi yang telah dirilis di China, yakni data penjualan ritel, data produksi industri, dan data tingkat pengangguran. Selain itu, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) juga telah merilis kebijakan terbaru dari suku bunga pinjaman kebijakan satu tahun.
Pada Senin kemarin, data penjualan ritel China periode Mei 2024 naik menjadi 3,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada April lalu mencapai 2,3%.
Sedangkan data produksi industri China pada Mei 2024 juga telah dirilis, di mana datanya terpantau menurun menjadi 5,6%, dari sebelumnya sebesar 6,7% pada April lalu.
Sementara untuk tingkat pengangguran di China kembali stabil di 5%, menandakan bahwa pengangguran di Negeri Panda sudah stabil selama dua bulan beruntun.
Para analis mencatat bahwa pemulihan ekonomi China yang cenderung stabil telah mendukung pemulihan pasar kerja, dengan serangkaian langkah-langkah yang ditargetkan yang diterapkan oleh pemerintah pusat dan daerah pada kuartal pertama, untuk menciptakan peluang baru bagi pencari kerja.
Juru bicara NBS, Liu Aihua menyoroti kinerja stabil dan tren peningkatan perekonomian China selama konferensi pers pada Senin kemarin, mengatakan bahwa perekonomian China terus berekspansi pada Mei lalu.
Liu mencatat bahwa sektor jasa, impor, dan ekspor semuanya telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan, dengan lapangan kerja dan tingkat harga tetap stabil, didukung oleh dukungan kebijakan makroekonomi yang berkelanjutan, penguatan permintaan eksternal, kenaikan konsumsi pada hari libur May Day, dan faktor-faktor lainnya.
"Ketika perekonomian China terus meningkat sejak tahun 2024, pembangunan ekonomi semakin mendorong pertumbuhan pasar kerja, memperkuat landasan bagi lapangan kerja di perkotaan, kata Liu.
Dalam beberapa bulan mendatang, pengembangan tenaga produktif berkualitas baru yang ditargetkan akan merangsang pengembangan sektor dan peran pekerjaan baru, sehingga menciptakan lapangan kerja baru.
Selain itu, PBoC juga kembali mempertahankan suku bunga tetap stabil selama sepuluh bulan berturut-turut. Hal ini menunjukkan kehati-hatian dalam pelonggaran moneter, mengingat likuiditas yang melimpah dan tekanan untuk mencegah melemahnya yuan lebih lanjut.
Suku bunga pinjaman tenor 1 tahun atau fasilitas pinjaman jangka menengah (medium-term lending facility/MLF) kembali ditahan di level 2,5% kemarin.
Keputusan tersebut mencerminkan preferensi otoritas keuangan terhadap stabilitas mata uang daripada penurunan biaya pinjaman, meskipun pemulihan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu masih rapuh.
Sikap hati-hati pemerintah China dapat mengurangi spekulasi pasar untuk pelonggaran moneter yang telah membuat imbal hasil obligasi lokal mendekati level terendah dalam dua dekade.
Sementara itu pada Kamis pekan ini, PBoC juga akan memutuskan kebijakan suku bunga terbarunya.
Diperkirakan, PBoC akan kembali menahan suku bunga acuannya kali ini. Untuk suku bunga acuan tenor satu tahun diperkirakan masih akan bertahan di level 3,45%. Sedangkan suku bunga acuan tenor lima tahun cenderung stabil di 3,95%.
Inflasi Inggris & Suku Bunga Bank Sentral Inggris
Pada pekan ini, Inggris akan merilis data inflasinya pada periode Mei 2024. Data inflasi yang akan dirilis yakni data consumer price index (CPI) dan producer price index (PPI).
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan CPI Inggris pada bulan lalu cenderung turun menjadi 2% (yoy), dari sebelumnya sebesar 2,3% pada April lalu. Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Inggris pada bulan lalu diprediksi naik menjadi 0,4%, dari sebelumnya pada April lalu sebesar 0,3%.
Sementara untuk CPI inti diperkirakan turun menjadi 3,5% pada Mei lalu, dari sebelumnya sebesar 3,9% pada April lalu.
Jika inflasi kembali menurun, maka hal ini menjadi keempat kalinya inflasi Inggris mengalami penurunan sejak Desember 2023.
Meski inflasi Inggris cenderung menurun, tetapi perekonomian Inggris mengalami stagnasi. Pada April lalu, ekonomi Inggris tumbuh 0%, alias stagnan.
Secara rinci, stagnasi pada bulan April sepenuhnya didorong pertumbuhan sektor jasa, informasi dan teknologi, serta sektor profesional dan ilmiah, yang berkembang pesat. Namun, pertumbuhan itu harus ditahan oleh ritel, output manufaktur dan konstruksi.
Bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) diperkirakan akan mulai memangkas suku bunga pada pertemuan berikutnya, bukan pada pertemuan pekan ini. Saat ini suku bunga berada di level tertingginya dalam 16 tahun sebesar 5,25%. BoE diperkirakan masih akan menahan suku bunga acuannya di level 5,25% pada pertemuan pekan ini.
Namun di pertemuan mendatang, kemungkinan pemangkasan suku bunga BoE terbuka lebar. Hal ini karena inflasi yang terus menurun dan sudah mendekati target yang ditetapkan.
Sementara itu, kepala ekonom di Capital Economics Paul Dales, mengatakan terhentinya pertumbuhan pada bulan April tidak meningkatkan risiko kembalinya resesi dan tampaknya terkait dengan cuaca basah yang merugikan sektor konstruksi dan ritel.
"Secara keseluruhan, meskipun pemulihan terhenti pada bulan April, hambatan ganda pada pertumbuhan ekonomi akibat kenaikan suku bunga dan inflasi yang lebih tinggi akan terus memudar sepanjang tahun," kata Dales.
Neraca Perdagangan Indonesia
Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 diperkirakan masih mencatatkan surplus. Namun surplus tersebut diramal makin menipis.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan surplus Neraca perdagangan Indonesia pada bulan lalu kembali menurun menjadi US$ 2,74 miliar, dari sebelumnya pada April lalu surplus US$ 3,56 miliar.
Perkiraan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 masih mencatatkan surplus lantaran kinerja ekspor yang diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impor.
Adapun kinerja ekspor diperkirakan akan mencapai US$ 22 miliar, meningkat 1,72% secara bulanan mtm. Sementara itu, secara tahunan meningkat 12,57%(yoy).
Sementara itu, dari isi impor diperkirakan akan mencapai US$ 19 miliar, atau mengalami kontraksi secara tahunan sebesar 9,17% yoy. Namun kinerja impor jika dilihat secara bulanan meningkat cukup tajam yakni 20,38% mtm.
Suku Bunga Bank Indonesia
Pada pekan ini, yakni pada Rabu-Kamis, Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Juni 2024 dan hasilnya akan diumumkan pada Kamis mendatang. Hasil RDG juga akan memuat keputusan terbaru dari suku bunga acuan.
Diperkirakan, suku bunga acuan BI (BI Rate) akan kembali ditahan di level 6,25%, meski rupiah beberapa hari belakangan juga terpantau merana.
Sebelumnya pada pertemuan edisi Mei 2024, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25%. BI juga mempertahankan suku bunga deposit facility sebesar 5,5% dan suku bunga lending facility sebesar 7%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan keputusan mempertahankan BI rate sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stabilitas untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran.
Data Klaim Pengangguran Amerika Serikat
Dari AS, data klaim pengangguran mingguan yang dapat menjadi acuan kekuatan tenaga kerja AS akan dirilis.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan angka klaim pengangguran untuk periode pekan yang berakhir 15 Juni 2024 cenderung menurun menjadi 235.000, dari sebelumnya sebanyak 242.000 klaim pada pekan sebelumnya.
Jika data tersebut sesuai dengan prediksi pasar, maka sejatinya data tenaga kerja di AS kembali memanas, karena jumlah klaim yang berkurang.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)